Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
Kisah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dalam mendakwahi ibunya.
عَنْ أَبِى كَثِيرٍ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنِى أَبُو
هُرَيْرَةَ قَالَ كُنْتُ أَدْعُو أُمِّى إِلَى الإِسْلاَمِ وَهِىَ
مُشْرِكَةٌ فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا فَأَسْمَعَتْنِى فِى رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- مَا أَكْرَهُ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- وَأَنَا أَبْكِى قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ
أَدْعُو أُمِّى إِلَى الإِسْلاَمِ فَتَأْبَى عَلَىَّ فَدَعَوْتُهَا
الْيَوْمَ فَأَسْمَعَتْنِى فِيكَ مَا أَكْرَهُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ
يَهْدِىَ أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ ».
Dari Abu Kasir, Yazid bin Abdurrahman, Abu Hurairah bercerita kepadaku,
“Dulu aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam ketika dia masih musyrik.
Suatu hari aku mendakwahinya namun dia malah memperdengarkan kepadaku
cacian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tentu
merupakan kalimat-kalimat yang tidak kusukai untuk kudengar. Akhirnya
aku pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil
menangis. Ketika telah berada di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam aku berkata, “Ya Rasulullah, sungguh aku berusaha untuk
mendakwahi ibuku agar masuk Islam namun dia masih saja menolak ajakanku.
Hari ini kembali beliau aku dakwahi namun dia malah mencaci dirimu.
Oleh karena itu berdoalah kepada Allah agar Dia memberikan hidayah
kepada ibu-nya Abu Hurairah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
lantas berdoa, “Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu dari Abu Hurairah”.
فَخَرَجْتُ مُسْتَبْشِرًا بِدَعْوَةِ نَبِىِّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
فَلَمَّا جِئْتُ فَصِرْتُ إِلَى الْبَابِ فَإِذَا هُوَ مُجَافٌ فَسَمِعَتْ
أُمِّى خَشْفَ قَدَمَىَّ فَقَالَتْ مَكَانَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ.
وَسَمِعْتُ خَضْخَضَةَ الْمَاءِ قَالَ – فَاغْتَسَلَتْ وَلَبِسَتْ
دِرْعَهَا وَعَجِلَتْ عَنْ خِمَارِهَا فَفَتَحَتِ الْبَابَ ثُمَّ قَالَتْ
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ –
Kutinggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan
gembira karena Nabi mau mendoakan ibuku. Setelah aku sampai di depan
pintu rumahku ternyata pintu dalam kondisi terkunci. Ketika ibuku
mendengar langkah kakiku, beliau mengatakan, “Tetaplah di tempatmu, hai
Abu Hurairah”. Aku mendengar suara guyuran air. Ternyata ibuku mandi.
Setelah selesai mandi beliau memakai jubahnya dan segera mengambil
kerudungnya lantas membukakan pintu. Setelah pintu terbuka beliau
mengatakan, “Hai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan
utusannya”.
قَالَ – فَرَجَعْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
فَأَتَيْتُهُ وَأَنَا أَبْكِى مِنَ الْفَرَحِ – قَالَ – قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَبْشِرْ قَدِ اسْتَجَابَ اللَّهُ دَعْوَتَكَ وَهَدَى أُمَّ أَبِى
هُرَيْرَةَ. فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ خَيْرًا – قَالَ
– قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُحَبِّبَنِى أَنَا
وَأُمِّى إِلَى عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ وَيُحَبِّبَهُمْ إِلَيْنَا –
قَالَ – فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ
حَبِّبْ عُبَيْدَكَ هَذَا – يَعْنِى أَبَا هُرَيْرَةَ وَأُمَّهُ – إِلَى
عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِينَ وَحَبِّبْ إِلَيْهِمُ الْمُؤْمِنِينَ ». فَمَا
خُلِقَ مُؤْمِنٌ يَسْمَعُ بِى وَلاَ يَرَانِى إِلاَّ أَحَبَّنِى.
Mendengar hal tersebut aku bergegas kembali menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku menemui beliau dalam keadaan menangis
karena begitu gembira. Kukatakan kepada beliau, “Ya Rasulullah,
bergembiralah. Sungguh Allah telah mengabulkan doamu dan telah
memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah”. Mendengar hal tersebut
beliau memuji Allah dan menyanjungnya lalu berkata, “Bagus”. Lantas
kukatakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, doakanlah aku dan ibuku agar
menjadi orang yang dicintai oleh semua orang yang beriman dan menjadikan
kami orang yang mencintai semua orang yang beriman”. Beliau pun
mengabulkan permintaanku. Beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu
ini yaitu Abu Hurairah dan ibunya orang yang dicintai oleh semua hambaMu
yang beriman dan jadikanlah mereka berdua orang-orang yang mencintai
semua orang yang beriman”. Karena itu tidak ada seorang pun mukmin yang
mendengar tentang diriku ataupun melihat diriku kecuali akan mencintaiku
[HR Muslim no 6551].
Petikan pelajaran:
Seorang anak yang beriman boleh satu rumah dengan orang tuanya yang masih kafir atau musyrik.
Anak yang berbakti kepada orang tua tentu akan berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mendakwahi orang tua agar makin lebih baik dari kafir
menjadi iman, dari musyrik menjadi bertauhid, dari gelimang bid’ah
menjadi orang yang berpegang teguh dengan sunah dan dari kubangan
maksiat menjadi orang yang saleh dan taat. Inilah keteladan yang
diberikan oleh Abu Hurairah sebagaimana dalam hadits di atas. Dakwah
kepada kebaikan itu perlu dilakukan dengan intens,
tidak cukup hanya sekali lantas ditinggal pergi. Oleh karena itu Abu
Hurairah berulang kali mendakwahi ibunya dengan berbagai cara dan
pendekatan sampai-sampai ibunya merasa jengkel. Kejengkelan inilah yang
diluapkan dengan mencaci orang yang sangat dihormati anaknya, itulah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara hal yang tidak boleh dilupakan ketika mendakwahi orang lain
secara umum dan ortu sendiri secara khusus adalah doakan agar Allah
membuka pintu hatinya sehingga mau menerima hidayah. Banyak pendakwah
yang terlampau mengandalkan usaha-usaha yang kasat mata sampai-sampai lupa bahwa hati manusia itu ada di tangan Allah.
Padahal boleh jadi dengan sebuah untaian doa munculah hasil yang telah
susah payah untuk diwujudkan dengan berbagai macam cara secara lahiriah.
Hadits di atas menunjukkan bolehnya meminta doa kepada orang shalih yang
masih hidup dengan permintaan yang manfaatnya terbatas hanya pada orang
yang meminta doa saja sebagaimana Abu Hurairah meminta doa kepada Nabi
agar Allah memberikan hidayah kepada ibunya.
Orang yang mengakui beriman namun menaruh kebencian yang sangat mendalam
kepada Abu Hurairah karena termakan doktrin para orientalis keimanan
mereka dalam ambang bahaya karena ciri orang yang beriman adalah jatuh
cinta kepada Abu Hurairah sebagaimana doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Mandi untuk orang yang masuk Islam itu diucapkan sebelum membaca syahadat.
Orang yang menangis itu belum tentu karena sedih, boleh jadi karena gembira dan bahagia.
Tentang hadits di atas an Nawawi mengatakan dalam Syarh Muslim:
وَفِيهِ اِسْتِجَابَة دُعَاء رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى الْفَوْر بِعَيْنِ الْمَسْئُول ، وَهُوَ مِنْ أَعْلَام
نُبُوَّته صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَاسْتِحْبَاب حَمْد اللَّه
عِنْد حُصُول النِّعَم .
“Hadits ini menunjukkan bahwa doa Nabi bisa saja langsung terkabul sama
persis dengan doa yang beliau panjatkan dan ini merupakan salah satu
bukti bahwa beliau memang benar-benar Nabi utusan Allah. Hadits di atas
juga menunjukkan adanya anjuran untuk memuji Allah ketika mendapatkan
nikmat”.
sumber:Artikel www.ustadzaris.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini