Posted by Unknown on Selasa, April 14, 2015 in Islami | No comments
Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desemberuntuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari (lihat pula Epifani).
Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah pohon Natal,kartu Natal, bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta kisah tentang Santa Klaus atau Sinterklas.
Kata “natal” berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir). Dahulu juga dipakai istilah Melayu-Arab Maulid atau Milad. Pada negara-negara yang berbahasa Arab, hari raya ini disebut dengan Idul Milad. Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang berarti Misa Kristus. Christmas biasa pula ditulis Χ'mas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen, karena huruf Xdalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho.
Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak dijumpai kata "Natal", yang ada hanya kelahiran Yesus.
Asal-mula peringatan Natal
Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus
untuk dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan
adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal. Klemens
dari Aleksandria mengejek orang-orang yang berusaha menghitung dan
menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad-abad pertama, hidup
kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan
Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya
– terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir:
orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun
mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan
hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.
Tetapi di sebelah Timur orang
telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa
manusia. Menurut tulisan-tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah
merayakan "pesta Epifania"
(pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Tetapi yang
dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus
sebagai Anak Allah – yaitu pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan.
Gereja sebagai keseluruhan bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai
Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya di dunia. Sesuai dengan anggapan
ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada tanggal 6 Januari
sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam
(menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang
terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria
menganggap Epifania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam
perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia.
Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia sedang berjaga
jaga?” Pada malam perayaan Epifania, semua gedung gereja dihiasi dengan
karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua
Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.
[sunting]Sejarah
Perayaan Natal baru dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria
(Mesir). Para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tetapi ada pula pada
19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5
atau 6 Januari; ada pula pada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25
Desember dimulai pada tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan baru
diterima secara luas pada abad ke-5. Ada berbagai perayaan keagamaan
dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember. Dewasa ini umum
diterima bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah penerimaan
ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap (dewa) matahari: Solar Invicti (Surya tak Terkalahkan), dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Surya Agung itu sesuai berita Alkitab (lihat Maleakhi 4:2; Lukas 1:78; Kidung Agung 6:10).
Tanggal
Ada pendapat yang berkata bahwa tanggal 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus.[rujukan?] Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8).
Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga
domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut
telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Para pendukung
tanggal kelahiran bulan Desember berpendapat meski musim dingin,
domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap
dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah
disebut padang rumput.
Ada juga pendapat yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari titik balik musim dingin (winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalamkalender Julian.
Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial
utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama Kristen tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I, Paus Julius I memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini disanggah oleh Gereja Ritus Timur,
karena Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus sejak abad
ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25
Desember.
Oleh karena itu, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan
tradisi Natal karena dianggap berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu
aliran Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Baptis Hari Ketujuh, Perserikatan Gereja Tuhan, kaum Yahudi Mesianik, dan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia. Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak merayakan Natal.
Ada sejumlah naskah kuno yang mencatat bahwa Yesus ditempatkan di rahim Maria tanggal 25 Desember.[3] Penafsiran Kitab Hagai mengindikasikan tanggal itu merupakan tanggal datangnya Yesus ke dalam rahim Maria, yaitu Hagai 2:18-20:
“ | Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat! | ” |
Tanggal 24 bulan ke-9 (Kislev) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.
Meskipun kapan Hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Kristen pada umumnya sepakat untuk menetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain seperti Paskah dan Jumat Agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, yang bukan mementingkan ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari.
Tradisi
Banyak tradisi perayaan Natal di barat yang
merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur berbagai
kebudayaan. Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin
berhubungan dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno. Ada pula yang
menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat Kejadian 2:9).
Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi menghias
pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi
“Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada abad ke-18.[4]
Terdapat pula tradisi mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Callcott Horsley dari
Inggris. Biasanya dengan gambar yang berhubungan dengan kisah kelahiran
Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru.
Dewasa ini orang memakai teknologi informasi (email) berkirim kartu
Natal elektronik.
Juga dalam rangka perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi
Sinterklaas, yang berasal dari Belanda. Tradisi yang dirayakan pada
tanggal 6 Desember ini, berhubungan dengan St. Claus (Santa Nikolas),
seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah anak-anak pada malam
dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub
membagi-bagi hadiah. Dalam dunia modern, perayaan Natal secara sekuler
lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang
beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus.
Dalam tradisi Sinterklass Belanda – tokoh yang digambarkan oleh suatu
iklan minuman Amerika sejak tahun 1931 sebagai seorang tua gendut,
bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang
hitam, dan topi runcing lembut ini – menjadi bagian dari acara keluarga
(untuk mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai
pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah
untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga tempat anak-anak nakal
dimasukkan untuk dibawa pergi. Yang sering kita lihat juga Natal
dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk
menambah semarak perayaan, ini juga memiliki pemahaman cahaya yang ada,
maksudnya adalah Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.[5]
Berbeda dengan tradisi perayaan Natal di barat,
perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek rohani seperti
puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian. Di Gereja-gereja
Arab, boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa.
Gereja Ortodoks Syria melakukan persiapan Natal dengan berpuasa selama
10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih lama lagi,
yaitu sejak minggu terakhir November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar (buka puasa) pada tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum el-Shagir).
Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini tidak jauh
berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja Orthodoks
lain.wallahualam.......
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini