Senin, 27 April 2015

Resep Panjang Umur Sebuah Ummat

Posted by Unknown on Senin, April 27, 2015 in | No comments
Dalam karya magnum opus-nya, Al Muqaddimah, Ibnu Khaldun mengemukakan teori siklus kehidupan masyarakat. Melihat perjalanan hidup sebuah masyarakat, menurut teori itu, tak ubahnya seperti melihat perjalanan hidup seorang manusia. Ia pertama-tama lahir, tumbuh, berkembang kemudian dewasa. Ada saat dimana manusia mencapai puncak kesempurnaan potensi yang dia miliki. Tapi, hal itu tidak berlangsung selamanya. Sang waktu tetap menjadi misteri yang tak mampu dikalahkan. Seiring waktu, setelah fase kesempurnaannya, manusia itu menua, lapuk, dan akhirnya mati.
Menurut Ibnu Khaldun, sunnatullah pada individu manusia itu juga berlaku pada masyarakat atau peradaban di dunia ini. Sebuah siklus yang menggambarkan fase-fase yang ia lalui. Dari lahir, tumbuh, sempurna, untuk kemudian tua dan hancur.
Kita tidak akan membahas proses yang terjadi pada seluruh fase dalam siklus itu. Yang mungkin penting untuk kita bicarakan justru bagaimana usaha membangun atau bahkan ”mempertahankan” kelestarian suatu masyarakat.
Nah, dalam kerangka itu, ada sebuah hadits yang menarik untuk disimak. Hadits yang memuat resep panjang umur sebuah umat. Sabda Nabi shallallahu ’alaihi wasallam yang kemudian dikomentari seorang sahabat. Sebuah komentar yang lahir dari ”fiqh” (pemahaman yang mendalam) terhadap hadits.
Al Mustaurid dan ‘Amr bin ‘Ash, dua sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhuma, pernah berkumpul bersama beberapa orang. Tiba-tiba, Al Mustaurid berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Hari Kiamat akan terjadi sedang saat itu orang-orang Romawi (Eropa) adalah komunitas yang terbanyak jumlahnya.”
‘Amr bin ‘Ash menyela, “Hati-hatilah kau berbicara.” “Aku menyampaikan apa adanya yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” balas Al Mustaurid.
Maka ‘Amr bin ‘Ash berkata,
Bila benar yang kau sampaikan itu, itu karena mereka memiliki empat sifat: mereka adalah orang yang sangat hati-hati ketika terjadi fitnah, cepat pulih setelah tertimpa musibah, segera bangkit setelah kalah perang, sangat penyayang kepada orang miskin, yatim dan orang lemah; juga karena sifat kelima yang juga baik: mereka sangat anti terhadap kezaliman penguasa.
”(HR. Muslim)
Bila dicoba untuk disarikan, ada empat sifat yang, menurut’Amr bin ’Ash, merupakan resep panjang umur bangsa Romawi. Pertama, berhati-hati saat terjadi fitnah. Kedua, segera bangkit setelah musibah atau gagal. Ketiga, penyayang terhadap orang lemah. Keempat, anti terhadap kezaliman penguasa.
Ah . . . bila peradaban umat Islam belum menjadi peradaban yang diperhitungkan dewasa ini, mungkin karena kita belum memiliki sifat-sifat tersebut. Atau, bisa jadi kita bahkan baru kali ini membaca hadits itu . . . ?
Sumber : Dari Catatan Ustadz Ilham Jaya Abdul Rauf, Lc

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Komentar Disini