Berikut saya sebarkan lagi postingan dari blog sebelah agar anda semua paham, terima kasih sudah mampir.
penulis Al Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari
Syariah Hadits 15 - April - 2005 16:37:03
Abu Ghalib berkata: “Ketika didatangkan kepala orang2 Azariqah1 dan dipancangkan di atas tangga Damaskus datanglah Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu. Ketika melihat mereka air mata pun mengalir dari kedua pelupuknya.
كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ. هَؤُلاَءِ شَرَّ قَتْلَى قُتِلُوْا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ وَخَيْرَ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ الَّذِيْنَ قَتَلَهُمْ هَؤُلاَءِ
“Anjing-anjing neraka anjing-anjing neraka anjing-anjing neraka!” kata Abu Umamah. “Mereka ini sejelek-jelek orang yg dibunuh di bawah naungan langit ini. Dan sebaik-baik orang yg terbunuh di bawah naungan langit ini adl orang2 yg mereka bunuh” lanjutnya.
Kata Abu Ghalib: “Ada apa denganmu hingga mengalir air matamu?”
“Karena kasihan terhadap mereka dulu mereka itu termasuk ahlul Islam” jawab Abu Umamah.
Abu Ghalib berkata: Kami bertanya: “Apakah engkau mengatakan ‘mereka itu anjing-anjing neraka’ dgn pendapatmu sendiri atau perkataan yg engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
“Kalau aku mengatakan dgn pendapatku sendiri mk sungguh betapa berani aku. Tapi perkataan seperti itu aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk hanya sekali bahkan tdk hanya dua tiga kali” jawab Abu Umamah.
Hadits di atas diriwayatkan Al-Imam Ahmad rahimahullah dlm Musnad- . Guru kami Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah setelah membawakan hadits ini beliau berkata: “Hadits ini jayyid Abu Ghalib adl rawi yg hasanul hadits.”
Dalam riwayat At-Tirmidzi rahimahullah Abu Ghalib berkata: “Abu Umamah melihat kepala-kepala yg dipancangkan di atas tangga Damaskus ia pun berkata:
كِلاَبُ النَّارِ، شَرَّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ وَخَيْرَ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوْهُ
“Anjing-anjing neraka. Mereka ini sejelek-jelek orang yg terbunuh di bawah naungan langit ini. Dan sebaik-baik orang yg terbunuh adl orang yg mereka bunuh.”
Kemudian Abu Umamah membaca ayat:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ
“Pada hari yg di waktu itu ada wajah-wajah yg putih berseri dan ada pula wajah yg hitam muram.” Sampai akhir ayat.
Abu Ghalib berkata kepada Abu Umamah: “Apakah engkau mendengar perkataan seperti itu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
“Kalau aku tdk mendengar dari beliau tdk hanya sekali dua kali atau tiga empat kali –Abu Umamah sampai menyebut tujuh kali– niscaya aku tdk akan menyampaikan kepada kalian.”
Hadits ini dihasankan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dlm Al-Jami’us Shahih1/201.
Ulama Al-Jarh wat Ta’dil Penjaga Agama Allah
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: “Segala puji bagi Allah yg menjadikan ada ahlul ilmi pada tiap zaman fatrah2 dari para rasul yg mereka ini mengajak orang yg sesat kepada petunjuk dan bersabar atas gangguan yg mereka terima dari manusia. Mereka menghidupkan kitabullah yg telah ditinggalkan manusia dan menjadikan orang yg buta dapat melihat dgn cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berapa banyak korban yg dibunuh oleh Iblis telah mereka hidupkan dan berapa banyak orang yg sesat lagi tdk mengerti jalan telah mereka bimbing. Alangkah bagus apa yg mereka perbuat terhadap manusia namun alangkah jelek apa yg diperbuat manusia terhadap mereka. Mereka adl orang2 yg menolak penyimpangan orang2 yg berbuat ghuluw terhadap kitabullah demikian pula keyakinan orang2 yg batil dan takwil orang2 jahil di mana orang2 sesat ini telah mengikat bendera bid’ah dan melepaskan tali kekang fitnah. orang2 yg sesat ini berbeda-beda dlm memahami Kitabullah dan menyelisihi Kitabullah akan tetapi mereka bersepakat meninggalkan Kitabullah. Mereka ini berucap terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tentang Kitabullah tanpa ilmu. Mereka berbicara dgn pembicaraan yg samar/ rancu dan bermaksud menipu orang2 yg bodoh dari kalangan manusia dgn apa yg mereka samarkan. Kepada Allah semata kita berlindung dari fitnah orang2 yg menyesatkan.”
Berkaitan dgn ucapan Al-Imam Ahmad rahimahullah di atas mk kita mengetahui bahwa ulama al-jarh wat ta’dil termasuk sisa ahlul ilmi yg Allah Subhanahu wa Ta’ala tempatkan di umat ini utk menjaga dan membela agama
Dengan keberadaan ulama ini terbongkarlah kedok dan borok para penyesat umat sehingga tdk tersisa satu tempat persembunyian pun bagi mereka melainkan telah diketahui dan telah diporak-porandakan. Sehingga umat tdk lagi mudah ditipu oleh mereka bahkan mereka dapat tertangkap basah oleh umat dilucuti dan dibuka aib yg mereka miliki.
Demikianlah gambaran ahlul ahwa dan ahlul bid‘ah yg telah dikritik pedas dan dibabat habis oleh ulama al-jarh wat ta’dil sehingga tdk heran bila ahlul ahwa dan bid‘ah ini sangat antipati dan benci sampai ke ulu hati terhadap ulama al-jarh wat ta’dil yg ada di tengah umat ini. Berbagai tuduhan ucapan kotor dan keji mereka lemparkan pada sang alim utk menjatuhkan kehormatan dan menjauhkan umat darinya. Namun pada akhir mereka harus gigit jari melihat hasil perjuangan mereka. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yg memberikan penjagaan terhadap agama-Nya. Dan Dia terus melahirkan dan memunculkan di tengah-tengah umat ini ulama yg membela agama-Nya Dia terus menampilkan dan memenangkan orang2 yg mengawal agama-Nya krn memang Dialah Subhanahu wa Ta’ala yg menghendaki agar Ath-Thaifah Al-Manshurah ini tetap ada sampai saat berhembus angin sewangi misik yg tdk meninggalkan satu jiwa mukmin pun melainkan akan meninggal ketika mencium sebagaimana disabdakan oleh Rasul yg mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ تَزَالُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظاَهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Akan terus menerus ada sekelompok dari umatku dlm keadaan dzahir/ menang di atas al haq tdk memudharatkan mereka orang yg menyelisihi mereka. Demikian keadaan mereka sampai datang perkara Allah.”
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan dgn lafadz:
وَلَنْ تَزَالَ هذِهِ اْلأُمَّةُ قاَئِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُّرُهُمْ مَنْ خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ
“Umat ini terus menerus akan menegakkan agama Allah4 tdk memudharatkan mereka orang yg menyelisihi mereka hingga datang perkara Allah.”
Ath-Thaifah Al-Manshurah termasuk di dlm ulama al-jarh wat ta’dil tentu sebagai orang yg masuk paling pertama krn mereka orang yg terdepan di dlm ilmu dan penjagaan/ pembelaan terhadap agama ini.
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan bahwa Ath-Thaifah Al-Manshurah adl ahlul ilmi. Sehingga beliau membuat bab tersendiri dlm masalah ini dlm kitab Shahih- dgn judul bab Qaulin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “La Tazalu Thaifatun min Ummati Zhahirina ‘alal Haq wa Hum Ahlul Ilmi” .
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: “Kalau mereka itu bukan ahlul hadits mk aku tdk tahu siapa lagi mereka5”. Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah berkata: “Yang dimaksud Al-Imam Ahmad adl Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan mereka yg meyakini madzhab ahlul hadits.” .
Al-Hakim rahimahullah berkata: “Alangkah bagus penafsiran Al-Imam Ahmad bin Hambal terhadap kabar ini bahwa Ath-Thaifah Al-Manshurah yg selalu diberikan pertolongan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai hari kiamat adl ashabul hadits . Karena siapa lagi manusia yg paling berhak utk dimasukkan ke dlm thaifah ini terkecuali suatu kaum yg menempuh jalan orang2 shalih dan mengikuti atsar salaf dari kalangan orang2 terdahulu mematahkan dan menghancurkan ahlul bid’ah serta orang2 yg menyelisihi sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Al-Hakim juga berkata memuji ahlul hadits: “Akal-akal mereka digenangi kelezatan As Sunnah jantung-jantung mereka yg dipenuhi keridhaan terhadap ahwal mereka makmurkan mempelajari sunnah-sunnah adl kebahagiaan mereka majelis ilmu adl kegembiraan mereka. Ahlus sunnah seluruh adl saudara-saudara mereka sementara ahlul ilhad dan ahlul bid`ah seluruh adl musuh mereka.”
Guru kami Allamatul Muhaddits Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah berkata: “Hadits ini walaupun tdk secara lafadz menunjukkan terhadap perkataan Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Ahmad namun sesungguh Ahlul Hadits-lah yg seharus dimasukkan paling awal dlm thaifah ini krn kekokohan mereka di atas Al-Haq pengabdian mereka dan pembelaan mereka terhadap Islam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas kebaikan mereka dgn kebaikan yg banyak atas apa yg mereka sumbangkan terhadap Islam dan muslimin.”
Mereka pula yg dikatakan Al-Firqatun Najiyah sebagaimana tersebut dlm sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perpecahan umat ini menjadi 73 golongan semua di neraka kecuali satu ketika ditanyakan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ: هُمُ الْجَماَعَةُ
“Siapa mereka wahai Rasulullah?” “Mereka adl al-jamaah” jawab beliau.
Sejak terjadi fitnah dan bercabang kelompok hwa nfsu (**) di tengah umat hingga mereka mencapai jumlah yg disebutkan6 thaifah ini terus menerus menegakkan perkara Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka menyeru kepada al haq menyebarkan dan menjaga ilmu-ilmu nubuwwah membela dan menolak tipu daya orang2 yg melakukan tipu daya menolak kepercayaan orang2 yg batil dan tahrif orang2 bodoh. Tidak menggoyahkan mereka sama sekali gangguan tipu daya orang2 yg membuat makar dan rencana jahat orang2 yg berkuasa. Kesempitan gangguan dan ujian yg mereka terima tdk akan menambah penderitaan bagi mereka terkecuali membuat mereka semakin kokoh di atas al haq dan akan membungkam kebatilan sebagaimana ini terjadi pada masa Al-Imam Ahmad Abdul Ghani Al-Maqdisi dan pada masa Ibnu Taimiyyah.
Sikap tegas terhadap ahlul bid‘ah ini merupakan sikap yg diwarisi dari As-Salafush Shalih. Dan As-Salafush Shalih menganggap sikap keras terhadap ahlul ahwa dan bid‘ah merupakan suatu kelebihan/ keutamaan dan merupakan sikap terpuji di mana seseorang akan dipuji karenanya. Berapa banyak para imam Ahlus Sunnah ketika disebutkan biografi ia dipuji krn sikap keras terhadap ahlul ahwa dan bid’ah dan betapa kokoh dia dlm memegang As Sunnah. Tidak ada yg mendorong mereka utk bersikap yg demikian kecuali krn kecemburuan terhadap agama Allah ini dan dlm rangkaian nasehat kepada Allah Rasul-Nya dan para pemimpin kaum muslimin serta orang awamnya. Sebagaimana Ibnul Jauzi rahimahullah berkata tentang Al-Imam Ahmad rahimahullah: “Al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hambal krn sangat kuat beliau memegangi As Sunnah dan melarang/ mencegah dari kebid’ahan beliau tdk segan membicarakan tentang sekelompok orang2 yg baik apabila tampak di hadapan bahwa mereka menyelisihi As Sunnah. Ucapan beliau yg demikian itu disampaikan kepada mereka tentu dlm rangka nasehat utk agama Allah ini.”
Ahlul Hadits adl Ulama Al-Jarh wat Ta’dil
Ulama al-jarh wat ta’dil adl ulama ahlul hadits yg mengilmui dan memahami hadits mengagungkan dan menjaganya. Mereka adl orang yg mengikuti para shahabat dan tabi’in dlm berpegang teguh dgn Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka menggigit dgn gigi geraham mereka. Mereka kedepankan kedua di atas tiap ucapan dan petunjuk sama saja apakah hal itu dlm masalah aqidah ibadah muamalah akhlak ataupun dlm masalah politik dan kemasyarakatan. Mereka sangat kokoh di dlm pokok-pokok agama dan cabang-cabang sesuai dgn apa yg diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diwahyukan-Nya kepada hamba-Nya dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menegakkan dakwah dgn segala kesungguhan kejujuran dan ketegaran. Merekalah pembawa ilmu nubuwwah. Dengan ilmu tersebut mereka sangat menentang tahrif orang2 yg ghuluw kepercayaan orang2 yg batil dan takwil orang2 jahil. Merekalah orang2 yg selalu berdiri mengintai tiap kelompok/ golongan yg menentang manhaj islami seperti Jahmiyyah Mu’tazilah Khawarij Rawafidh Murji`ah Qadariyyah dan tiap yg menyimpang dari manhaj Allah dan mengikuti hwa nfsu (**) pada tiap zaman dan tempat. Celaan orang2 yg mencerca sama sekali tdk menyurutkan langkah mereka dlm membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Merekalah yg meletakkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini di hadapan mata mereka:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً وَلاَ تَفَرَّقُوْا
“Berpegangteguhlah kalian semua dgn tali Allah dan janganlah kalian berpecah-belah.”
Dan firman-Nya:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخاَلِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Maka hendaklah berhati-hati orang2 yg menyelisihi perkara/ perintah Rasulullah utk ditimpakan kepada mereka fitnah atau ditimpakan pada mereka azab yg pedih.”
Sehingga mereka adl orang yg paling jauh dari menyelisihi perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling jauh dari fitnah. Merekalah yg menjadikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai dustur mereka:
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ حَتَّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْماَ شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوْا فِيْ أَنْفُسِهِمْ حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْماً
“Maka sekali-kali tdk demi Rabbmu mereka tidaklah beriman sampai mereka menjadikanmu sebagai hakim dlm pertikaian yg terjadi di antara mereka kemudian mereka tdk dapatkan di dlm jiwa mereka rasa berat terhadap apa yg engkau putuskan dan mereka tunduk dgn setunduk-tunduknya.”
Mereka memuliakan nash-nash Al Qur`an dan As Sunnah dgn sebenar-benar pemuliaan mengagungkan dgn sebesar-besar pengagungan dan mengedepankan di atas ucapan manusia seluruhnya. Mereka berhukum kepada nash-nash tersebut dlm segala sesuatu dgn rasa ridha yg sempurna dan dada yg lapang tanpa rasa sempit dan berat. Mereka tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya dgn ketundukan yg sempurna dlm aqidah mereka ibadah dan muamalah mereka. Kepada merekalah pantas ditujukan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّماَ كاَنَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ إِذَا دُعُوْا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُوْلُوْا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Hanyalah ucapan kaum mukminin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar diputuskan perkara di antara mereka mereka pun menyatakan ‘kami mendengar dan kami taat’ mereka itulah orang2 yg beruntung.” (Aimmatul Jarhi wat Ta’dil hal. 5)
Di antara nama ulama ahlul hadits yg bisa kita sebutkan di sini di antaranya:
- Semua shahabat Nabi dgn pimpinan mereka Al-Khulafa`ur Rasyidin
- Tokoh tabi’in : Sa’id ibnul Musayyab ‘Urwah bin Az-Zubair Ali bin Al-Husain Zainul Abidin Muhammad ibnul Hanafiyyah Ubaidullah bin Abdillah bin ‘Utbah bin Mas’ud Salim bin Abdillah bin ‘Umar Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq Al-Hasan Al-Bashri Muhammad bin Sirin ‘Umar bin Abdil Aziz dan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri.
- Atba‘ut tabi’in paling terdepan dari mereka adl Malik Al-Auza’i Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri Sufyan bin ‘Uyainah Isma’il bin ‘Ulayyah dan Al-Laits bin Sa’ad.
- Murid-murid atba‘ut tabi’in paling utama adl Abdullah ibnul Mubarak Waki’ ibnul Jarrah Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Abdurrahman bin Mahdi Yahya bin Sa’id Al-Qaththan ‘Affan bin Muslim.
- Mereka yg berguru kepada murid-murid atba‘ut tabi’in yg terdepan adl Al-Imam Ahmad bin Hambal Yahya bin Ma’in dan ‘Ali ibnul Madini.
- Murid-murid mereka yg masuk dlm kelompok di atas di antara Al-Bukhari Muslim Abu Hatim Abu Zur’ah Abu Dawud At-Tirmidzi dan An-Nasai.
- Generasi berikut yg berjalan seperti jalan mereka di antara Ibnu Jarir Ibnu Khuzaimah Ad-Daraquthni Al-Khathib Al-Baghdadi Ibnu Abdil Bar An-Namri Abdul Ghani Al-Maqdisi Ibnu Qudamah Ibnu Shalah Ibnu Taimiyyah Al-Mizzi Adz-Dzahabi Ibnu Katsir7 dan para imam setelah mereka seperti Ash-Shan’ani Asy-Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab serta kalangan imam dari anak-anak dan cucunya.
Mereka memiliki banyak sekali karya tulis –dengan jumlah yg tdk terhitung– yg berisi bantahan terhadap ahlul bid’ah wa ahwa dan kitab-kitab al-jarh wat ta’dil serta kitab al-jarh secara khusus yg penuh dgn keterangan tentang keadaan ahlul bid’ah seperti kitab Ar-Rad ‘alal Jahmiyyah karya Al-Imam Ahmad Ar-Rad ‘alal Jahmiyyah dan Ar-Rad ‘ala Bisyr Al-Marisi karya ‘Utsman bin Sa’id Ad-Darimi kitab-kitab Al-Imam Ahmad dlm masalah rijal kitab-kitab Ibnu Ma’in kitab-kitab Al-Bukhari Al-Al-jarh wat ta’dil karya Ibnu Abi Hatim kitab-kitab An-Nasa`i dan Ad-Daraquthni Al-Kamil karya Ibnu ‘Adi kitab Al-Majruhin karya Ibnu Hibban Ma’rifatur Rijal karya Jauzajani Muqaddimah Al-Madkhal karya Al-Hakim Muqaddimah Al-Mustakhraj karya Abu Nu’aim dan selain dari kitab-kitab rijal sebagaimana mereka memiliki banyak karya tulis ilmiah dlm perkara aqidah/ manhaj seperti kitab As-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim Asy-Syari’ah karya Al-Ajurri Al-Iman karya Ibnu Mandah At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah Syarah Ushulus Sunnah karya Al-Lalikai serta kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-murid dan lain-lain yg tdk bisa kami sebutkan semua di sini.
Kritikan Ulama Al-Jarh wa At-Ta’dil Penjagaan terhadap Agama Allah
Apa yg dilakukan oleh ulama al-jarh wat ta’dil berupa kritikan dan bantahan kepada ahlul bid’ah dan ahwa bukanlah perkara yg mereka ada-adakan atau mereka buat-buat sendiri tanpa pendahulu yg shalih. Tidak pula menunjukkan kotor dan jahat hati maksud dan lisan mereka sebagaimana hal ini banyak disebarkan dan diserukan oleh du’atul makirin wal ahdzabul hizbiyyin yg sangat khawatir dan takut dgn kritikan krn akan mematikan mereka dan membinasakan langkah dan keinginan mereka yg busuk. Akan tetapi apa yg mereka serukan sama sekali tdk demikian wallahi. Bahkan jauh sebelum ulama al-jarh wat ta’dil hal ini telah dilakukan oleh sebaik-baik manusia setelah para nabi dan rasul yaitu para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ash-shadiqinash shalihin dan di antara mereka adl Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu sebagaimana ditunjukkan dlm hadits dan riwayat di atas. Ketika Abu Umamah melihat kepala orang2 yg terbunuh dari kelompok ahlul bid’ah yg bernama Khawarij yg dipancangkan di atas tangga masjid Damaskus ia pun mengatakan: “Anjing-anjing neraka!” . Ketika melemparkan gelaran jelek kepada pemilik kepala-kepala yg telah terpenggal tersebut beliau tdk mencukupkan sekali bahkan beliau mengulang sampai tiga kali.
Kemudian apabila ini adl perkara yg mereka ada-adakan atau mereka buat-buat sendiri tanpa pendahulu yg shalih dan menunjukkan kotor dan jahat hati maksud dan lisan mereka apakah boleh dan diperkenankan bagi kita utk mengatakan shahabat ini mulut kotor jahat hati maksud dan lisannya? Na’udzubillah min dzalik semoga Allah menjaga hati lisan dan perbuatan kita dari mencerca shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam!
Apa yg dilakukan oleh Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu ini telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam murabbina wa mu’allimuna. Beliaulah yg menggelari Khawarij dgn anjing-anjing neraka sebagaimana dinyatakan oleh Abu Umamah: “Perkataan seperti itu aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk hanya sekali bahkan tdk hanya dua tiga kali!” dlm riwayat At-Tirmidzi disebutkan sampai tujuh kali.
لَقَدْ كاَنَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كاَنَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
“Sesungguh pada diri Rasulullah ada suri teladan yg baik bagi kalian yaitu bagi orang2 mengharapkan pertemuan dgn Allah dan hari akhir serta banyak mengingat Allah.”
Bila demikian ada berarti apa yg dilakukan oleh ulama al-jarh wat ta’dil ini telah dicontohkan oleh sebaik-baik hamba Allah yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau menjarh mengkritik dan mentahdzir orang yg pantas mendapatkannya.
Demikian pula hal dgn anak paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yg didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dgn kefakihan di dlm agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ahli di dlm menafsirkan Al Qur`an imam para mufassirin Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma ketika menjarh kelompok bid’ah yg bernama Qadariyyah.
‘Atha rahimahullah berkata: “Aku mendatangi Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma yg sedang berada di sumur Zam-zam dlm keadaan bagian bawah pakaian basah terkena air.
“Telah muncul orang2 yg membicarakan takdir ” kataku kepada Ibnu Abbas.
“Apakah mereka benar telah melakukannya?” ta Ibnu ‘Abbas.
“Iya” jawabku.
“Demi Allah tidaklah turun ayat:
ذُوْقُوْا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْناَهُ بِقَدَرٍ
“Rasakanlah oleh kalian azab neraka Saqar. Sesungguh segala sesuatu Kami ciptakan dgn ketetapan takdir.” melainkan ditujukan kepada mereka. Mereka itu adl sejelek-jelek umat ini jangan kalian jenguk orang yg sakit dari kalangan mereka jangan kalian shalati orang yg mati dari kalangan mereka. Bila aku melihat salah seorang dari mereka niscaya aku akan mencungkil kedua mata dgn dua jariku ini.”
Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah berkata: “Membantah ahlul bid’ah men-jarh mereka dan memperingatkan manusia dari mereka merupakan perkara pokok dlm Islam krn hal ini termasuk bab amar ma’ruf nahi mungkar yg paling penting dan juga termasuk bab nasihat yg terpenting kepada Islam dan muslimin. Orang yg pertama kali men-jarh dan men-tahdzir mereka yg menyimpang adl Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau mentahdzir Khawarij dlm beberapa hadits dan menyifati mereka sebagai sejelek-sejelek makhluk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela Dzul Khuwaishirah dan dalil-dalil yg menunjukkan tentang perkara ini banyak sekali.”
Lebih dari itu mencela dan memberi gelaran buruk kepada orang yg menyimpang dari kebenaran telah pula dinyatakan oleh Dzat yg Maha Tinggi dan Maha Suci keberadaan-Nya dari segala makhluk-Nya seperti dlm ayat-ayat berikut ini:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْناَهُ آياَتِناَ فَانْسَلَخَ مِنْهاَ فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطاَنُ فَكاَنَ مِنَ الْغاَوِيْنَ. وَلَوْ شِئْناَ لَرَفَعْناَهُ بِهاَ وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى اْلأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآياَتِناَ فاَقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yg telah Kami berikan kepada ayat-ayat Kami . Kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu ia diikuti oleh syaitan sampai dia tergoda. mk jadilah dia termasuk orang2 yg sesat. Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan derajat dgn ayat-ayat itu tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hwa nfsu (**) yg rendah mk permisalan diri seperti anjing bila engkau menghalau dijulurkan lidah dan bila engkau membiarkan anjing itu tetap menjulurkan lidahnya. Demikianlah perumpamaan orang2 yg mendustakan ayat-ayat Kami.”
وَلَقَدْ ذَرَأْناَ لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ لَهُمْ قُلُوْبٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ بِهاَ وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهاَ وَلَهُمْ آذَانٌ لاَ يَسْمَعُوْنَ بِهاَ أُولَئِكَ كَاْلأَنْعاَمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغاَفِلُوْنَ
“Dan sesungguh Kami jadikan utk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia mereka mempunyai hati tetapi tdk dipergunakan utk memahami. Dan mereka memiliki mata namun tdk dipergunakan utk melihat. Dan mereka punya telinga tetapi tdk diperguna-kan utk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lbh bodoh lagi. Mereka itulah orang2 yg lalai.”
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ أَوْ يَعْقِلُوْنَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَاْلأَنْعاَمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيْلاً
“Apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tdk lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan mereka lbh sesat jalan daripada binatang ternak itu.”
Sehingga kita katakan di sini orang2 yg mengingkari perkara ini adl orang yg tdk faham sama sekali apa yg dia baca di dlm Al Qur‘an yg dia baca tiap hari dan di dlm hadits-hadits yg shahih atau memang dia tdk pernah membaca sehingga dgn kejahilan menjadikan jahil murakkab? Wallahul musta’an.
Para imam al-jarh wat ta’dil tdk hanya memberikan jarh kepada ahlul bid’ah wa ahwa` namun mereka juga menjaga agama ini dgn menjaga hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari pemalsuan dan kedustaan membicarakan perawi-perawi hadits dan menjelaskan keadaan mereka sehingga bila perawi itu lemah terlebih seorang pendusta mk mereka membicarakan mengkritik dan menolak haditsnya. Namun apabila dipelajari dan diteliti para perawi keadaa tdk demikian bahkan merupakan rawi yg pantas diterima periwayatan mk diterima hadits dan periwayatannya. Di antara kritikan mereka:
1. Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata tentang seorang perawi hadits yg bernama Talid bin Sulaiman Al-Muharibi: “Dia tdk teranggap dia seorang pendusta yg mencerca ‘Utsman radhiallahu ‘anhu. Dan tiap orang yg mencela ‘Utsman atau Thalhah atau salah seorang dari shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mk dia dajjal tdk ditulis hadits dan dia akan memperoleh laknat Allah para malaikat dan manusia.”
Al-Hakim rahimahullah berkata: “Madzhab jelek mungkarul hadits.”
2. Ishaq bin Rahawaih rahimahullah berkata: “Negeri Khurasan mengeluarkan tiga orang yg tdk ada tandingan dlm kebid’ahan dan kedustaan yaitu Jahm bin Shafwan ‘Umar bin Shabh dan Muqatil bin Sulaiman.”
3. Ahmad ibnu Hanbal rahimahullah berkata: “Habib bin Abi Hilal matruk .” . Demikian juga Al-Imam Ahmad berkata tentang Al-Hasan ibnu Dzakwan: “Hadits-hadits batil.”
4. Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata: “Dawud ibnu Al-Muhabbir mungkarul hadits keberadaan seakan-akan tdk teranggap/ ternilai.”
5. Al-Imam An-Nasai rahimahullah mengatakan tentang Asy’ats ibnu Sa’id As-Samman: “Tidak punya nilai.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1 Satu kelompok dari Khawarij yg dinisbatkan kepada Nafi’ bin Al-Azraq salah seorang tokoh Khawarij.
2 Zaman terputus wahyu dan tdk ada rasul yg diutus di tengah umat
3 Kiamat tdk akan ditimpakan kecuali pada sejelek-jelek makhluk. Adapun orang yg memiliki iman semua telah meninggal ketika mencium angin sewangi misik yg berhembus menjelang datang hari kiamat .
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْياَءُ
“Termasuk sejelek-jelek manusia adl orang yg hari kiamat menemui mereka dlm keadaan mereka masih hidup.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan dgn lafadz:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ إلاَّ عَلىَ شِرَارِ النَّاسِ
“Tidak akan datang hari kiamat kecuali atas sejelek-sejelek manusia.”
4 Sebagian umat ini akan tetap di atas al-haq selama-lama
5 Asy-Syaikh Rabi‘ bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah berkata: “Imam-imam Islam seperti Ibnul Mubarak Yazid bin Harun Ibnul Madini Ahmad bin Hambal Al-Bukhari dan para imam yg lain di antara Al-Khathib Al-Baghdadi Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Rajab telah menafsirkan Al-Firqatun Najiyah dan Ath-Thaifah Al-Manshurah ini adl ahlul hadits dan orang yg bermadzhab ahlul hadits.”
6 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَفَرَّقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتْ أُمَّتِي عَلىَ ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
“Yahudi akan terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan umatku akan berpecah menjadi 73 golongan.”
7 Dan kami tambahkan ulama ahlul hadits dan para imam al-jarh wat ta’dil pada zaman ini baik itu yg masih hidup –mudah-mudahan Allah mengokohkan mereka dan diberikan umur yg panjang di dlm pembelaan agama-Nya– ataupun yg telah Allah panggil disisi-Nya semoga Allah merahmati mereka semua dgn rahmat-Nya yg lapang– sesuai yg kami ketahui dan penyebutan kami disini bukan sebagai pembatasan di antaranya:
Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdurahman Al-Mu’allimi Al-Yamani Asy-Syaikh Al-Muhaddits Ahmad Syakir Samahatusy Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alusy Syaikh Al-’Allamatusy Syaikh Abdullah Ibnu Humaid Asy-Syaikh Al-Muhaddits wal Mufassir Muhammad Amin Asy-Syinqithi Asy-Syaikh Al-’Allamatu Abdurrahman As-Sa’di Syaikhul Islam Samahatusy Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz Asy-Syaikh Imamul Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani Asy-Syaikh Al-Mujahid As-Salafi Hamud Tuwaijiri ‘Allamatud Du Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Al-’Allamatusy Syaikh Muhammad Aman Al-Jami Guru kami Al-Muhaddits Imam Ahlis Sunnah fil Yaman Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i Al-’Allamah Shahibul Manhaj Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan Asy-Syaikh Al-Muhadditsul Faqih Ahmad bin Yahya An-Najmi Al-’Allamah Asy-Syaikh Al-Mujahid Zaid bin Muhammad Al-Madkhali Imam Al-Jarh wat Ta’dil Syaikhul Muhaddits Rabi’ Ibnu Hadi Al-Madkhali Al-’Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-’Abbad Mufti Mamlakah As-Su’udiyah ‘Allamatus Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alusy Syaikh Al-Ma’ali Al-’Allamah Asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muhammad bin Hadi Al-Madkhali Shahibul Manhajis salim Al-’Allamah Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri dan ulama ahlil hadits lainnya.
Sumber: www.asysyariah.com
Download Kumpulan Game Android MOD Apk Terbaru, Terlengkap dan Ter-Update 2017
BalasHapusDownload Game Android MOD Apk