Posted by Unknown on Sabtu, April 18, 2015 in Islami | No comments
Taubat dalam Islam. Menebus kesalahanan pada Allah dilakukan dengan cara bertaubat (QS Al Baqarah 2:222; Ali Imron 3:133)
Oleh A. Fatih Syuhud
Ditulis untuk Buletin El Ukhuwah
Ponpes Alkhoirot Putri Karangsuko, Malang
Oleh A. Fatih Syuhud
Ditulis untuk Buletin El Ukhuwah
Ponpes Alkhoirot Putri Karangsuko, Malang
Taubat bermakna kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat atau dosa
sambil menyesali kesalahan yang dilakukan dan berjanji sepenuh hati
untuk tidak melakukannya lagi. Pada perkembangan berikutnya, taubat juga
berarti menyesali kesalahan yang dilakukan tidak hanya pada Allah, tapi
juga pada sesama manusia.
Secara kontekstual, ada tiga macam kesalahan yang dilakukan seseorang, pertama, kesalahan kepada Allah, seperti mengabaikan ibadah shalat lima waktu, berzina, dan lain-lain.
Secara kontekstual, ada tiga macam kesalahan yang dilakukan seseorang, pertama, kesalahan kepada Allah, seperti mengabaikan ibadah shalat lima waktu, berzina, dan lain-lain.
Kedua, kesalahan pada Allah dan sesama manusia, seperti membunuh,
mencuri, dan lain-lain. Ketiga, kesalahan pada sesama manusia (haqqul
adami).
Menebus kesalahanan pada Allah dilakukan dengan cara bertaubat (QS Al
Baqarah 2:222; Ali Imron 3:133) dengan taubat nasuha yaitu sikap
penyesalan atas kealpaan yang dilakukan dan komitmen yang tulus untuk
tidak mengulangi (QS At Tahrim 66:8). Taubat nasuha, dengan demikian,
adalah perilaku penyesalan diri yang konsisten antara janji dan perilaku
serta berkesinambungan.
Taubat nasuha juga harus dilakukan saat kita menyesali kesalahan pada
sesama manusia (haqqul adami). Hal ini disebabkan karena Allah tidak
akan mengampuni dosa antara sesama manusia (haqqul adami ) sampai yang
bersangkutan memaafkan kesalahan kita. Dalam suatu Hadits diriwayatkan,
Rasulullah menjelang wafatnya mengumumkan pada para Sahabat bahwa
apabila beliau punya salah, beliau minta maaf. Apabila tidak dimaafkan,
silahkan yang bersangkutan membalasnya sesuai dengan kesalahan yang
dilakukan Nabi.
Meminta maaf pada sesama manusia bagi banyak orang terasa lebih berat
dibanding bertaubat pada Tuhan. Padahal, seperti disinggung di muka, ia
tak kalah pentingnya karena dalam Islam keharmonisan hubungan
antarmanusia (hablun minan nas) sama prioritasnya dengan kaharmonisan
hubungan manusia dengan Tuhan-nya (hablun min Allah).
Apabila kita berbuat salah yang merugikan orang lain, permintaan maaf
yang tulus sangatlah perlu. Yakinkan bahwa kesalahan Anda itu tidak akan
terulang lagi.
Permintaan maaf diperlukan bukan hanya untuk mengobati hati orang yang
disakiti. Tetapi, yang lebih penting, untuk kebaikan diri kita sendiri.
Untuk mengembalikan kepercayaan (trust) orang itu pada kita. Kehidupan
antarmanusia baru bisa dikatakan harmonis dan saling menguntungkan kalau
dibangun dari rasa saling percaya.
Seseorang yang bermartabat dan ingin dihargai orang lain harus dapat
menjaga kepercayaan (amanah) yang diberikan padanya. Saat ketika amanah
itu dilanggar, ia telah menghancurkan dirinya sendiri di mata orang
lain. Sama dengan saat dia melanggar amanah yang diberikan Allah dengan
tidak mematuhi perintah dan mengabaikan larangan-Nya.
Allah Maha Tahu apakah taubat kita itu nasuha atau cuma main-main. Akan
tetapi, manusia tidak tahu, apakah permintaan maaf kita berkualitas
nasuha atau cuma di bibir saja. Untuk itu diperlukan pembuktian
terus-menerus untuk mengembalikan kepercayaan yang telah kita hancurkan
sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini