Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
Allah menciptakan kita, tidaklah untuk dibiarkan begitu saja. Tidaklah
kita diciptakan hanya untuk makan dan minum atau hidup bebas dan gembira
semata. Akan tetapi, ada tujuan yang mulia dan penuh hikmah di balik
itu semua yaitu melakukan ibadah kepada Sang Maha Pencipta. Ibadah ini
bisa diterima hanya dengan adanya tauhid di dalamnya. Jika terdapat
noda-noda syirik, maka batallah amal ibadah tersebut.
Tauhid adalah Syarat Diterimanya Ibadah
Ada permisalan yang sangat bagus mengenai syarat ibadah yang pertama
yaitu tauhid. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
dalam risalahnya yang berjudul Al Qawa’idul Arba’. Beliau rahimahullah
berkata, ”Ketahuilah, sesungguhnya ibadah tidaklah disebut ibadah
kecuali dengan tauhid (yaitu memurnikan ibadah kepada Allah semata,
pen). Sebagaimana shalat tidaklah disebut shalat kecuali dalam keadaan
thaharah (baca: bersuci). Apabila syirik masuk dalam ibadah tadi, maka
ibadah itu batal. Sebagaimana hadats masuk dalam thaharah.”
Maka setiap ibadah yang di dalamnya tidak terdapat tauhid sehingga jatuh
kepada syirik, maka amalan seperti itu tidak bernilai selamanya. Oleh
karena itu, tidaklah dinamakan ibadah kecuali bersama tauhid. Adapun
jika tanpa tauhid sebagaimana seseorang bersedekah, memberi pinjaman
utang, berbuat baik kepada manusia atau semacamnya, namun tidak
disertai dengan tauhid (ikhlas mengharap ridha Allah) maka dia telah
jatuh dalam firman Allah yang artinya, ”Dan Kami hadapi segala amal yang
mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang
beterbangan.” (Al Furqon : 23). (Abrazul Fawa’id)
Tanpa Tauhid, Amal Ibadah Tidaklah Bernilai
Syaikh rahimahullah membuat permisalan yang sangat mudah dipahami dengan
permisalan shalat. Tidaklah dinamakan shalat kecuali adanya thaharah
yaitu berwudhu. Apabila seseorang tidak dalam keadaan berwudhu lalu
melakukan shalat yang banyak, memanjangkan berdiri, ruku’, dan sujudnya,
serta memperbagus shalatnya, maka seluruh kaum muslimin sepakat
shalatnya tidak sah. Bahkan dia dihukumi telah meninggalkan shalat
karena agungnya syarat shalat ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ”Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara
kalian apabila dia berhadats sampai dia berwudhu.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Sebagaimana shalat dapat batal karena tidak adanya thaharah, maka ibadah
juga bisa batal karena tidak adanya tauhid di dalamnya. Namun syarat
ikhlas dan tauhid agar ibadah diterima tentu saja jauh berbeda jika
dibanding dengan syarat thaharah agar shalat diterima. Apabila seseorang
shalat dalam keadaan hadats dengan sengaja, maka terdapat perselisihan
pendapat di antara ulama tentang kafirnya orang ini. Akan tetapi, para
ulama tidak pernah berselisih pendapat tentang kafirnya orang yang
beribadah pada Allah dengan berbuat syirik kepada-Nya (yaitu syirik
akbar) yang dengan ini akan menjadikan tidak ada satu amalnya pun
diterima. (Lihat Syarhul Qawa’idil Arba’, Syaikh Sholeh Alu Syaikh)
Syirik Akbar Akan Menghapus Seluruh Amal
Ingatlah saudaraku, seseorang bisa dinyatakan terhapus seluruh amalnya
(kafir) bukan hanya semata-mata dengan berpindah agama (alias: murtad).
Akan tetapi, seseorang bisa saja kafir dengan berbuat syirik yaitu
syirik akbar, walaupun dalam kehidupannya dia adalah orang yang rajin
melakukan shalat malam. Apabila dia melakukan satu syirik akbar saja,
maka dia bisa keluar dari agama ini dan amal-amal kebaikan yang
dilakukannya akan terhapus. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al An’am: 88). Apabila dia tidak
bertaubat darinya maka diharamkan baginya surga, sebagaimana firman-Nya
yang artinya, ”Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun.” (Al Maidah: 72)
Contoh syirik akbar adalah melakukan tumbal berupa sembelihan kepala
kerbau, kemudian di-larung (dilabuhkan) di laut selatan agar laut
tersebut tidak ngamuk (yang kata pelaku syirik: tumbal tersebut
dipersembahkan kepada penguasa laut selatan yaitu jin Nyi Roro Kidul).
Padahal menyembelih merupakan salah satu aktivitas ibadah karena di
dalamnya terkandung unsur ibadah yaitu merendahkan diri dan tunduk
patuh. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta
alam.” (Al An’am: 162).
Syirik Ashgar Dapat Menghapus Amal Ibadah
Jenis syirik yang berada di bawah syirik akbar dan tidak mengeluarkan
pelakunya dari Islam adalah syirik ashgar (syirik kecil). Walaupun
dinamakan syirik kecil, akan tetapi tetap saja dosanya lebih besar dari
dosa besar seperti berzina dan mencuri. Salah satu contohnya adalah
riya’ yaitu memamerkan amal ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang
lain. Dosa ini yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
khawatirkan akan menimpa para sahabat dan umatnya. Pada kenyataannya
banyak manusia yang terjerumus di dalam dosa syirik yang satu ini.
Banyak orang yang mengerjakan shalat dan membaca Al Qur’an ingin dipuji
dengan memperlihatkan ibadah yang mulia ini kepada orang lain. Tatkala
orang lain melihatnya, dia memperpanjang ruku’ dan sujudnya dan dia
memperbagus bacaannya dan menangis dengan dibuat-buat. Semua ini
dilakukan agar mendapat pujian dari orang lain, agar dianggap sebagai
ahli ibadah dan Qori’ (mahir membaca Al Qur’an).
Wahai saudaraku, waspadalah terhadap jerat setan yang dapat membatalkan
amal ibadahmu ini!! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, ”Allah berfirman: Aku itu paling tidak butuh sekutu.
Barangsiapa melakukan suatu amalan lantas dia mencampurinya dengan
berbuat syirik di dalamnya dengan selain-Ku, maka Aku akan tinggalkan
dia bersama amal syiriknya itu.” (HR. Muslim). Apabila ibadah yang
dilakukan murni karena riya’, maka amal tersebut batal. Namun apabila
riya’ tiba-tiba muncul di pertengahan ibadah lalu pelakunya berusaha
keras untuk menghilangkannya, maka hal ini tidaklah membatalkan
ibadahnya. Namun apabila riya’ tersebut tidak dihilangkan, malah
dinikmati, maka hal ini dapat membatalkan amal ibadah.
Ya Allah bekalilah kami dengan tauhid dan jauhkan kami dari segala kesyirikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini