Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
عبْد الله بن عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ
النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: ((يَا
غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ
اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ
اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ
بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ
يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ
عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ))
Abdullah bin ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada
Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu
suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa
yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk
melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan
membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
Takhrij Hadits
Sejumlah ulama pengumpul hadis telah mengabadikan hadis ini di dalam karya tulis mereka. Di antaranya adalah: Imam Tirmidzi di dalam kitab beliauSunan At Trmidzi no. 2516, Imam Ahmad bin Hambal di dalam kitab Al Musnad: 1/307, dan beberapa ulama lainnya.
Biografi Singkat Perawi Hadits
Untaian nasihat ini disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat kecil beliau, Abdullah bin Abbas. Putra pamannya inilah yang pernah beliau doakan, “Ya Allah,pahamkan dia terhadap agama dan ajarilah ia ilmu tafsir”. Berkat berkah doa Rasulullah ini ia menjadi seorang yang pakar dalam tafsir Alquran dan pakar dalam ilmu agama lainnya, hingga beliau digelari “Habrul Ummah” (Ahli Ilmu Umat ini). Pemuda yang juga bergelaral bahru (samudera ilmu) ini dilahirkan tiga tahun menjelang peristiwa Hijrah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan meninggal dunia pada tahun 67 atau 68 hijriyah.1
Penjelasan Hadits
Di dalam hadis ini Rasulllah shallallallahu ‘alaihi wasallammewasiatkan beberapa untai kalimat kepada Ibnu ‘Abbas,
Untaian Kalimat yang Pertama, ‘Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu’.
Melalui
putra pamannya itu, Nabi mengajarkan kita semua, bila kita menjaga
Allah dengan sebaik-baiknya, Allah pasti akan menjaga kita dengan
penjagaan yang melebihi upaya kita.
Menurut
para ulama, menjaga Allah artinya menjaga batasan-batasan-Nya, hak-hak,
perintah-perintah, serta larangan-larangan-Nya. Bentuk aplikasinya
adalah dengan berkomitmen untuk menjalankan perintah Allah, menjauhi
larangan-Nya, dan tidak melampaui batasan yang dilarang oleh-Nya. Jika
semua itu dikerjakan, maka ia termasuk orang yang menjaga Allah
sebaik-baiknya.2 Pemilik kriteria inilah yang disanjung oleh Allah Ta’ala,
هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ
“(Kepada mereka dikatakan), “Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, kepada setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada Allah) dan menjaga (segala peraturan-peraturan-Nya).” (QS. Qaf: 32)
Di antara hak-hak Allah yang paling agung yang wajib dijaga oleh seorang hamba adalah memurnikan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas
hamba-Nya?” Mu’adz menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Hak Allah atas hamba-Nya adalah beribadah
hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya.” (HR. Bukhari: 2856 dan
Muslim: 48)
Juga termasuk upaya menjaga Allah adalah menjaga shalat agar senantiasa tepat pada waktunya.
Demikian juga termasuk dalam upaya menjaga Allah adalah menjaga lisan dari segala bentuk kedustaan, perkataan kotor, adu domba, menggunjing, dan menjaga kemaluan serta menundukkan pandangan.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda;
اضْمَنُوالِيسِتًّامِنْأَنْفُسِكُمْأَضْمَنْلَكُمْالْجَنَّةَ،اُصْدُقُواإذَاحَدَّثْتُمْ،وَأَوْفُواإذَاوَعَدْتُمْ،وَأَدُّواإذَااؤْتُمِنْتُمْ،وَاحْفَظُوافُرُوجَكُمْ،وَغُضُّواأَبْصَارَكُمْ،وَكُفُّواأَيْدِيَكُمْ
“Jika kalian bisa menjamin enam hal, maka aku akan jamin kalian
masuk surga: [1] Jujurlah dalam berucap; [2] tepatilah janjimu; [3]
tunaikanlah amanatmu; [4] jaga kemaluanmu; [5] tundukkan pandanganmu;
[6] dan jaga perbuatanmu.” (HR. Al Hakim:8066 dan Ibnu Hibban: 107)3
Jika seseorang telah menjaga Allah dengan menjaga hak, perintah, dan larangan-Nya, maka konsekuensinya Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Yaitu, “Niscaya Allah akan menjagamu.” Orang
yang bersedia untuk menjaga Allah maka Allah akan membalasnya dengan
penjagaan pula, bahkan penjagaan Allah tentu lebih baik.
Pertama,
Allah akan menjaga hamba-Nya yang saleh dengan memenuhi kebutuhan
dunianya, seperti terjaga badan, anak, keluarga, dan hartanya. Di antara
bentuk penjagaan jenis ini, Allah menciptakan malaikat yang bertugas
menjaga manusia. Allah berfirman,
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ
“Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu bergiliran menjaganya dari
depan dan dari belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar Ra’du: 11)
Dan ada kalanya
jika Allah ingin menjaga hamba-Nya, maka Allah akan menjaga anak
keturunannya, meskipun ia sudah tiada. Hal ini sebagaimana telah Allah
buktikan dalam kisah dua anak yatim yang ditolong oleh Khidir. Anak
tersebut ditolong lantaran orang tuanya adalah orang yang saleh. Allah
berfirman,
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
“Dan ayahnya adalah seorang yang saleh” (QS. Al Kahfi: 82)
Berkenaan
dengan ayat ini, imam Al Baghawi menukilkan perkataan Muhammad bin
Munkadir, “Sesungguhnya berkat kesalehan seorang hamba, Allah akan
menjaga anak keturunannya, sanak famili, dan keluarganya, serta orang-orang yang ada di sekitar rumahnya.5
Kedua, Allah akan menjaga agama dan imannya, inilah penjagaan yang paling agung dan mulia. Hamba itu terjaga dari perkara syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan.
Hal ini sebagaimana telah Allah buktikan
pada nabi Yusuf ketika ia digoda oleh seorang perempuan jelita berdarah
biru. Wanita tersebut mengajak Yusuf untuk melakukan perbuatan keji di
sebuah ruangan yang sangat sepi. Meskipun Yusuf juga berhasrat
kepadanya, akan tetapi Allah menjaganya sehingga ia selamat dari
perbuatan keji tersebut. Allah berfirman,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah kami palingkan Yusuf dari keburukan dan kekejian. Sungguh dia terasuk dari hamba kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
Itulah rahasia yang tersirat di dalam firman Allah,
وَاعْلَمُواأَنَّاللَّهَيَحُولُبَيْنَالْمَرْءِوَقَلْبِهِ
“Ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara seorang hamba dan hatinya.”
(QS. Al Anfal: 24)
Imam Ath Thabari menjelaskan makna ayat ini dengan menukil perkataan Imam Adh Dhahak, “Maksudnya Allah memberi pembatas antara orang kafir dengan ketaatan, dan memberi pembatas antara orang mukmin dengan kemaksiatan.”
Itulah balasan dari Allah kepada hamba-Nya yang sudi menjaga Allah Ta’ala. Adapun orang yang tidak mau menjaga Allah, maka Allahpun juga enggan menjaganya.
Untaian Kalimat Kedua, “Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu“
Maksudnya
jika engkau menjaga Allah maka Dia senantiasa di depanmu untuk
membimbingmu menuju jalan-jalan kebaikan, serta mencegahmu dari segala
keburukan.6
Untaian kalimat kedua ini menjadi penguat dari untaian kalimat yang pertama.
Dari penjelasan di atas, maka bisa diambil faedah bahwa orang yang menjaga Allah maka ia akan mendapatkan dua manfaat sekaligus:
- Mendapatkan penjagaan dari Allah
- Allah akan sentiasa membimbing di depannya
Ini membuktikan betapa
luar biasa balasan dan apresiasi Allah kepada hamba-Nya. Kita sadari,
betapa pun upaya kita menjaga Allah, tetap saja kita tidak akan pernah
bisa melakukan yang terbaik sesuai dengan perintah-Nya. Tapi, Allah
selalu membalas dengan balasan terbaik yang sejatinya itu jauh tak
sebanding dengan usaha kita yang serba terbatas.
Sungguh tidak pantas jika kita berupaya menjaga Allah dengan segenap ibadah akan tetapi ibadah tersebut kita nodai dengan riya dan kesyirikan.
Untaian Kalimat Ketiga, “Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah.”
Artinya,
jika engkau hendak menginginkan sesuatu, maka mintalah kepada Allah,
jangan meminta kepada makhluk, sebab Allah adalah Maha Pencipta. Dia-lah
yang mampu mengabulkan segala permintaan hamba-Nya, sedangkan makhluk
serba diliputi keterbatasan, seringkali tidak mampu atau tidak mau.
Di
samping itu, meminta dan berdoa kepada Allah adalah ibadah yang Allah
perintahkan kepada hamba-Nya. Bahkan di situlah seorang hamba
menampakkan kerendahannya, mengemis, meminta kepada Allah Yang Maha
Agung. Olehkarena itu Allah memerintahkan,
وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ
“Mohonlah kepada Allah sebagian karunia-Nya.” (QS. An Nisa: 32)
Lebih dari itu, bahkan Allah murka kepada orang yang tidak mau meminta kepada-Nya. Allah berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan
Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku
akan masuk ke neraka Jahanam.” (QS.Al Mu’minun: 60)
Benarlah seorang pujangga Arab mengatakan,
لاَتَسـْــألَــنَّبُنــيِّآدمَحَــاجَــةوَسَــــلِالذِيأَبْوَابُــــهُلَايُحـْجَــب
اللـهُ يَغـْضَـبُ إنْ تَرَكْـتَ سُــؤَالَهوبني آدم حيــنَ يُـسْـــأَلُ يَغْضـَــبُ
Nak, jangan pernah kau meminta kepada hamba
Mintalah kepada pemilik pintu yang sentiasa terbuka
Sungguh Allah murka jika kau tak meminta kepada-Nya
Sedangkan anak adam akan murka jika kau meminta kepadanya
Untaian Kalimat Keempat, “Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.”
Pantas
lah jika kita diperintahkan untuk meminta pertolongan kepada Allah,
sebab Dia-lah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Itulah sebabnya
kita diwajibkan untuk berdoa dalam setiap shalat kita,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 4)
Untaian Kalimat Kelima, “Ketahuilah,
seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka
hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah
tetapkan untukmu”
Rasulullah mengawali untaian ini dengan perkataan, “Ketahuilah”. Ini menunjukkan untaian kalimat ini merupakan kalimat yang penting untuk diketahui.7
Makna
hadis ini, seandainya seluruh manusia atau bahkan seluruh makhluk
bersatu untuk memberikan keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan
kamu dapatkan, kecuali jika Allah telah menakdirkannya di lauh mahfudz.
Dengan untaian nasihat ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita beriman kepada takdir. Pada hakikatnya seluruh manusia tidak bisa memberikan manfaat
kepada sesamanya, kecuali dengan takdir Allah. Jika demikian sudah
seharusnya seluruh permintaan kita ditujukan kepada Allah semata, bukan
kepada sesama manusia. Sebab pada hakikatnya yang bisa memberikan manfaat hanyalah Allah semata.8
Untaian Kalimat Keenam, “Dan
andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu,
maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah
tetapkan untuk dirimu.”
Ini
juga menunjukan bahwa seluruh mara bahaya pada hakikatnya datang dari
Allah, terjadi dengan takdir dan kehendak-Nya. Jika demikian halnya maka
sudah semestinya kita memohon perlindungan hanya kepada Allah, bukan
kepada makhluk. Sebab pada hakikatnya hanya Dia yang mampu mencegah dan
mendatangkan mara bahaya.
Untaian Kalimat Ketujuh, “Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
Yang
dimaksud dengan “pena” di sini adalah pena yang menulis seluruh takdir
manusia. Sedangkan maksud dari “lembaran-lembaran” adalah lembaran yang
digunakan untuk mencatat takdir. Ini artinya seluruh perkara dan
kejadian sudah ditetapkan. Apapun yang ditetapkan untuk kita, baik-buruknya pasti akan terjadi.9 Tidak ada gunanya berkeluh kesah terhadap apa yang menimpa kita. Sebab itu semua datang dari Allah Ta’ala.
Demikanlah bunga rampai nasihat yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga kita bisa mengambil manfaat darinya, sebagaimana Ibnu ‘Abbas telah banyak mengambil manfaat darinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini