Posted by Unknown on Sabtu, April 18, 2015 in Islami | No comments
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menyampaikan kita pada
bulan yang mulia, Ramadhan mubarak. Yang di dalamnya tersedia banyak
kebaikan dan keberkahan. Padanya, kita memiliki kesempatan meraih pahala
yang besar dan keutamaan yang agung serta ampunan dosa-dosa. Sehingga
selayaknya, kaum beriman merasa bahagia dengan kedatangannya,
berbunga-bunga hatinya, dan semakin bersinar hidupnya.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
yang telah memberi teladan dalam memanfaatkan Ramadhan dan menghidupkan
siang dan malamnya dengan banyak ibadah. Semoga juga, shalawat dan
salam itu dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya.
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keutamaan dan keistimewaan.
Salah satunya dengan Al-Qur'an. Karena pada bulan tersebut, kitab suci
umat Islam diturunkan. Kitab yang mengandung hidayah untuk kebaikan
agama dan dunia mereka. Kitab yang menjelasakan kebenaran dengan sangat
terang. Kitab yang menjadi furqan (pembeda) antara hak dan batil,
petunjuk dan kesesatan, orang beruntung dan orang celaka.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Kita juga bisa lihat puasa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallamdiiringi dengan qira'ah Al-Qur'an dan mentadabburinya. Jibril'alaihis salam selalu datang kepada beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam setiap bulan Ramadhan untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur'annya. Diriwayatkan dari Ibnu AbbasRadhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam orang
yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau akan semakin dermawan pada
Ramadhan saat Jibril mendatanginya dan mengkaji Al-Qur'an dengannya.
Adalah Jibril mendatanginya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan
dan memperdengarkan Al-Qur'an darinya. Maka pada saat ditemui Jibril
itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Rajab berkata, "Hadits tersebut menunjukkan sunnahnya mengkaji
Al-Qur'an pada bulan Ramadhan, berkumpul untuk mengkajinya. Di dalamnya
juga terdapat dalil anjuran memperbanyak tilawah Al-Qur'an pada malam
Ramadhan, karena pada malam hari kesibukan telah habis, tekad menguat,
sementara hati dan lisan bersatu untuk merenungkan, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala,
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan." (QS. Al-Muzzammil: 6)
Para ulama kita terdahulu juga telah memberi teladan dalam hal ini.
Mereka sangat memperhatikan kitabullah di Ramadhan. Misalnya Utsman bin
Affan radliyallah 'anhu,pada bulan Ramadlan
menghatamkan Al-Qur'an sehari sekali. Sebagian ulama salaf yang lain
menghatamkannya pada shalat malam/qiyam Ramadhan setiap tiga hari
sekali. Sebagian lain menghatamkannya semingu sekali. Dan yang lainnya
sepuluh hari sekali. Mereka membaca Al-Qur'an dalam shalat dan di luar
shalat.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Adapun yang menghatamkan
Al-Qur'an dalam satu raka'at, maka tidak dapat dihitung karena
banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin 'Affan, Tamim al-Daari,
Sa'id bin JubairRadhiyallahu 'Anhu, beliau menghatamkan dalam satu raka'at di dalam Ka'bah."
Ibnul Hakam berkata, "Adalah Malik -rahimahullah-, apabila sudah masuk Ramadhan beliau lari dari membaca hadits dan berkumpul bersama ulama."
Imam al-Syafi'i rahimahullah, pada bulan Ramadhan menghatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam Qatadah rahimahullah senantiasa
menghatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan Ramadhan setiap tiga
hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir, menghatamkannya setiap
malam.
Imam al-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki Ramadhan tidak
lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau hanya
membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk
Ramadhan, "Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca Al-Qur'an dan memberi makan."
Abdurazaq berkata, "Sufyan ats-Tsauri jika sudah masuk Ramadhan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca Al-Qur'an"
Imam al-Dzahabi berkata, "Telah diriwayatkan dari banyak jalur bahwa Abu
Bakar bin 'Ayyasy tinggal selama empat puluh tahun menghatamkan
Al-Qur'an sekali dalam sehari semalam."
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "(Maksud) adanya larangan
membaca Al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu jika
dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti bulan
Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar
makkah, dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an di sana, untuk
menghargai kemuliaan tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam
Ahmad, Ishaq, dan imam-imam lainya. Hal ini didukung dengan amalan
selain mereka."
Menangis ketika membaca al-Qur'an
Kebiasaan para ulama terdahulu, mereka tidak membaca Al-Qur'an
sebagaimana membaca sair, yaitu tanpa diresapi dan difahami. Mereka
sangat terpengaruh dengan kalamullah dan hati mereka terenyuh. Dalam shahih al-Bukhari, dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Bacakan untukku." Aku menjawab, "Apa aku pantas membacakan Al-Qur'an
kepada anda, sedangkan kepada andalah Al-Qur'an ini diturunkan?". Beliau
bersabda, "Sungguh aku senang mendengarkan Al-Qur;an dari selainku."
Dia berkata, "Aku membaca surah al-Nisa' sehingga ketika aku sampai:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai
umatmu)." (QS. An-Nisa': 41). Beliau bersabda: "cukup!". Lalu beliau berbalik, tiba-tiba kedua matanya sudah basah.
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhuberkata: ketika diturunkan
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ
"Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?" (QS. An-Najm: 59-60) Ahlu shuffah menangis sehingga air mata mereka mengalir di pipi-pipi mereka. Ketika Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam mendengar
tangisan mereka, beliau menangis bersama mereka dan kamipun menangis
karena tangisan beliau. Lalu beliau bersabda, "Tidak akan tersentuh api
neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah."
Ibnu Umar radliyallah 'anhu pernah membaca surat al-Muthaffifin, ketika sampai:
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
"(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?" beliau menangis hingga pingsan, dan tidak kuasa melanjutkannya.
Dari Muzahim bin Zufar berkata: "sufyan ats-Tsauri shalat Maghrib bersama kami, ketika bacaan beliau sampai
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5) lalu beliau menangis hingga terputus bacaan beliau kemudian mengulanginya lagi dari al-hamdu.
Dari Ibrahim bin al-Asy'asy berkata, "Aku mendengar Fudhail pada satu
malam berkata saat ia membaca surat Muhammad, dia dalam keadaan menangis
dan bertambah tangisannya saat sampai pada ayat,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan
agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." (QS. Muhammad: 31)
Beliau berkata, "dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu."
Dia mengulanginya dan "(ia berkata) Engkau memberi tahu tentang hal
ihwal kami, jika Engkau membuka hal ihwal kami berarti Engkau
memperlihatkan kesalahan-kesalahan kami dan menyingkap penutup-penutup
kami. Jika Engkau menyatakan hal ihwal kami pastinya Engkau membinasakan
kami dan menyiksa kami." Dan beliau (Fudhail) menangis."
Demikianlah sekilas gambaran generasi shalih kita terdahulu dalam
memakmurkan Ramadhan dengan bacaan Al-Qur'an. Tergerakkah kita untuk
meniru mereka? Memperbanyak tilawah Al-Qur'an di bulan ini sekaligus
juga mentadabburinya, merenungkan makna-makna-Nya?. Sudah berapa kali
hatam-kah kita hingga sekarang? mampukah kita menghatamkan al-Qur'an,
walau hanya sekali, dalam Ramadlan kali ini? semoga Allah memberi
kekuatan pada kita untuk lebih mencintai kalam-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini