Posted by Unknown on Sabtu, April 18, 2015 in Islami | No comments
bismillahirrohmanirrohim
Ramalan salah satu zodiak di tahun 2012:
Kehidupan
cinta Anda tidak terlalu menyenangkan tahun ini. Akan sulit sekali
berkomunikasi dengan si dia, tapi Anda harus berusaha keras jika ada
sesuatu yang ingin Anda luruskan.
Hubungan
Anda mungkin juga akan mengalami perubahan, namun ke arah yang lebih
baik. Untuk yang single, pertemuan dengan pria baru akan mengubah hidup
Anda.
Info-info semacam inilah yang menyebar di tengah-tengah pemuda di awal
tahun baru 2012. Untuk menjalani tahun 2012, mereka membaca nasib lewat
ramalan bintang atau zodiak tersebut. Mereka ingin mencari tahu
bagaimana nasib cinta mereka, bagaimana rizki mereka, dan bagaimana
keberuntungan mereka di tahun 2012. Padahal ajaran Islam sangat melarang
keras hal ini, namun banyak yang tidak memahaminya karena tidak mau
belajar akidah dan mengenal Islam lebih dalam.
Ketua Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia (Al Lajnah Ad Daimah) di masa
silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz ditanya mengenai hukum
membaca ramalan bintang, zodiak dan semisalnya.
Jawaban beliau rahimahullah,
Yang disebut ilmu bintang, horoskop, zodiak dan rasi bintang termasuk di
antara amalan jahiliyah. Ketahuilah bahwa Islam datang untuk menghapus
ajaran tersebut dan menjelaskan akan kesyirikannya. Karena di dalam
ajaran tersebut terdapat ketergantungan pada selain Allah, ada keyakinan
bahwa bahaya dan manfaat itu datang dari selain Allah, juga terdapat
pembenaran terhadap pernyataan tukang ramal yang mengaku-ngaku
mengetahui perkara ghaib dengan penuh kedustaan, inilah mengapa disebut
syirik. Tukang ramal benar-benar telah menempuh cara untuk merampas
harta orang lain dengan jalan yang batil dan mereka pun ingin merusak
akidah kaum muslimin. Dalil yang menunjukkan perihal tadi adalah
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab sunannya dengan sanad
yang shahih dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ
“Barangsiapa mengambil ilmu perbintangan, maka ia berarti telah mengambil salah satu cabang sihir, akan bertambah dan terus bertambah.”
Begitu pula hadist yang diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad yang jayyid dari ‘Imron bin Hushoin, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَّرَ أَوْ سُحِّرَ لَهُ
“Bukan
termasuk golongan kami, siapa saja yang beranggapan sial atau
membenarkan orang yang beranggapan sial, atau siapa saja yang mendatangi
tukang ramal atau membenarkan ucapannya, atau siapa saja yang melakukan
perbuatan sihir atau membenarkannya.”
Siapa saja yang mengklaim mengetahui perkara ghaib, maka ia termasuk dalam golongan kaahin (tukang
ramal) atau orang yang berserikat di dalamnya. Karena ilmu ghaib hanya
menjadi hak prerogatif Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
“Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (QS. An Naml: 65).
Nasehatku bagi siapa saja yang menggantungkan diri pada berbagai ramalan
bintang, hendaklah ia bertaubat dan banyak memohon ampun pada Allah
(banyak beristighfar). Hendaklah yang jadi sandaran hatinya dalam segala
urusan adalah Allah semata, ditambah dengan melakukan sebab-sebab yang
dibolehkan secara syar’i. Hendaklah ia tinggalkan ramalan-ramalan
bintang yang termasuk perkara jahiliyah, jauhilah dan berhati-hatilah
dengan bertanya pada tukang ramal atau membenarkan perkataan mereka.
Lakukan hal ini dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dalam
rangka menjaga agama dan akidah.
(Dinukil dengan perubahan redaksi dari Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 2: 123)
Syaikh Sholih Alu Syaikh -hafizhohullah-
mengatakan, “Jika seseorang membaca halaman suatu koran yang berisi
zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak yang ia
cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibatnya cuma
sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama empat
puluh hari. Sedangkan apabila seseorang sampai membenarkan ramalan
dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur terhadap Al Qur’an
yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh pada Bab “Maa Jaa-a fii Tanjim”, hal. 349)
Intinya, ada dua rincian hukum dalam masalah ini.
Pertama:
Apabila cuma sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun
tidak mempercayai ramalan tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu
tetap haram. Akibat perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40
hari.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230). Ini akibat dari cuma sekedar membaca.
Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An
Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut
tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap
dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk
mengulangi shalatnya.” (Syarh Muslim, 14: 227)
Kedua:
Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka
dianggap telah mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah
pengetahuan ilmu ghoib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa
yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka
ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada
Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532, hasan)
Namun jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar
kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat
dinilai wajib. (Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1: 330)
Syaikh Sholih Alu Syaikh memberi nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap
orang yang membaca ramalan bintang semacam itu dan kita nasehati agar
jangan ia sampai terjerumus dalam dosa. Hendaklah kita melarangnya untuk
memasukkan majalah-majalah yang berisi ramalan bintang ke dalam rumah
karena ini sama saja memasukkan tukang ramal ke dalam rumah. Perbuatan
semacam ini termasuk dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-. …
Oleh karena itu, wajib bagi setiap penuntut ilmu agar mengingatkan
manusia mengenai akibat negatif membaca ramalan bintang. Hendaklah ia
menyampaikannya dalam setiap perkataannya, ketika selesai shalat lima
waktu, dan dalam khutbah jum’at. Karena ini adalah bencana bagi umat.
Namun masih sangat sedikit yang mengingkari dan memberi peringatan
terhadap kekeliruan semacam ini.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid, hal. 349)
Dari sini, sudah sepatutnya seorang muslim tidak menyibukkan dirinya
dengan membaca ramalan-ramalan bintang melalui majalah, koran, televisi
atau lewat pesan singkat via sms. Begitu pula tidak perlu seseorang
menyibukkan dirinya ketika berada di dunia maya untuk mengikuti berbagai
ramalan-ramalan bintang yang ada. Karena walaupun tidak sampai percaya
pada ramalan tersebut, tetap seseorang bisa terkena dosa jika ia bukan
bermaksud untuk membantah ramalan tadi. Semoga Allah melindungi kita dan
anak-anak kita dari kerusakan semacam ini.
Nasehat
Ramalan bukan hanya datang dari tukang ramal dengan bertanya langsung,
namun saat ini bisa masuk ke rumah-rumah kaum muslimin dengan begitu
mudah, baik lewat media cetak, TV, atau pun internet. Kita berlindung
kepada Allah semoga diri kita, anak-anak kita, kerabat-kerabat kita
terbebas dari membaca dan mempercayai ramalan bintang, serta dijauhi
segala bentuk perbuatan syirik. Jadikanlah satu-satunya sandaran dalam
segala urusan adalah Allah Ta’ala semata,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.”
(QS. Ath Tholaq: 3). Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan
urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi
kebutuhannya.” (Al Jami’ Liahkamil Qur’an, 18: 161). Jika Allah jadi
satu-satunya sandaran, maka rizki, jodoh, dan segala urusan akan
dimudahkan oleh Allah Ta’ala.
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّـهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Dan
tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya
kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud: 88)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini