Posted by Unknown on Jumat, April 10, 2015 in Islami | No comments
- PENDAHULUAN
Tidak terasa perputaran waktu dalam tahun hijriah telah memasuki bulan
ke delapan. Salah satu bulan yang diagungkan dan mempunyai kelebihan
tersendiri dalam kalender Islam, yaitu bulan Sya’ban. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
شعبان شهرى ورمضان شهر الله وشعبان المطهر ورمضان المكفر[1] (الديلمى عن عائشة)
“Sya’ban adalah bulanku, Ramadhan adalah bulan Allah. Sya’ban adalah
bulan yang menyucikan dan Ramadhan adalah bulan penghapusan dosa” (HR. Imam al-Dailami)
Dinamakan dengan Sya’ban dikarenakan dalam bulan itu terpancar
bercabang-cabang kebaikan yang banyak bagi bulan Ramadhan. Rasulullah
SAW bersabda :
عن أنس قال :قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تدرون لم سمي شعبان شعبان لأنه يتشعب فيه لرمضان خير كثير[2]
“Tahukah kalian mengapa bulan Sya’ban dinamakan dengan Sya’ban?
Karena dalam bulan Sya’ban bercabang-cabang kebaikan yang banyak bagi
bulan Ramadhan”.
Dalam pendapat lain, Ibnu Manzhur mengutip perkataan Tsa’lab yang
mengatakan bahwa sebagian ulama berpendapat bulan tersebut dinamakan
dengan Sya’ban karena ia sya’ab, artinya zhahir (menonjol) di antara dua bulan, yaitu bulan Rajab dan bulan Ramadhan.[3]
Telah menjadi suatu tradisi ketika memasuki bulan Sya’ban,
masyarakat muslim di Indonesia mempersiapkan diri dalam upaya
peningkatan amal ibadahnya, seolah-olah bulan Sya’ban menjadi fase
pemanasan beribadah untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mulai dari
rutinitas puasa sunat semenjak awal Sya’ban hingga pelaksanaan shalat tasbih dan yasinan pada malam pertengahan bulan (nishfu Sya’ban).
Karena itu, pemahaman kembali pada tradisi yang tidak terlepas dari
anjuran agama ini merupakan suatu keniscayaan. Dan, tentu saja
menyikapinya pun harus secara arif dan bijaksana.
- PEMBAHASAN
Dalam tulisan ini, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui menyangkut
dengan bulan Sya’ban dan rutinitas ibadah yang terdapat di dalamnya.
Secara singkat, kami mencoba untuk menguraikannya sebagai berikut :
BULAN SYA`BAN DAN KELEBIHANNYA
Bulan Sya’ban mengandung nilai keagungan yang tinggi dalam sistem
penanggalan tahun Islam, baik dalam perputaran sejarah maupun esensi
nilai ibadah yang terkandung di dalamnya. Indikasinya bisa kita telisik
sedikit dari beberapa hal berikut ini :
- Dalam bulan Sya’ban (bertepatan hari Selasa pada 15 Sya’ban) Allah SWT memerintahkan perubahan kiblat dari Bait al-Muqaddis ke Ka’bah Baitullah.[4]
- Dalam bulan Sya’ban Allah SWT menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Rasulullah SAW[5], yaitu :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُواصَلُّواعَلَيْهِ وَسَلِّمُواتَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-malaikat Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. al-Ahzab : 56)
- Bulan Sya’ban adalah bulan dimana Nabi SAW paling banyak melakukan puasa. ‘Aisyah meriwayatkan :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا
يصوم وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان
وما رأيته في شهر أكثر منه صياما في شعبان[6]
“Adalah Rasulullah SAW berpuasa sehingga kami mengatakan bahwa
beliau tidak berbuka dan beliau berbuka sehingga kami mengatakan bahwa
beliau tidak berpuasa. Dan tidak pernah sama sekali saya melihat
Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan dan tidak
pernah saya melihat beliau lebih banyak berpuasa dalam sebulan yang
lebih banyak daripada bulan Sya`ban”. (HR. Imam Muslim)
- Bulan Sya’ban juga merupakan bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT. Nabi SAW bersabda :
عن أسامة بن زيد قال : قلت يا رسول الله إني أراك تصوم في شهر ما لا أراك
تصوم في شهر، ما تصوم فيه؟ قال: أي شهر؟ قلت : شعبان قال: شعبان بين رجب
وشهر رمضان يغفل الناس عنه، ترفع فيه أعمال العباد، فأحب أن لا يرفع عملي
إلا وأنا صائم، قلت : أراك تصوم يوم الاثنين والخميس ولا تدعهما قال: إن
أعمال العباد ترفع فيهما فأحب أن لا يرفع عملي إلا وأنا صائم[7]
“Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata : Saya berkata : “Ya
Rasulullah, saya melihat engkau berpuasa dalam sebulan yang tidak saya
lihat engkau berpuasa seperti demikian dalam bulan yang lain”.
Rasulullah SAW berkata : “Bulan mana?” Saya berkata : “Bulan Sya`ban”.
Rasul SAW menjawab : “Bulan Sya`ban adalah bulan antara Rajab dan
Ramadhan yang banyak di manusia lalai darinya. Dalam bulan Sya`ban di
angkat amalan manusia, maka aku cintai tidak di angkatkan amalanku
kecuali sedangkan aku dalam keadaan berpuasa”. Saya berkata: “Saya
melihat engkau berpusa hari Senin dan Kamis dan tidak engkau tinggalkan
keduanya”. Rasul SAW menjawab : “Sesungguhnya amalan hamba di angkat
dalam kedua hari tersebut, maka aku cintai tidak di angkatkan amalanku
kecuali sedangkan aku dalam keadaan berpuasa”. (HR. Imam al-Baihaqi)
Dalam hadits ini Rasulullah SAW menerangkan bahwa banyak manusia yang
lengah di bulan Sya’ban karena sibuk dan merasa cukup dengan dua bulan
mulia yang mengapit bulan Sya’ban, yaitu bulan Rajab dan bulan Ramadhan.
Melakukan ibadat pada waktu orang lain lalai, memiliki kelebihan
tersendiri sebagaimana di terangkan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami.[8]
- KEUTAMAAN NISHFU SYA’BAN DAN AMALAN DI DALAMNYA.
Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah adanya malam nishfu Sya’ban yang merupakan malam termulia setelah malam Lailatul-Qadar.
Sebagian ulama mengatakan bahwa kemulian bulan Rajab terletak pada 10
awalnya, bulan Sya’ban terletak pada 10 yang kedua dan bulan Ramadhan
terletak pada 10 yang terakhir.[9]
Kelompok yang pertama sekali membesarkan malam nishfu Sya’ban dengan rutinitas ibadah yang lebih banyak dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya adalah paratabi’in dari
negeri Syam seperti Imam Khalid bin Ma`dan, Imam Makhul, Imam Luqman
bin ‘Amir dan lainnya. Sebagian dari mereka menghidupkan malam nishfu Sya’ban
dengan berjamaah di mesjid dengan memakai pakaian yang bagus. Ketika
hal ini menyebar, para ulama berbeda pendapat dalam menanggapinya.
Sebagian ulama menerimanya seperti ulama negeri Bashrah dan lainnya,
sedangkan sebagian ulama Mekkah seperti Imam ‘Atha` dan Imam Ibnu Abi
Malikah serta fuqaha Madinah mengingkarinya. Imam Ishaq
Rahawaih berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah bid’ah sedangkan Imam
Auza’i menganggap makruh menghidupkannya secara berjamaah tetapi tidak
makruh secara sendiri. [10]
Malam nishfu sya’ban dapat dikategorikan sebagai salah satu
malam yang baik untuk beribadat dan berdoa dikarenakan keumuman dalil
dimana setiap malam ada satu saat yang mustajabah doa.
Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ
يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ
لَيْلَةٍ[11]
Dari Jabir, beliau berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW berkata
bahwa dalam setiap malam terdapat satu waktu yang tidak ada hamba muslim
berbetulan dengan nya dimana ia meminta kebaikan kepada Allah SWT
melainkan Allah SWT mengabulkan permintaannya, dan hal tersebut pada
setiap malam”. (HR. Imam Muslim)
Selain itu, banyak juga dalil-dalil khusus yang menunjuki kelebihan malam nishfu Sya’ban walaupun sebagian hadits tersebut dha’if, namun sebagiannya juga dianggap shahih oleh Imam Ibnu Hibban[12] dan sebagian lainnya dikuatkan dengan adanya periwayatan padathariq-thariq yang lain yang berfungsi sebagai muttabi’ dan syawahid sehingga beberapa hadits tersebut naik derajatnya menjadi hasan. Lagipula, hadits dha’if boleh diamalkan untuk fadhail-a’mal dengan catatan tidak terlalu dha’if. Bahkan Imam al-Ramli mengatakan bahwa Imam al-Nawawi dalam beberapa karangan beliau menceritakan tentang adanyaijma’ ulama tentang kebolehan beramal dengan hadits dha’if pada permasalahan fadhail-a’mal (keutamaan
beramal).[13] Selanjutnya, Imam Husain Muhammad ‘Ali Makhlul al-‘Adawy
mengatakan bahwa hadits-hadits tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban serta kelebihan menghidupkan malam tersebut merupakan hadits yang boleh di amalkan pada fadhail-a’mal.[14]
Diantara dalil-dalil khusus tersebut antara lain :
- Hadits riwayat Imam al-Thabrani dan Imam Ibnu Hibban :
يطلع الله إلى جميع خلقه ليلة النصف من شعبان ويغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن[15](رواه الطبراني وابن حبان في صحيحه)
“Allah SWT memandang sekalian makhluk-Nya pada malam nishfu Sya’ban
dan Allah SWT mengampuni sekalian makhluknya kecuali yang musyrik dan
yang memiliki dendam”.
- Hadits riwayat Imam Ibnu Majah :
عن علي عن النبي صلى الله عليه وسلم إذا كان ليلة نصف شعبان فقوموا ليلها
وصوموا نهارها فإن الله تعالى ينزل فيها لغروب الشمس إلى السماء الدنيا
فيقول: ألا مستغفر فأغفر له ألا مسترزق فأرزقه ألا مبتلي فأعافيه ألا كذا
ألا كذا حتى يطلع الفجر[16]
“Apabila tiba malam nishfu Sya’ban maka shalatlah pada malam harinya
dan berpuasalah pada siang harinya, karena (rahmat) Allah SWT akan
turun ke langit dunia pada saat tersebut sejak terbenam matahari dan
Allah SWT berfirman : “Adakah ada orang yang meminta ampun, maka akan
Aku ampunkan, adakah yang meminta rezeki, maka akan Ku berikan rezeki
untuknya, adakah orang yang terkena musibah maka akan Aku lindungi,
adakah sedemikian, adakah sedemikian, hingga terbit fajar”.
- Hadits riwayat ‘Aisyah:
عن عائشة رضي الله عنها قالت فقدت النبي صلى الله عليه وسلم فخرجت فإذا هو
بالبقيع رافعا رأسه إلى السماء فقال: أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله
فقلت يا رسول الله ظننت أنك أتيت بعض نسائك فقال: إن الله تبارك وتعالى
ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم
كلب[17]
“Berkatalah ‘Aisyah :”Saya kehilangan Rasulullah SAW, tiba-tiba
beliau berada di Baqi’ sambil mengangkat kepala ke langit”. Beliau
berkata: “Apakah engkau takut engkau dizalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?”
Saya menjawab: “Ya Rasulullah, saya menyangka engkau mendatangi
sebagian istri engkau”. Beliau berkata : “Sesungguhnya Allah Yang Maha
Suci dan Maha Tinggi turun pada malam nishfu Sya’ban ke langit dunia,
maka Allah SWT mengampunkannya lebih banyak dari bulu domba Bani Kalab”. (HR. Imam Ahmad)
- Hadits riwayat Imam al-Baihaqi :
هل تدرين ما في هذه الليلة؟ قالت: ما فيها يا رسول الله؟ فقال: فيها أن
يكتب كل مولود من بني آدم في هذه السنة، وفيها أن يكتب كل هالك من بني آدم
في هذه السنة، وفيها ترفع أعمالهم، وفيها تنزل أرزاقهم…[18]
“Rasululah berkata :”Adakah kamu ketahui kejadian pada malam ini?”
‘Aisyah menjawab :”Apa yang terjadi pada malam ini, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab :”Pada malam ini dituliskan semua anak yang akan lahir
pada tahun ini dari keturunan Adam, pada malam ini dituliskan semua
orang yang akan mati pada tahun ini, pada malam ini diangkat amalan
manusia dan pada malam ini diturunkan rezeki mereka…”.
Selanjutnya, para ulama juga berkomentar tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban, diantaranya adalah :
- Riwayat yang menceritakan bahwa ‘Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada pegawai beliau di Bashrah:
عليك بأربع ليال من السنة فإن الله يفرغ فيهن الرحمة إفراغا أول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الفطر وليلة الأضحى[19]
“Lazimkanlah empat malam dalam setahun karena sesungguhnya Allah
memenuhi padanya dengan rahmat Nya, yaitu awal malam dari Rajab, malam
nishfu Sya’ban, malam ‘idul-fithri, malam ‘idul-adha”.
- Imam al-Syafi’i mengatakan:
بلغنا أنه كان يقال إن الدعاء يستجاب في خمس ليال في ليلة الجمعة وليلة
الأضحى وليلة الفطر وأول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان[20]
“Telah sampai riwayat kepada kami bahwa dikatakan do`a dikabulkan pada lima malam, yaitu pada malam Jum`at, malam hari raya adha, malam hari raya fithri, awal malam bulan Rajab dan malam nishfu Sya`ban”.
- Imam il-Taqi al-Subki mengatakan:
أن احياء ليلة النصف من شعبان يكفر ذنوب السنة وليلة جمعة تكفر ذنوب الأسبوع وليلة القدر تكفر ذنوب العمر[21]
“Menghidupkan malam nishfu Sya’ban diampunkan dosa setahun,
menghidupkan malam Jum’at diampunkan dosa seminggu dan menghidupkan
malam Qadar di ampunkan dosa seumur hidup”.
Dan masih banyak lagi keterangan para ulama tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban, bahkan Ibnu Taimiyah sekalipun mengakui kelebihan beramal dan berkumpul untuk beribadat pada malam nishfu Sya’ban walaupun terdapat beberapa hadits maudhu’ tentang hal tersebut.[22]
Nama-nama malam Nishfu Sya'ban
Dalam menunjuki kemuliaan malam nishfu Sya’ban, para ulama menyebutkan beberapa nama bagi malam tersebut sebagaimana perkataan sebagian ulama:
كثرة الاسماء تدل على شرف المسمى
“Banyak nama menunjuki kemulian zatnya”.
Imam Ahmad bin Isma’il bin Yusuf al-Thaliqani menyebutkan nama-nama malam nishfuSya’ban hingga mencapai 22 nama, di antaranya :[23]
- Lailatul-Barakah artinya malam keberkahan (bertambah).
- Lailatul-Qasamah Wa Takdir, karena Allah SWT menunaikan satu urusan yang besar pada malam tersebut.
- Lailatul-Takfir (malam penghapusan) karena malam tersebut menghapus dosa.
- Lailatul-Ijabah (malam pengabulan doa) karena riwayat dari Ibnu ‘Umar bahwa malam tersebut do’a hamba tidak ditolak oleh Allah SWT.
- Lailatul-Hayyat (malam kehidupan) karena hadits riwayat Ishaq bahwa malaikat maut pada malam tersebut tidak mencabut nyawa seseorang antara Maghrib dan ‘Isya karena ia menerima buku amalan dari Allah SWT. Pendapat yang lain mengatakan karena Allah SWT tidak akan mematikan hati orang-orang yang menghidupkan malam tersebut.
- Lailatul-‘Idil-Malaikat (malam hari raya malaikat) karena malaikat juga memiliki dua malam hari raya seperti umat Islam memiliki dua hari raya ;‘idul-fithri dan ‘idhul-adha. Kedua hari raya malaikat tersebut adalah malam nishfu Sya’ban dan malam Qadarsebagaimana telah disebutkan oleh Imam ‘Abdullah Thahir bin Muhammad bin Ahmad Al-Haddad dalam kitabnya, ‘Uyun al-Majalis.
- Lailatul-Syafa’ah (malam syafaat) karena diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa ketika Rasul SAW shalat pada malam tersebut, turunlah malaikat Jibril dan berkata pada Rasulullah SAW: “Allah SWT telah membebaskan setengah dari ummat engkau dari api neraka”.
- Lailatul-Bara-ah (malam kelepasan) karena pada malam tersebut Allah SWT menuliskan kelepasan orang mukmin dari api neraka.
- Lailatul-Jaizah (malam ganjaran) karena Allah SWT memerintahkan kepada surga untuk berhias bagi orang beriman sebagai balasan amal mereka.
10. Lailatul-Nasakh (malan penulisan) karena ada riwayat dari ‘Atha’ bin Yasar yang mengatakan bahwa pada malam nishfu Sya’ban, malaikat maut menuliskan orang yang meninggal dari Sya’ban ini hingga Sya’ban tahun depan.
11. Lailatul-al-‘Itqi Min al-Nar (malam kemerdekaan dari api neraka) karena pada malam tersebut Allah SWT memerdekakan banyak hamba-Nya dari api neraka.
12. Lailatul-Rujhan (malam keunggulan).
13. Lailatu- Ta’zhim (malam keagungan).
14. Lailatul-Qadar (malam ketentuan).
15. Lailatul-Ghufran (malam pengampunan).
16. Lailatul-Rahmat (malam rahmat).
17. Lailatul-Shak (malam buku catatan).
18. Dan lain-lain.
Kemudian, dalam hal serangkaian ibadah yang dikerjakan pada malam nishfu Sya’ban, Imam Ibnu Rajab al-Hanbali meriwayatkan :
كان المسلمون إذا دخل شعبان انكبوا على المصاحف فقرؤها وأخرجوا زكاة أموالهم تقوية للضعيف والمسكين على صيام رمضان[24]
“Adalah umat muslim bila memasuki bulan Sya’ban mereka menekuni
mushaf (al-Qur`an), mereka membacanya, mengeluarkan zakat harta mereka
untuk menguatkan orang-orang yang lemah dan miskin untuk berpuasa dalam
bulan Ramadhan”.
قال سلمة بن كهيل: كان يقال شهر شعبان شهر القراء وكان حبيب بن أبي ثابت إذا دخل شعبان قال: هذا شهر القراء[25]
“Salmah bin Kuhail berkata :“Bulan Sya’ban disebutkan sebagai bulan
qura` (pembaca al-Qur`an) dan adalah Habib bin Abi Tsabit bila masuk
bulan Sya’ban beliau berkata :”Ini adalah bulan para pembaca al-Qur`an”.
كان عمرو بن قيس الملائي إذا دخل شعبان أغلق حانوته وتفرغ لقراءة القرآن[26]
“Adalah Amr bin Qais al-Mula-i ketika masuk bulan Sya’ban, ia
mengunci pintu tokonya dan mencurahkan waktunya untuk membaca al-Qur`an”.
Imam al-Ramli pernah ditanyakan tentang puasa nishfu Sya`ban dan haditsnya :
( سئل ) عن صوم منتصف شعبان كما رواه ابن ماجه عن النبي صلى الله عليه وسلم
أنه قال { إذا كانت ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها } هل
هو مستحب أو لا وهل الحديث صحيح أو لا وإن كان ضعيفا فمن ضعفه ؟( فأجاب )
بأنه يسن صوم نصف شعبان بل يسن صوم ثالث عشره ورابع عشره وخامس عشره
والحديث المذكور يحتج به[27]
“Ditanyakan tentang puasa nishfu Sya`ban sebagaimana diriwayatkan
dalam hadits riwayat Ibnu Majah dari Nabi SAW beliau berkata :”Apabila
datang malam nishfu Sya`ban maka berdirilah pada malamnya dan
berpuasalah pada harinya”. Apakah puasa tersebut sunat atau tidak? Dan
apakah hadits tersebut shahih atau tidak? Dan jika dhaif, maka siapa
yang mendhaifkannya?” Maka beliau menjawab :”Disunatkan puasa
pada nishfu Sya`ban bahkan disunatkan berpuasa hari ke 13, 14, dan 15.
Sedangkan hadits tersebut bisa dijadikan hujjah”.
Imam al-Fasyani berkesimpulan :
والحاصل أن إحياء ليلة النصف مستحب لما ورد فيه من الأحاديث ويكون ذلك
بالصلاة بغير تعيين عدد مخصوص وبقراءة القرآن فرادى وبذكر الله تعالى
والدعاء والتسبيح والصلاة على النبي صلّى الله عليه وسلّم جماعة وفرادى
وبقراءة الأحاديث وسماعه وعقد الدروس والمجالس للتفسير وشرح الأحاديث
والكلام على فضائل هذه الليلة وحضور تلك المجالس وسماعها وغير ذلك من
العبادات[28]
“Dan kesimpulannya bahwa menghidupkan malam nishfu Sya’ban
disunatkan karena adanya beberapa hadits. Menghidupkan malam nishfu
Sya’ban dapat dilakukan dengan shalat dengan tiada penentuan bilangan
rakaat secara khusus, membaca al-Qur`an secara sendiri, berzikir,
berdoa, bertasbih, bershalawat kepada Nabi secara sendiri dan berjamaah,
pembacaan hadits, mendengarkannya, mengadakan pengajaran dan majelis
bagi tafsir dan penjelasan hadits dan membicarakan kelebihan malam ini,
menghadiri dan mendengarkan majlis tersebut dan amalan ibadah yang
lain”.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa malam nishfu Sya’ban
juga merupakan malam penuh rahmat, maka sudah sepatutnya kita bertaubat
dan menjauhi kemaksiatan dalam malam tersebut, terlebih lagi ada
beberapa riwayat yang menyebutkan pengecualian terhadap beberapa pelaku
kemaksiatan yang bertobat sehingga mendapatkan keampunan pada malam
tersebut.[29]
Beberapa amalan-amalan shalih yang dapat dilakukan pada malam nishfu Sya’ban sebagaimana di terangkan oleh para ulama-ulama, antara lain :
- Shalat sunat tasbih.
Para ulama menyebutkan bahwa yang lebih utama pada malam nishfu Sya’ban adalah melaksanakan shalat tasbih yang diajarkan Nabi SAW kepada paman beliau Sayyidina ‘Abbas ra.[30]
- Shalat sunat awwabin.
Imam al-Zabidy mengatakan bahwa para ulama khalaf mewarisi rutinitas ibadah pada malamnishfu Sya’ban
dari para ulama sebelumnya dengan melaksanakan shalat enam rakaat
setelah shalat Maghrib, setiap dua rakaat satu kali salam. Pada tiap
rakaat dibaca surat al-Fatihah dan al-Ikhlash sebanyak enam kali. Tiap
selesai dari dua rakaat dilanjutkan dengan membaca surat Yasin, kemudian
membaca doa nishfu Sya’ban yang masyhur. Pada pembacaan surat
Yasin kali pertama, diniatkan supaya Allah SWT memberikan keberkahan
umur. Pada kali kedua, meminta keberkahan rezeki, dan pada kali ketiga
berdoa agar diberikan husnul-khatimah.[31]
Amalan ini masyhur disebutkan dalam kitab-kitab ulama sufi muta-akhirin, walaupun beliau belum menemukan dalil yang shahih dari
hadits untuk amalan tersebut. Namun, amalan tersebut merupakan amalan
yang diamalkan oleh para guru-guru Imam al-Zabidi pada masa itu.[32]
Imam Muhammad Zaki Ibrahim memberikan keterangan tentang shalat tersebut :
أمَّا ما تعوده النَّاس من صلاة ست ركعات أحياناً بين المغرب والعشاء ، فقد
وردت عدة أحاديث ثابتة في سنية هذه الركعات الست ، فإذا توسل العبد إلى
الله بهن في رجاء جلب المنافع ودفع المضار ، فهو متوسل إليه تعالى بعمل
صالح لا اعتراض عليه ، كما أنها تكون في الوقت نفسه نوعاً من صلاة الحاجة
المتفق على صحتها بين جميع أهل القبلة ، وهي في الأصل تسمى صلاة
الأوَّابين[33]
“Adapun perbuatan yang biasa di lakukan manusia berupa shalat enam
rakaat pada beberapa waktu di antara Maghrib dan ‘Isya, maka sungguh
terdapat beberapa hadits tentang kesunnahan shalat enam rakaat ini. Maka
apabila hamba bertawasul kepada Allah SWT dengan shalat tersebut untuk
mengharapkan mendapat manfaat dan dijauhkan mudharat, maka tawasul ini
adalah tawasul kepada Allah SWT dengan amalan shalih yang tidak ada
pertentangan tentangnya. Sebagaimana halnya shalat tersebut merupakan
bagian dari shalat hajat dalam waktu tersendiri yang disepakati
keshahihannya oleh sekalian ulama. Pada dasarnya, shalat enam rakaat
tersebut dinamakan shalat Awwabin”.
- Membaca surat Yasin sebanyak 3x setelah shalat Maghrib dan berdoa setelahnya.
Pada bacaan kali pertama diniatkan supaya Allah SWT memberikan panjang
umur beserta diberikan taufik untuk taat. Pada bacaan kali kedua
diniatkan supaya dijauhkan dari segala bala dan diberikan rezeki halal
yang banyak. Dan pada bacaan kali ketiga diniatkan tidak tergantung
hidupnya kepada orang lain dan diberikan husnul-khatimah. Setiap kali selesai membaca surat Yasin dilanjutkan dengan membaca doa nishfu Sya’ban yang masyhur seperti tertera berikut ini[34] :
بسم الله الرحمن الرحيم وصَلَّى الله عَلىَ سَيِّدِنَا محمدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا
يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَاْلِإكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ
وَلْإِنْعَامِ لَا إِلهِ إِلاَّ أَنْتَ ظَهْرُ اللاَّجِيْنَ، وَجَارُ
الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَمَأْمَنُ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ
كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحرُوْمًا أَوْ
مَطْرُوْدًا أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ
بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِيْ وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارَ رِزْقِـيْ،
وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا
مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحقُّ فِي
كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ، عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ، يَمْحُوْ
اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ، إِلِهيْ
بِالتَّجَلِّي اْلأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
الْمُكَرَّمِ التي يُفرَقُ فِيْهَا كَلَ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ.
أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلمُ وَمَا لَا
نَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَكَ أَنْتَ الأَعَزُّ
الْأَكْرَمُ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ[35]
Imam al-Dairabi dalam kitabnya, al-Mujarrabat,
menyebutkan bahwa salah satu keistimewaan surat Yasin adalah barangsiapa
membaca surat Yasin sebanyak 3x dengan niat sebagaimana tersebut
sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa nishfuSya’ban
seperti yang telah tertera tersebut, akan tetapi sebelum membaca doa
tersebut, terlebih dahulu membaca doa berikut ini, dimana kumpulan kedua
doa ini dibaca sebanyak 10x, maka tercapailah hajatnya[36] :
إِلَهِيْ جُوْدُكَ دَلَّنِيْ عَلَيْكَ،
وَإِحْسَانُكَ قَرَّبَنِيْ إِلَيْكَ، أَشْكُوْ إِلَيْكَ مَا لَا يَخْفَى
عَلَيْكَ، وَأَسْأَلُكَ مَا لَا يَعْسُرُ عَلَيْكَ، إِذْ عِلْمُكَ
بِحَالِيْ يَكْفِيْ عَنْ سُؤَالِيْ، يَا مُفَرِّجَ كَرْبِ
الْمَكْرُوْبِيْنَ فَرِّجْ عَنِّيْ مَا أَنَا فِيْهِ، لَا إِلَهِ إِلَا
أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنْ الظَّالِيْمِنِ، فَاسْتَجِبْنَا
لَهُ وَنَجِيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ[37]
Imam Sayyid Hasan bin Quthb ‘Abdullah bin Ba’alawi al-Haddad menambahkan
doa berikut ini setelah pembacaan surat Yasin dengan niat seperti
tersebut dan setelah doa nishfuSya’ban yang masyhur yang telah disebutkan sebelumnya[38] :
اَللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَعْظَمِ
عِبَادِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا فِي كُلِّ شَيْءٍ قَسَمْتَهُ فِي هذِهِ
اللَّيْلَةِ مِنْ نُوْرٍ تَهْدِي بِهِ، أَوْ رَحْمَةٍ تُنْشِرُهَا، أَوْ
رِزْقٍ تُبْسِطُهُ، أَوْ فَضْلٍ تُقَسِّمُهُ عَلَى عِبَادِكَ
الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا اللهُ، يَا اللهُ، لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ.
اَللّهُمَّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِــيًّا، مِنَ الشِّرْكِ
بَرِيًّا، لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا، وَقَلْبًا سَلِيْمًا خَاشِعًا
ضَارِعًا. اَللّهُمَّ امْلَأْ قَلْبِي بِنُوْرِكَ وَأَنْوَارِ
مُشَاهَدَتِكَ، وَجَمَالِكَ وَكَمَالِكَ وَمَحَبَّتِكَ، وَعِصْمَتِكَ
وَقُدْرَتِكَ وَعِلْمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ
تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ[39]
Lebih panjangnya, doa tersebut dilanjutkan seperti berikut ini : [40]
إِلَهِي تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِي هذِهِ
اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ وَأَمَّلَ مَعْرُوْفَكَ
وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَرَغَبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ
الرَّاغِبُوْن،َ وَلَكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ نُفَحَاتٌ، وعَطَايَا
وَجَوَائِزُ وَمَوَاهِبُ وَهَبَّاتٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ
مِنْ عِبَادِكَ وَتَخُصُّ بِهَا مَنْ أَحْبَبْتَهُ مِنْ خَلْقِكَ،
وَتَمْــنَعُ وَتُحَرِّمُ مَنْ لَمْ تَسْبِق لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ،
فَأَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَحَبِّ الأَسْمَاءِ إِلَيْكَ، وَأَكْرَمِ
الأَنْبِيَاءِ عَلَيْكَ، أَنْ تَجْعَلَنِي مِمَّنْ سَبَقَتْ لَهُ مِنْكَ
العِنَايَةُ، وَاجْعَلْنِي مِنْ أَوْفَرِ عِبَادِكَ وَاجْزُلْ خَلْقَكَ
حَظًّا وَنَصِيْبًا وَقَسَمًا وَهِبَّةً وَعَطِيَّةً فِي كُلِّ خَيْرٍ
تُقَسِّمُهُ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ أَوْ فِيْمَا بَعْدَهَا مِنْ نُوْرٍ
تَهْدِي بِهِ أَوْ رَحْمَةٍ تُنْشِرُهَا أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ أَوْ ضَرٍّ
تَكْشِفُهُ أَوْ ذَنْبٍ تُغْفِرُهُ أَوْ شِدَّةٍ تَدْفَعُهَا أَوْ
فِتْنَةٍ تُصَرِّفُهَا أَوْ بَلَاءٍ تَرْفَعُهُ، أَوْ مُعَافَاةٍ تَمُنُّ
بِهَا أَوْ عَدُوٍّ تَكْفِيْهِ فَاكْفِنِي كُلَّ شَرٍّ وَوَفِّقْنِي
اَللّهُمَّ لِمَكَارِمِ الأَخْلَاقِ وَارْزُقْنِي العَافِيَةَ وَالبَرَكَةَ
وَالسَّعَةَ فِي الأَرْزَاقِ وَسَلِّمْنِي مِنَ الرِّجْزِ وَالشِّرْكِ
وَالنِّفَاقِ
اَللّهُمَّ إِنَّ لَكَ نَسَمَاتِ لَطَفٍ
إِذَا هَبَّتْ عَلَى مَرِيْضِ غَفْلَةٍ شَفَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نُفَحَاتِ
عَطَفٍ إِذَا تَوَجَّهَتْ إِلَى أَسِيْرِ هَوًى أَطْلَقَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ
عِنَايَاتِ إِذَا لَاحَظَتْ غَرِيْقًا فِي بَحْرِ ضَلَالَةٍ أَنْقَذَتْهُ،
وَإِنَّ لَكَ سَعَادَاتِ إِذَا أَخَذَتْ بِيَدِ شَقِيٍّ أَسْعَدَتْهُ،
وَإِنَّ لَكَ لَطَائِفِ كَرَمٍ إِذَا ضَاقَتِ الحَيْلَةُ لِمُذْنِبٍ
وَسَعَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ فَضَائِلَ وَنِعَمًا إِذَا تَحَوَّلَتْ إِلَى
فَاسِدٍ أَصْلَحَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَظَرَاتِ رَحْمَةٍ إِذَا نَظَرَتْ
بِهَا إِلَى غَافِلٍ أَيْقَظَتْهُ، فَهَبْ لِيَ اللّهُمَّ مِنْ لُطْفِكَ
الْخَفِيِّ نَسَمَةً تَشْفِي مَرْضَ غَفْلَتِي، وَانْفَحْنِي مِنْ عَطْفِكَ
الوَفِي نَفْحَةً طَيِّبَةً تُطْلِقُ بِهَا أَسِرِي مِنْ وَثَاقِ
شَهْوَتِيْ، وَالْحِظْنِي وَاحْفَظْنِي بِعَيْنِ عِنَايَتِكَ مُلَاحَظَةً
تُنْقِذُنِي بِهَا وَتُنْجِيْنِي بِهَا مِنْ بَحْرِ الضَّلاَلَةِ, وَآتِنِي
مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، تُبَدِّلُنِي بِهَا
سَعَادَةً مِنْ شَقَاوَةٍ وَاسْمَعْ دُعَائِي، وَعَجِّلْ إِجَابَتِي،
وَاقْضِ حَاجَتِي وَعَافِنِي، وَهَبْ لِي مِنْ كَرَمِكَ وَجُوْدِكَ
الْوَاسِعِ مَا تَرْزُقُنِي بِهِ الْإِنَابَةَ إِلَيْكَ مَعَ صِدْقِ
الْلُجَاءِ وَقَبُوْلِ الدُّعَاِء، وَأَهِّلْنِي لِقَرْعِ بَابِكَ
لِلدُّعَاءِ يَا جَوَّادُ، حَتَّى يَتَّصِلَ قَلْبِي بِمَا عِنْدَكَ،
وَتُبَلِّغُنِي بِهَا إِلَى قَصْدِكَ يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ، وَأَكْرَمَ
مَعْبُوْدٍ اِبْتِهَالِي وَتَضَرُّعِي فِي طَلَبِ مَعُوْنَتِكَ
وَأَتَّخِذُكَ يَا إِلهِيْ مَفْزَعًا وَمَلْجَأً أَرْفَعُ إِلَيْكَ
حَاجَتِي وَمَطَالِبِي وَشَكَوَاِي، وَأُبْدِي إِلَيْكَ ضَرِّي،
وَأُفَوِّضُ إِلَيْكَ أَمْرِي وَمُنَاجَاتِي، وَأَعْتَمِدُ عَلَيْكَ فِي
جَمِيْعِ أُمُوْرِي وَحَالَاتِي
اَللَّهُمَّ إِنِّي وَهذِهِ اللَّيْلَةَ
خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ فَلَا تَبْلُنِي فِيْهَا وَلَا بَعْدَهَا بِسُوْءٍ
وَلَا مَكْرُوْهٍ، وَلَا تُقَدِّرْ عَلَيَّ فِيْهَا مَعْصِيَّةً وَلَا
زِلَّةً، وَلَا تُثْبِتْ عَلَيَّ فِيْهَا ذَنْبًا، وَلَا تَبْلُنِي فِيْهَا
إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ، وَلَا تُزَيِّنْ لِي جَرَاءَةً عَلَى
مَحَارِمِكَ وَلَا رُكُوْنًا إِلَى مَعْصِيَتِكَ، وَلَا مَيْلاً إِلَى
مُخَالَفَتِكَ، وَلَا تَرْكًا لِطَاعَتِكَ، وَلَا اِسْتِخْفَافًا
بِحَقِّكَ، وَلَا شَكًّا فِي رِزْقِكَ، فَأَسْأَلُكَ اَللّهُمَّ نَظْرَةً
مِنْ نَظَرَاتِكَ وَرَحْمَةً مِنْ رَحْمَاتِكَ، وَعَطِيَّةً مِنْ
عَطِيَّاتِكَ اللَّطِيْفَةِ، وَارْزُقْنِي مِنْ فَضْلِكَ، وَاكْفِنِي شَرَّ
خَلْقِكَ، وَاحْفَظْ عَلَيَّ دِيْنَ الْإِسْلَامِ، وَانْظُرْ إِلَيْنَا
بِعَيْنِكَ الَّتِي لَا تَنَامُ، وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (x3
إِلهِيْ بِالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ فِي
لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الشَّهْرِ الأَكْرَمِ، الَّتِي يُفْرَقُ
فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، اِكْشِفْ عَنَّا مِنَ
الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَاغْفِرْ لَنَا مَا أَنْتَ
بِهِ أَعْلَمُ (x3
اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ
مَا تَعْلَمُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُ
مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. اَللّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَاَ تَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ،
وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ. اَللّهُمَّ إِنَّ
الْعِلْمَ عِنْدَكَ وَهُوَ عَنَّا مَحْجُوْبٌ، وَلَا نَعْلَمُ أَمْرًا
نَخْتَارُهُ لِأَنْفُسِنَا، وَقَدْ فَوَّضْنَا إِلَيْكَ أُمُوْرَنَا،
وَرَفَعْنَا إِلَيْكَ حَاجَاتَنَا، وَرَجَوْنَاكَ لِفَاقَاتِنَا
وَفَقْرِنَا، فَارْشُدْنَا يَا اللهُ، وَثَبِّتْنَا وَوَفِّقْنَا إِلَى
أَحَبِّ الْأُمُوْرِ إِلَيْكَ وَأَحْمَدِهَا لَدَيْكَ، فَإِنَّكَ تَحْكُمُ
بِمَا تَشَاءُ وَتَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ
الْعَظَيْمِ
سُبْحَانَ رَبِكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ[41]
- Berdoa.
Imam al-Wana’i menyebutkan bahwa salah satu doa yang baik untuk dibaca pada malamnishfu Sya’ban adalah doa yang disunatkan dibaca pada malam lailatul-qadar, karena malam nishfu Sya’ban merupakan malam yang utama setelah lailatul-qadar.[42] Doa tersebut adalah:
اَللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ
تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي، اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ
وَالْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ[43]
Doa lain yang juga bagus untuk dibaca pada malam nishfu Sya’ban adalah doa Nabi Adam ketika beliau thawaf di Ka’bah setelah diturunkan ke bumi[44]:
اَللّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ سِرِّي
وَعَلاَنِيَتِي فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِي، وَتَعْلَمُ حَاجَتِي فَاعْطِنِي
سُؤْلِي وَتَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي. اَللّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِي، وَيَقِيْنًا صَادِقًا
حَتَّى أَعْلَمَ أَنَّهُ لَا يَصِيْبُنِي إِلَّا مَا كَتَبْتَ لِي،
وَرَضِّنِي بِقَضَائِكَ[45]
Setelah Nabi Adam membaca doa ini, Allah SWT mengampunkan kesalahan Nabi
Adam dan Allah SWT berfirman bahwa siapa saja keturunan Nabi Adam yang
membaca doa ini, maka ia akan diampunkan dosanya dan dihilangkan
kesusahannya. [46]
Dalam kitab Safinat al-’Ulum, terdapat doa nishfu Sya’ban yang dibaca oleh Imam ‘Abdul Qadir al-Jailani[47], yaitu:
اَللّهُمَّ إِذْ أَطْلَعْتَ لَيْلَةَ
النِّصْفِ مِنْ شِعْبَانَ عَلَى خَلْقِكَ، فَعِدَّ عَلَيْنَا بِمَنِّكَ
وَعِتْقِكَ، وَقَدِّرْ لَنَا مِنْ فَضْلِكَ وَاسِعَ رِزْقِكَ، وَاجْعَلْنَا
مِمَّنْ يَقُوْمُ لَكَ فِيْهَا بِبَعْضِ حَقِّكَ. اَللّهُمَّ مَنْ
قَضَيْتَ فِيْهَا بِوَفَاتِهِ فَاقْضِ مَعَ ذلِكَ لَهُ رَحْمَتَكَ، وَمَنْ
قَدَّرْتَ طَوْلَ حَيَاتِهِ فَاجْعَلْ لَهُ مَعَ ذلِكَ نِعْمَتَكَ،
وَبَلِّغْنَا مَا لَا تَبْلُغُ الآمَالُ إِلَيْهِ، يَا خَيْرَ مَنْ
وَقَفَتِ الْأَقْدَامُ بَيْنَ يَدَيْهِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى
سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ[48]
- Membaca kalimat tahlil, yaitu :
لَا إِلهَ إَلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ[49]
Sebagian ulama menyebutkan, barangsiapa membaca zikir tersebut sebanyak
kandungan hurufnya yaitu 2375, niscaya ia akan aman dari marabahaya pada
tahun tersebut.[50]
- Membaca surat al-Dukhan.
Imam al-Saraji menyebutkan bahwa barangsiapa membaca awal surat
al-Dukhan hingga ayat ke-8 dari awal bulan Sya’ban hingga 15 Sya’ban
sebanyak 30x, kemudian ia berzikir dan bershalawat kepada Nabi SAW dan
berdoa dengan apa yang ia kehendaki, niscaya doanya akan dikabulkan
dengan segera.[51]
- Memperbanyak shalawat.[52]
PERMASALAHAN SEPUTAR AMALAN LAIN PADA NISHFU SYA’BAN
Amalan lainnya pada malam nishfu Sya’ban adalah shalat sebanyak
seratus rakaat, setiap dua rakaat satu kali salam, dan setiap selesai
surat al-Fatihah dibaca surat al-Ikhlash 11 kali. Ataupun melakukan
shalat sebanyak 11 rakaat. Setiap selesai membaca al-Fatihah, dibaca
surat al-Ikhlash 100x. Shalat seperti ini disebutkan oleh Imam
al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya-u ‘Ulum al-Din.[53] Pernyataan
Imam al-Ghazali ini diikuti juga oleh Imam Ibnu Shalah pada akhir
fatwanya walaupun fatwa tersebut ditolak oleh Imam al-Subki.[54]
Sebagian besar ulama lainnya berpendapat bahwa shalat tersebut merupakan bid’ah mungkar dan hadits-haditsnya merupakan hadits maudhu’ sebagaimana
diterangkan oleh Imam al-Nawawi[55] dan diikuti pula oleh para ulama
lain seperti Imam Ibnu Hajar al-Haitami[56], Imam il-Taqi al-Subki [57],
Imam al-Ramli[58] dan lainnya.
Dalam menyikapi pertentangan antara para ulama besar ini, tidak ada
salahnya bila kita bersedia menyimak dan merenungkan perkataan Imam
Sulaiman al-Kurdy :
واختلف العلماء فيها، فمنهم من قال لها طرق إذا اجتمعت وصل الحديث إلى حد
يعلم به في فضائل الأعمال. ومنهم من حكم على حديثها بالوضع ومنهم النووي
وتبعه الشارح في كتبه [59]
“Para ulama berbeda pendapat tentang shalat tersebut, sebagian
mereka berpendapat bahwa hadits tersebut memiliki thariq yang bila
dikumpulkan, mencapai derajat fadhail-a’mal. Sedangkan sebagian yang
lain menghukumi hadist tersebut sebagai hadits maudhu’. Diantara yang
berpendapat demikian adalah Imam al-Nawawi dan diikuti oleh pensyarihnya
dalam kitab-kitabnya”.
Selanjutnya, salah satu hal yang dilarang dalam bulan Sya’ban adalah berpuasa setelahnishfu Sya’ban (16 Sya’ban hingga seterusnya). Rasulullah SAW bersabda:
إذا انتصف شعبان فلا تصوموا[60]
“Apabila telah masuk pertengahan nishfu Sya’ban, maka jangan engkau berpuasa”. (HR. Imam Abu Daud)
Pengecualian larangan berpuasa ini hanya berlaku apabila puasa tersebut
disambung dengan hari sebelumnya (15 Sya’ban), berpuasa karena adanya
sebab yang lain sepertiqadha puasa ataupun bertepatan dengan kebiasaannya berpuasa pada hari-hari biasa.
KESIMPULAN
Beranjak dari uraian sebelumnya, dapatlah kita ketahui bahwa menghidupkan malam nishfuSya’ban
dengan serangkaian ibadah yang telah disebutkan sebelumnya -sebagaimana
tradisi yang berkembang dalam masyarakat muslim di negeri ini- adalah
perilaku dari para ulama terdahulu yang tentu saja tidak bertentangan
sama sekali dengan anjuran Syari’at bahkan terdapat keutamaan dan pahala
yang besar di dalamnya.
PENUTUP
Keistimewaan dan kemuliaan malam nishfu Sya’ban tidak boleh
berlalu begitu saja. Karena itu, marilah kita mempergunakan waktu
sebaik-baiknya untuk melakukan ibadah sebanyak dan sebaik mungkin,
terlebih lagi malam nishfu Sya’ban hanya datang setahun sekali,
dimana boleh jadi kita tidak dapat bertemu dengannya lagi di tahun
depan sehingga umur kita tidak terlewati dengan sia-sia.
مَن عوّد نفسه فيه بالاجتهاد ، فاز في رمضان بحسن الاعتيادالسيد [محمد بن السيد علوي المالكي الحسني في رسالته شهر شعبان ماذا فيه ]
“Barangsiapa membiasakan diri beribadah di bulan Sya’ban dengan
bersungguh-sungguh, maka ia akan memperoleh kemenangan dalam bulan
Ramadhan dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik”. (Sayyid Muhammad bin Sayyid ‘Alwi al-Maliki al-Hasani dalam risalahnya, Fi Syahr Sya’ban Madza Fih).
Demikianlah uraian singkat ini. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini