Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
Bagi anak, orang tua adalah orang terdekat yang seharusnya dijadikan
sandaran untuk mendapatkan kasih sayang. Terlebih seorang ibu. Allah
menjadikan seorang wanita mulia dengan kedudukannya sebagai seorang ibu.
Seorang ibu adalah manusia yang kerap kali menjadi tujuan kita
bertumpu. Di saat sedih, di saat membutuhkan semangat, atau bahkan di
saat butuh bantuan, ibu selalu ada untuk kita.
Seorang ibu, laksana malaikat yang dikirim Allah kepada setiap anak.
Melimpahkan kasih sayangnya, memberikan perlindungannya, dan melakukan
segala pengorbanan demi kebahagiaan anak-anaknya.
Tak terukur perjuangan seorang ibu di kala hamil, rasa sakit dasyat yang
dirasakannya ketika melahirkan, serta kelelahan demi kelelahan yang
dilakukannya demi memberikan yang terbaik untuk kita.
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِير
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman
14)
Maka wajarlah ketika Rasulullah menyebutkan nama ibu hingga tiga kali
sebelum menyebut nama ayah saat ditanya siapa yang patut kita perlakukan
dengan baik. Karena ibu lah yang dengan karunia kasih sayang yang
dilimpahkan Allah padanya, telah memberikan segenap rasa itu pada
anak-anaknya.
Dari sahabat abu hurairah radiyalhu ‘anhu beliau berkata : Datang
seorang pria laki-laki kepada rasulullah kemudian dia bertanya : Wahai
rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?”
Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian
siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian
siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya
lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Bapakmu” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ketika kita sakit, ibulah yang bangun sepanjang malam untuk
memperhatikan kondisi anaknya, sementara sebagian besar ayah bisa
tertidur lelap dikala itu. Ibu, bahkan ketika kita berniat membalas
jasanya dengan emas segunungpun, tak akan mampu menggati semua yang
telah ia lakukan pada kita. Bahkan sekeras apapun perjuangan usaha kita
untuk ‘menyaingi’ semua yang dilakukan ibu kepada kita, semua itu tak
akan menandingi sedikit pun yang dilakukan ibu pada anak-anaknya.
Suatu hari, Ibnu Umar melihat seseorang yang sedang menggendong ibunya
sambil thawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lantas berkata
kepadanya, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah
membalas kebaikan ibuku?”
Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika
melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan
memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang
engkau lakukan.” (Kitab al-Kabair karya adz-Dzahabi).
Ibu….melaluinya kita bisa merasakan betapa besar kasih sayang Allah yang
dimiliki bagi setiap hambanya. Sungguh, sebesar apapun kasih sayang
seorang ibu pada anaknya, pada dasarnya semua itu tak mampu melebihi
kasih sayang Allah pada hamba Nya.
“Dari Umar bin Al Khaththab RA berkata: Didatangkanlah para tawanan
perang kepada Rasulullah SAW. Maka di antara tawanan itu terdapat
seorang wanita yang susunya siap mengucur berjalan tergesa-gesa –
sehingga ia menemukan seorang anak kecil dalam kelompok tawanan itu – ia
segera menggendong, dan menyusuinya. Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda:
Akankah kalian melihat ibu ini melemparkan anaknya ke dalam api? Kami
menjawab: Tidak, dan ia mampu untuk tidak melemparkannya. Lalu Nabi
bersabda: Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi
sayangnya ibu ini kepada anaknya” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Namun, apakah yang sudah kita lakukan untuknya? Ketika kita kecil,
pelukan ibu adalah tempat paling nyaman dan menenangkan di dunia, ketika
kita beranjak remaja tak sedikit dari kita yang merasa malu dengan
keberadaannya, bahkan ketika dewasa dan berumah tangga, banyak juga yang
merasa terganggu dengan keberadaannya dalam rumah tangga kita. Bahkan
setelah lelah dan segala pengorbanan yang ibu lakukan pada kita, kita
malah membalasnya dengan menjadi anak kurang ajar, menjadikan ibu-ibu
kita sebagai pengasuh bagi anak-anak kita, melimpahkan kewajiban dan
tanggung jawab kita sebagai seorang ibu, lagi-lagi kepadanya.
Ibu…aku merindukanmu seperti halnya rinduku pada syurga. Subhanallah,
sungguh sejuk hati seorang ibu mendengar anaknya berkata demikian.
Bahkan di masa senjanya, seorang ibu tak mengharapkan materi apapun dari
anak-anaknya. Seorang ibu hanya mengharap anak-anaknya akan bahagia.
Hanya itu. Sungguh tulus.
Namun, di akhir zaman ini, tak sedikit juga kita jumpai ibu-ibu yang
menjelma menjadi monster. Membuang anak yang baru dilahirkannya, tak mau
menyusui anaknya, tak rela melepas karir dan memilih menitipkan
anak-anaknya pada pengasuh, menjadikan anak-anaknya sebagai tambang
untuk mengeruk materi, bahkan tak jarang juga kita menemukan seorang ibu
yang rela menjual anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Na’uzubillah.
Seandainya, para wanita tahu betapa mulianya kedudukan seorang ibu,
betapa indahnya syurga yang dijanjikanNya bagi para ibu-ibu mulia.
Sungguh….seandainya mereka mengetahuinya. Maka dunia ini akan dipenuhi
oleh para ibu penghuni syurga. Aamiin Ya Rabb.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini