Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, rabb semesta alam. Shalawat dan
salam terlimpah dan tercurah kepada manusia pilihan, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Lailatul Qadar adalah malam yang agung. Malam penuh kemuliaan. Ibadah di
dalamnya lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan. Siapa yang
mendapatkan kemuliaannya sungguh ia manusia beruntung dan dirahmati.
Sebaliknya, siapa yang luput dari kebaikan di dalamnya, sungguh ia
termasuk manusia buntung dan merugi.
Kemuliaan Lailatul Qadar yang penuh keberkahan dapat dilihat dari
pilihan Allah terhadapnya untuk menurunkan kitab terbaik-Nya dan syariat
agama-Nya yang paling mulia. AllahSubhanahu wa Ta'ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ
الْفَجْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan.Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat
Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu
(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadar: 1-5)
Sesungguhnya Lailatul Qadar tidak seperti malam-malam selainnya. Pahala
amal shalih di dalamnya sangat besar. Maka siapa yang diharamkan
mendapatkan pahalanya, sungguh ia tidak mendapatkan kebaikan malam itu.
Oleh karenanya, sudah sewajarnya seorang muslim menghidupkan malam
tersebut dengan bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan kepada
Allah secara maksimal. Dan menghidupkannya harus didasarkan kepada iman
dan berharap pahala kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Disebutkan dalam hadits shahih:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan imanan wa
ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam redaksi lain,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di Lailatul Qadar imanan
wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang waktu turunnya Lailatul Qadar tersebut. Beliau bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
Lalu beliau menjelaskan lebih rinci lagi tentang waktunya dalam sabdanya,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)
Yaitu malam-malam ganjil dari bulan Ramadhan secara hakiki. Yakni malam
21, 23, 25, 27, dan 29. Lalu sebagian ulama merajihkan (menguatkan),
Lailatul Qadar berpiindah-pindah dari dari satu malam ke malam ganjil
lainnya pada setiap tahunnya. Lailatul Qadar tidak melulu pada satu
malam tertentu pada setiap tahunnya.
Imam al-Nawawi rahimahullah berkata: "Ini adalah yang zahir dan
terpilih karena bertentangan hadits-hadits shahih dalam masalah itu.
tidak ada jalan untuk menjama'(mengompromikan) di antara dalil-dalil tersebut kecuali dengan intiqal (berpindah-pindah)-nya."
Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan catatan
terhadap pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di atas, "Yang jelas,
menurutku, Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh
malam terakhir dan berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak
khusus hanya pada malam ke 27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay,
Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27, ini terjadi dalam suatu tahun dan
bukan berarti terjadi pada semua tahun. Buktinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'idRadhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallamberkhutbah kepada mereka seraya mengatakan:
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ
الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ وَإِنِّي أُرِيتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي
مَاءٍ وَطِينٍ
"Sungguh aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian terlupakan
olehku. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari
terakhir pada setiap malam ganjilnya. Pada saat itu aku merasa bersujud
di air dan lumpur."
Abu Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim)
Demikian kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah Lailatul
Qadar. Wallahu A'lam." (Selesai ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah:
III/202-203)
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram(Ta'liq
atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat yang paling rajih
dan paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di sepuluh
hari terakhir. Ia bisa berpindah-pindah, terkadang di malam ke 21,
terkadang pada malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada
malam ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan terhadap
beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini
(hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam ke 27, dan sebagaimana
dalam beberapa hadits lain, ia berada di malam 21 dan 23, maka itu pada
tahun tertentu, tidak pada setiap tahun. Tetapi perkiraan orang yang
meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka sesuai
dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang banyak
dalam penetapannya."
Tanda-tanda Lailatul Qadar
Disebutkan juga oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah bahwa Lailatul
Qadar memiliki beberapa tanda-tanda yang mengiringinya dan tanda-tanda
yang datang kemudian.
Tanda-tanda yang megiringi Lailatul Qadar:
- Kuatnya cahaya dan sinar pada malam itu, tanda ini ketika hadir tidak dirasakan kecuali oleh orang yang berada di daratan dan jauh dari cahaya.
- Thama'ninah (tenang), maksudnya ketenangan hati dan lapangnya dada seorang mukmin. Dia mendapatkan ketenanangan dan ketentraman serta lega dada pada malam itu lebih banyak dari yang didapatkannya pada malam-malam selainnya.
- Angin bertiup tenang, maksudnya tidak bertiup kencang dan gemuruh, bahkan udara pada malam itu terasa sejuk.
- Terkadang manusia bisa bermimpi melihat Allah pada malam itu sebagaimana yang dialami sebagian sahabat radliyallah 'anhum.
- Orang yang shalat mendapatkan kenikmatan yang lebih dalam shalatnya dibandingkan malam-malam selainnya.
Tanda-tanda yang mengikutinya:
Matahari akan terbit pada pagi harinya tidak membuat silau, sinarnya
bersih tidak seperti hari-hari biasa. Hal itu ditunjukkan oleh hadits
Ubai bin Ka'b radliyallah 'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallammengabarkan kepada kami: "Matahari terbit pada hari itu tidak membuat silau." (HR. Muslim)
Penutup
Siapa yang merindukan Lailatul Qadar hendaknya ia bersungguh-sungguh
dalam sisa hari Ramadhan ini, khususnya di sepuluh hari terakhirnya.
Semoga satu dari sepuluh malam terakhir yang kita hidupkan tersebut
salah satunya adalah Lailatul Qadar. Sehingga kita mendapatkan pahala
dan ganjaran yang besar. Selain itu, ini kesungguhan ini adalah bentuk
iqtida' (mengikuti dna mencontoh) Nabi al-musthafa Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
kita juga memperbanyak doa dan pengharapan kepada-Nya untuk kebaikan
diri kita, keluarga, dan kaum muslimin secara keseluruhan. Amiin!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini