Pertama,
cinta
kepada orang lain karena motivasi terhadap diri orang tersebut. Ini
mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat manakala memandang,
mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang yang dicintainya. Rasa
senang itu dikarenakan ia menilainya baik. Sesuatu yang indah terasa
nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap keindahannya dan seluruh
kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri bergantung penilaian
baik, sementara penilaian baik bergantung pada perjumpaan dan kecocokan
watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya berupa sifat lahiriah seperti
cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah misalnya karena ia cerdas,
suka bercanda, dan akhlaknya baik.Dikatakannya
pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius.
Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan
fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu
yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang
tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang
tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami.
Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang
saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan
berpisah.”
Sikap mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan.
Jika dipaksakan maka pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat
keduanya akan berpisah karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam
bertemanan itu karena adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang
terpuji ialah kesamaan dalam iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua
mukmin sungguh akan bertemu meskipun berjarak satu hari perjalanan,
bahkan sekalipun mereka sama sekali belum pernah melihat satu sama lain
di dunia ini.”
Kedua,
mencintai seseorang karena
mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya dijadikan sarana untuk
kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak memberikan keuntungan, ia
tidak mencintainya. Cinta seperti ini bagaikan seseorang mencintai eas,
perak, atau uang. Kecintaannya karena ia bisa dipakai sarana untuk
menyenangkan hidup.
cinta
kepada orang lain karena motivasi terhadap diri orang tersebut. Ini
mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat manakala memandang,
mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang yang dicintainya. Rasa
senang itu dikarenakan ia menilainya baik. Sesuatu yang indah terasa
nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap keindahannya dan seluruh
kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri bergantung penilaian
baik, sementara penilaian baik bergantung pada perjumpaan dan kecocokan
watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya berupa sifat lahiriah seperti
cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah misalnya karena ia cerdas,
suka bercanda, dan akhlaknya baik.Dikatakannya
pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius.
Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan
fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu
yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang
tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang
tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami.
Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang
saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan
berpisah.”Sikap
mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan. Jika dipaksakan maka
pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat keduanya akan berpisah
karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam bertemanan itu karena
adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang terpuji ialah kesamaan dalam
iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua mukmin sungguh akan bertemu
meskipun berjarak satu hari perjalanan, bahkan sekalipun mereka sama
sekali belum pernah melihat satu sama lain di dunia ini.”
Kedua,
mencintai
seseorang karena mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya
dijadikan sarana untuk kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak
memberikan keuntungan, ia tidak mencintainya. Cinta seperti ini bagaikan
seseorang mencintai eas, perak, atau uang. Kecintaannya karena ia bisa
dipakai sarana untuk menyenangkan hidup.
cinta
kepada orang lain karena motivasi terhadap diri orang tersebut. Ini
mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat manakala memandang,
mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang yang dicintainya. Rasa
senang itu dikarenakan ia menilainya baik. Sesuatu yang indah terasa
nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap keindahannya dan seluruh
kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri bergantung penilaian
baik, sementara penilaian baik bergantung pada perjumpaan dan kecocokan
watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya berupa sifat lahiriah seperti
cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah misalnya karena ia cerdas,
suka bercanda, dan akhlaknya baik.Dikatakannya
pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius.
Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan
fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu
yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang
tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang
tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami.
Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang
saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan
berpisah.”Sikap
mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan. Jika dipaksakan maka
pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat keduanya akan berpisah
karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam bertemanan itu karena
adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang terpuji ialah kesamaan dalam
iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua mukmin sungguh akan bertemu
meskipun berjarak satu hari perjalanan, bahkan sekalipun mereka sama
sekali belum pernah melihat satu sama lain di dunia ini.”Kedua, mencintai
seseorang karena mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya
dijadikan sarana untuk kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak
memberikan keuntungan, ia tidak mencintainya. Cinta seperti ini bagaikan
seseorang mencintai eas, perak, atau uang. Kecintaannya karena ia bisa
dipakai sarana untuk menyenangkan hidup.cinta
kepada orang lain karena motivasi terhadap diri orang tersebut. Ini
mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat manakala memandang,
mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang yang dicintainya. Rasa
senang itu dikarenakan ia menilainya baik. Sesuatu yang indah terasa
nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap keindahannya dan seluruh
kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri bergantung penilaian
baik, sementara penilaian baik bergantung pada perjumpaan dan kecocokan
watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya berupa sifat lahiriah seperti
cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah misalnya karena ia cerdas,
suka bercanda, dan akhlaknya baik.Dikatakannya
pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius.
Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan
fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu
yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang
tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang
tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami.
Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang
saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan
berpisah.”Sikap
mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan. Jika dipaksakan maka
pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat keduanya akan berpisah
karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam bertemanan itu karena
adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang terpuji ialah kesamaan dalam
iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua mukmin sungguh akan bertemu
meskipun berjarak satu hari perjalanan, bahkan sekalipun mereka sama
sekali belum pernah melihat satu sama lain di dunia ini.”Kedua, mencintai
seseorang karena mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya
dijadikan sarana untuk kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak
memberikan keuntungan, ia tidak mencintainya. Cinta seperti ini bagaikan
seseorang mencintai eas, perak, atau uang. Kecintaannya karena ia bisa
dipakai sarana untuk menyenangkan hidup.cinta
kepada orang lain karena motivasi terhadap diri orang tersebut. Ini
mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat manakala memandang,
mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang yang dicintainya. Rasa
senang itu dikarenakan ia menilainya baik. Sesuatu yang indah terasa
nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap keindahannya dan seluruh
kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri bergantung penilaian
baik, sementara penilaian baik bergantung pada perjumpaan dan kecocokan
watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya berupa sifat lahiriah seperti
cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah misalnya karena ia cerdas,
suka bercanda, dan akhlaknya baik.Dikatakannya
pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius.
Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan
fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu
yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang
tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang
tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami.
Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang
saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan
berpisah.”Sikap
mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan. Jika dipaksakan maka
pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat keduanya akan berpisah
karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam bertemanan itu karena
adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang terpuji ialah kesamaan dalam
iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua mukmin sungguh akan bertemu
meskipun berjarak satu hari perjalanan, bahkan sekalipun mereka sama
sekali belum pernah melihat satu sama lain di dunia ini.”
Kedua, mencintai
seseorang karena mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya
dijadikan sarana untuk kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak
memberikan keuntungan, ia tidak mencintainya. Cinta seperti ini bagaikan
seseorang mencintai eas, perak, atau uang. Kecintaannya karena ia bisa
dipakai sarana untuk menyenangkan hidup.Menurut
Imam Ghazali, “Jika cinta hanya demi manfaat duniawi, berarti tidak
dilandasi cinta karena Allah. Walaupun cintanya itu bermanfaat bagi
hidupnya, tetapi jika hanya ditujukan untuk kepentingan duniawi, seperti
cinta murid kepada guru, ini pun bukan cinta karena Allah. Hal itu
semata-mata murid mencintai guru demi mendapatkan ilmu. Jadi,
sesungguhnya sangat murid tersebut mencintai ilmunya. Jika ilmu itu
tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah melainkan
mendapatkan jabatan, kekayaan dan penghormatan manusia.Ketiga, mencintai
seseorang karena sesuatu di luar objek cinta yang tidak sebatas dunia
melainkan terkait dengan akhirat. Misalnya murid mencintai gurunya
karena ingin mendapatkan ilmu sehingga ia memiliki akhlak luhur demi
tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat. Atau misalnya, seorang lelaki
menikahi perempuan shalihah dengan maksud menjaga diri mereka dari
godaan syetan dan memelihara agama, atau guna mendapatkan keturunan yang
baik, sehingga ia mencintai pasangannya.Keempat, mencintai
demi dan karena Allah semata. Cinta inilah yang memiliki kedudukan
paling tinggi. Sebagai gambara, seorang pemuda mencintai gadis, maka ia
tidak hanya mencintai gadis itu. Ia juga mencintai orang yang mencintai
gadis itu, orang yang dicintai gadis itu, orang yang membantu, orang
yang memuji, dan teman-teman si gadis. Ia mencintai apa yang dimiliki
gadis itu.
Begitu
pula jika seseorang yang beriman mencintai Allah dengan kuat dan
segenap hatinya, maka rasa itu akan melebar kepada segala sesuatu selain
Dia karena segala sesuatu itu merupakan ciptaan Nya dan bukti kebenaran
Nya. Cinta kepada Allah dapat terwujud disebabkan harapan yang kuat
terhadap janji-janji Nya di akhirat.cinta
kepada orang lain karena motivasi terhadap diri orang tersebut. Ini
mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat manakala memandang,
mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang yang dicintainya. Rasa
senang itu dikarenakan ia menilainya baik. Sesuatu yang indah terasa
nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap keindahannya dan seluruh
kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri bergantung penilaian
baik, sementara penilaian baik bergantung pada perjumpaan dan kecocokan
watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya berupa sifat lahiriah seperti
cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah misalnya karena ia cerdas,
suka bercanda, dan akhlaknya baik.Dikatakannya
pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius.
Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan
fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu
yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang
tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang
tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami.
Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang
saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan
berpisah.”Sikap
mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan. Jika dipaksakan maka
pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat keduanya akan berpisah
karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam bertemanan itu karena
adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang terpuji ialah kesamaan dalam
iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua mukmin sungguh akan bertemu
meskipun berjarak satu hari perjalanan, bahkan sekalipun mereka sama
sekali belum pernah melihat satu sama lain di dunia ini.”Kedua, mencintai
seseorang karena mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya
dijadikan sarana untuk kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak
memberikan keuntungan, ia tidak mencintainya. Cinta seperti ini bagaikan
seseorang mencintai eas, perak, atau uang. Kecintaannya karena ia bisa
dipakai sarana untuk menyenangkan hidup.Menurut
Imam Ghazali, “Jika cinta hanya demi manfaat duniawi, berarti tidak
dilandasi cinta karena Allah. Walaupun cintanya itu bermanfaat bagi
hidupnya, tetapi jika hanya ditujukan untuk kepentingan duniawi, seperti
cinta murid kepada guru, ini pun bukan cinta karena Allah. Hal itu
semata-mata murid mencintai guru demi mendapatkan ilmu. Jadi,
sesungguhnya sangat murid tersebut mencintai ilmunya. Jika ilmu itu
tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah melainkan
mendapatkan jabatan, kekayaan dan penghormatan manusia.Ketiga, mencintai
seseorang karena sesuatu di luar objek cinta yang tidak sebatas dunia
melainkan terkait dengan akhirat. Misalnya murid mencintai gurunya
karena ingin mendapatkan ilmu sehingga ia memiliki akhlak luhur demi
tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat. Atau misalnya, seorang lelaki
menikahi perempuan shalihah dengan maksud menjaga diri mereka dari
godaan syetan dan memelihara agama, atau guna mendapatkan keturunan yang
baik, sehingga ia mencintai pasangannya.Keempat, mencintai
demi dan karena Allah semata. Cinta inilah yang memiliki kedudukan
paling tinggi. Sebagai gambara, seorang pemuda mencintai gadis, maka ia
tidak hanya mencintai gadis itu. Ia juga mencintai orang yang mencintai
gadis itu, orang yang dicintai gadis itu, orang yang membantu, orang
yang memuji, dan teman-teman si gadis. Ia mencintai apa yang dimiliki
gadis itu.Begitu
pula jika seseorang yang beriman mencintai Allah dengan kuat dan
segenap hatinya, maka rasa itu akan melebar kepada segala sesuatu selain
Dia karena segala sesuatu itu merupakan ciptaan Nya dan bukti kebenaran
Nya. Cinta kepada Allah dapat terwujud disebabkan harapan yang kuat
terhadap janji-janji Nya di akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini