Posted by Unknown on Kamis, April 16, 2015 in Islami | No comments
Dari segi dalil, kita menemukan sebuah hadits yang menyebutkan tentang memakan hewan kodok.
“Dari Abdurrahman bin Utsman Al-Quraisy
bahwanya seorang tabib (dokter) bertanya kepada Rasulullah SAW, tentang
kodok yang dipergunakan dalam campuran obat, maka Rasulullah SAW
melarang membunuhnya.” (Ditakharijkan oleh Ahmad dan dishahihkan Hakim,
ditakhrijkannya pula Abu Daud dan Nasa’I).
Dari hadits ini, para ulama umumnya mengatakan bahwa memakan daging
kodok itu halal. Sebab Rasulullah SAW melarang untuk membunuhnya.
Sementara di kalangan ulama berkembang sebuah kaidah bahwa hewan-hewan
yang diperintahkan untuk membunuhnya, hukumnya haram dimakan. Meski pun
tidak tidak disebutkan bahwa hewan itu najis atau haram dimakan.
Demikian juga dengan hewan yang dilarang untuk membunuhnya, hukumnya pun
haram dimakan, meski tidak ada keterangan bahwa dagingnya najis atau
haram dimakan.
Seandainya boleh dimakan, maka tidak akan dilarang untuk membunuhnya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmadn Ishaq, Alhakim dari
Abdurrahman bin Utsman at-Tamimi. Silahkan periksa kitab Al-Lubab
Syarhil Kitab jilid 3 halaman 230, juga kitab Takmilatul Fathi jilid 8
halaman 62, kitab Mughni Al-Muhtaj jilid 4 halaman 298 dan kitab
Al-Muhazzab jilid 1 halaman 250.
Mereka yang mengharamkan kodok juga mendasarkan larangan ini dengan
dalil bahwa kodok itu termasuk hewan yang menjijikkan secara umum.
Walhasil, kecenderungan jumhur ulama berpendapat bahwa kodok itu tidak halal dimakan berdasarkan dalil dan kaidah di atas.
Mereka yang Menghalalkan
Mereka yang menghalalkan adalah kalangan mazhab Maliki. Sebagaimana
sudah seringkali dijelaskan, umumnya pendapat mazhab ini merujuk kepada
dalil secara apa adanya. Bila di dalam dalil itu tidak tertuang secara
eksplisit tentang najis atau haramnya suatu hewan, maka mereka akan
bersikukuh untuk tidak mengharamkannya.
Mereka berpendapat bahwa memakan kodok dan hewan semacamnya seperti
serangga, kura-kura dan kepiting (cancer) hukumnya boleh selama tidak
ada nash atau dalil yang secara jelas mengharamkannya.
Dan mengkategorikan hewan-hewan itu sebagai khabaits (kotor), bagi
mereka dianggap tidak bisa dengan standar masing-masing individu, karena
pasti akan bersifat subjektif.
Ada orang yang tidak merasa bahwa hewanb itu menjijikkan atau kotor dan
juga ada yang sebaliknya. Sehingga untuk mengharamkannya tidak cukup
dengan itu, tapi harus ada nash yang jelas.
Dan menurut Al-Malikiyah, tidak ada nash yang melarang secara tegas
memakan hewan-hewan itu. Silahkan periksa kitab Bidayatul Mujtahid jilid
1 halaman 656 dan kitab Al-Qawanin Al-Fiqhiyah halaman 172.
Hukum Kepiting
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, kepiting itu boleh dimakan karena sebagai
binatang laut yang bisa hidup di darat, kepiting tidak punya darah,
sehingga tidak butuh disembelih. Sedangkan bila hewan dua alam itu punya
darah, maka untuk memakannya wajib dengan cara menyembelihnya.
Silahkan periksa kitab Al-Mughni jilid 8 halaman 606 dan kitab Kasysyaf Al-Qanna` jilid 6 halaman 202.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini