Posted by Unknown on Sabtu, April 18, 2015 in Islami | No comments
Nuh adalah keturunan kesembilan Nabi Adam, ayah Nuh bernama Lamik bin Mata, Nuh diutus ke negeri Armenia.
Kala itu penduduk Armenia banyak berbuat syirik, mereka tidak lagi beribadah kepada Allah, melainkan kepada patung – patung.
“Wahai saudaraku, aku adalah
rasul Allah. Aku diutus untuk mengingatkan kalian. Mari, tinggalkan
patung – patung itu! beribadahlah kepada Allah!” seru Nuh kepada
penduduk Armenia. Penduduk Armenia malah mengejek Nuh. “Hai Nuh, jangan
sok pintar! Kami tidak butuh nasihat! Kami tahu apa yang harus kami
lakukan, ” kata salah seorang penduduk.
Nabi Nuh tidak putus asa. Ia
terus mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah. “Saudaraku,
kembalilah ke jalan yang benar. Jika tidak, kalian pasti mendapat
hukuman di dunia, begitu juga siksaan di akhirat kelak,” kata Nuh.
“Hai Nuh, jangan banyak omong! Datangkan saja azab itu. Kami tidak takut, tantang penduduk”, mengejek Nuh.
Tak terasa, Nuh telah tinggal
bersama penduduk Armenia selama 950th. sekian lama ia berdakwah, namun
hasilnya belum memuaskan. “Sekian ratus rathun aku berdakwah, tak lebih
dari 100 orang yang mau beriman. Itupun dari kalangan orang – orang
miskin,” kata Nuh.
Suatu hari, Nuh didatangi
beberapa pembesar yang kaya raya, mereka mau beriman dengan syarat Nuh
harus mengusir orang – orang miskin yang menjadi pengikutnya. “Saudaraku
semua manusia itu sama. Kaya n miskin tak berbeda. Perbedaan hanya
ditentukan oleh ketaqwaan bukan oleh harta kekayaan,” jawab Nuh tegas.
Para pembesar itu malu dan kecewa.
Nabi Nuh terus mengajak penduduk
Armenia untuk beriman kepada Allah.”Hei, Nuh yang bodoh, pergilah kamu
dari tempat ini! Kamu tidak pantas lagi tinggal disini!” teriak penduduk
Armenia.
Kesesatan dan kejahatan penduduk
Armenia sangat kelewat batas. Hati mereka keras seperti batu. Mereka
sulit menerima nasihat – nasihat kabaikan.
Nuh berusaha bersabar. Namun, ia
tidak kuasa melihat pengikutnya dihina, diusir, dan disakiti. Nuh pun
berdoa. “Ya Allah, binasakanlah orang – orang kafir itu. Jangan biarkan
seorang pun hidup. Sebab, mereka akan terus menyesatkan hamba –
hamba-MU. Mereka juga hanya akan melahirkan anak – anak durhaka seperti
mereka.”
Allah mengabulkan permohonan Nuh.
Tak lama, Malaikat Jibril datang dan memerintahkan Nuh menanam sebuah
pohon. “Benih ini dari surga dan akan tumbuh menjadi pohon yang sangat
besar,” kata jibril. Lalu, Jibril menjelaskan agar Nuh dan pengikutnya
membuat perahu besar dari pohon itu.
Tak lama setelah benih ditanam,
tumbuhlah pohon sangat besar. Nuh dan pengikutnya segera membuat perahu
dari pohon itu. Penduduk Armenia mentertawakan apa yg dikerjakan Nuh.
“hahaha…lihat, apa yang dikerjakan orang – orang itu? Mereka membuat
perahu di sebuah bukit? Hahaha…teriak penduduk Armenia.
Walau hinaan dan cacian itu
sangat menyakitkan, namun Nuh dan pengikutnya berusaha untuk tetap
sabar. Tak lama Allah memerintahkan Nuh untuk segera berkemas dan
menaiki perahu beserta hewan – hewan dan pengikutnya. Tiba – tiba,
langit pun mendung. Awan hitam bergumpal – gumpal. Petir berkilat
menyilaukan. Terdengar guruh menggelegar. Keadaan benar – benar
mengerikan. Tak lama berselang hujan turun sangat lebat.
Bumi pun digenangi air. Makin
lama makin tinggi. Banjir besar melanda negeri. Sementara itu, penduduk
Armenia yang kafir termasuk Kan’an anak Nuh, dihantam ombak yang datang
bergulung – gulung. Mereka pun mati tenggelam. “Maha Besar Allah. Tidak
ada Tuhan kecuali Engkau!” seru Nuh penuh syukur. Nuh dan para
pengikiutnya yang beriman gembira. Mereka pun hidup bahagia.
Dikutip dari buku Iqra Media
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini