Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
Ada sebuah khabar yang cukup menonjol diantara khabar-khabar sirah
nabawiyyah mengenai wanita suci dan disucikan, Bunda ‘Aisyah Radhiallahu
‘Anha, yakni tentang isu kebohongan perselingkuhannya dengan Shafwan
bin Al Mu’aththal As-Sulami Adz-Dzakwani (haditsah al-ifki).
Menurut pandangan sebagian sejarawan dan ahli tafsir, khabar ini
merupakan peristiwa yang sangat penting dan menonjol dalam kehidupan
Nabi Saw. Sebagaimana yang diungkapkan Sayyid Quthb dalam tafsir Fii
Zhilalil Qur’an: “Isu perselingkuhan ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha bak
pertempuran yang harus dilakoni Rasulullah Saw. dan komunitas muslim
kala itu, serta Islam. Ia adalah pertempuran besar, bahkan barangkali
pertempuran terbesar yang pernah diikuti Rasulullah Saw. Beliau mampu
keluar dari krisis ini sebgai seorang pemenang yang mampu menepis segala
keperihan hati dan tetap terjaga kewibawaan diri, kebesaran hati, dan
ketabahannya, tanpa terpengaruh sepatah kata pun oleh provokasi yang
ingin menghabiskan kesabaran beliau dan melemahkan ketahanan diri
beliau.”
Dua Masalah Besar dan Kecerdasan yang Berkah
Secara singkat kisah tentang isu ini bermula ketika rombongan kaum
muslimin dalam perjalanan pulang dari sebuah peperangan menuju Madinah.
Kisah ini dilansir dalam Shahih Bukhari dari ‘Urwah Ibnu Zubair dari
‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha. Ketika itu rombongan beristirahat di sebuah
tempat, kemudian Ummul Mukminin hendak buang hajat. Ketika selesai buang
hajat, ia menyadari bahwa kalung yang ia kenakan hilang. Kemudian ia
mencarinya. Ketika ia kembali ke tempat peristirahatan rombongan, ia
dapati rombongan kaum muslimin sudah meninggalkannya. Mereka mengira
Bunda ‘Aisyah ada dalam sekedupnya.
Shafwan bin Mu’aththal yang saat itu ditugaskan untuk berjalan di
belakang pasukan, melihatnya dan kaget dan beristirja’. Shafwan
mempersilahkan Ummul Mukminin menaiki untanya kemudian menuntun unta
tersebut sampai bertemu dengan rombongan pasukan kaum Muslimin. Mulai
dari sinilah fitnah mulai disebarkan oleh ‘Abdullah bn Ubay bin Salul.
Masalah ini menyimpan dua sisi kejadian dan ‘Aisyah Ra mampu melewati
masalah ini dengan langkah-langkah yang cemerlang. Sisi pertama, saat
Ummul Mukminin mendapati dirinya tertinggal rombongan. Sisi kedua, isu
tentang dirinya yang menyebar luas seperti api yang membakar rumput
kering.
Apa yang dilakukan Ummul Mukminin ‘Aisyah Ra dalam menghadapi dua masalah ini?
- Ketika mendapati dirinya tertinggal dari rombongan, ia memutuskan untuk bertahan di tempat yang sama sambil menunggu kembalinya pasukan atau beberapa utusan dari mereka. Karena jika mereka merasa kehilangan dirinya, tentu mereka akan kembalike tempat tersebut untuk mencarinya. Beliau Ra tidak gegabah untuk segera menyusul pasukan. Keputusan itu menandai dirinya sebagai seorang yang tenang, mampu menguasai diri, berani, dan memiliki ketawakalan yang luar biasa. Tentu suatu kondisi yang berat sendirian tertinggal pasukan, banyak bahaya yang mengintai saat ia sendiri menunggu kembalinya beberapa pasukan untuk menjemputnya. Tapi jika ia gegabah menyusul pasukan akan lebih membahayakan dirinya.
- Saat ia menyadari isu kebohongan tentang dirinya dan Shafwan bin Mu’aththal, ‘Ummul Mukminin pula mampu menjaga keseimbangan dan ketegaran jiwanya. Dengan kecemerlangannya, Ummul Mukminin ‘Aisyah Ra mampu mengambil langkah paling tepat. Ia memohon kepada RasulullahSaw agar diizinkan pulang ke rumah orangtuanya. Karena menurutnya masalah ini perlu diselesaikan segera selama Rasulullah Saw belum mendapatkan wahyu yang determinatif tentang masalah tersebut. Selain itu, kasus-kasus seperti ini juga membutuhkan rentang waktu agar masalahnya mereda dan tenang.
Pilihan ini mengandung banyak hikmah dan kecerdasan, diperkuat lagi dengan cepatnya Rasulullah mengabulkan permohonan tersebut.
Sementara kaum muslimin banyak yang terfitnah dengan berita tersebut
bahkan Suku Aus dan Khazraj nyaris bentrok. Rasulullah pun setelah
mendengar berita tersebut tidak berkenan duduk di sebelah Bunda ‘Aisyah
Ra sampai sebulan lamanya sampai wahyu yang menjelaskan duduk perkara
Ummul mukminin diturunkan oleh Allah.
Kecerdasan, kesabaran, dan kecemerlangan dirinya membuahkan hasil yang
luar biasa. Dirinya yang suci benar-benar dibuktikan kesuciannya oleh
Allah langsung dari langit ketujuh. Allah menurunkan 10 ayat sekaligus
untuk mengklarifikasi fitnah yang menyesakkan dada tersebut, yakni QS.
An Nuur: 11-21). Ayat-ayat pensucian yang hingga kini kita baca adalah
tentang dirinya. Allahu Akbar! Betapa Allah benar-benar memuliakannya.
Semoga kisah ini dapat menjadi teladan bagi para muslimah agar tegar
menghadapi segala permasalahan, sabar, berhati-hati (tidak tergesa-gesa)
dan menghadapi segala situasi dengan penuh ketenangan dan tekad diri
sampai masalah yang dihadapi benar-benar terselesaikan dengan kehendak
Allah Swt.
Disadur dari buku ’Aisyah yang Cerdas dan yang Dicinta karya Ahmad Ibnu Salim Baduwilan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini