Posted by Unknown on Jumat, April 10, 2015 in Islami | No comments
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ
عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ
وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
“ Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap :
"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah
memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”.(Qs.al-Anbiyaa` : 87-88 )
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran, diantaranya adalah :
Pertama : Bahwa para nabi berasal dari manusia, yang
kadang berbuat salah atau lupa, maka Allah langsung menegurnya supaya
kesalahan tersebut tidak berlangsung lama. Begitu juga yang dilakukan
oleh nabi Yunus ‘alahi as-salam ketika beliau meninggalkan
kewajiban berdakwah setelah kaumnya yang tinggal di kota al-Mausil, Iraq
mendustakannya, maka Allah menegurnya dengan melemparnya ke dalam perut
ikan paus, maka beliau pada ayat ini disebut Dza an-Nun ( orang yang masuk perut ikan Paus ).
Begitu juga yang dialami oleh nabi Adam ‘alaihi as-salam ketika memakan buah khuldi sehingga diturunkan dari syurga. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah ditegur oleh Allah dalam surat Abasa.
Kedua : Kebanyakan manusia mengira bahwa kemaksiatan
yang mereka lakukan tidaklah berdampak buruk bagi kehidupan mereka.
Padahal musibah-musibah yang menimpa manusia kebanyakan disebabkan oleh
maksiat yang mereka perbuat. Sebaliknya ketaqwaan dan ketaatan akan
membawa kepada keberkahan di dalam hidup seseorang. Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. al-A`raf : 96)
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah pada ayat lain:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً
أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ
اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ . كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ
وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَكُلٌّ كَانُوا ظَالِمِينَ
“ (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang
ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka
mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.” (Qs.al-Anfal : 53-54)
Dikuatkan juga di dalam firman Allah di ayat lain:
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ
مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا
سَابِقِينَ فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا
عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ
خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ
اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan
yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan
tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya,
maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu
kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi,
dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali
tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri.” (Qs. al-`Ankabut : 39-40)
Ketiga : Allah telah mengajarkan kepada kita bagaimana nabi Yunus ‘alaihis salam berdoa di dalam kegelapan-kegelapan, yaitu ketika ditimpa musibah dan kesulitan hidup.
Berkata Ibnu Mas’ud : “ Dalam tiga kegelapan : kegelapan perut ikan Paus, kegelapan lautan, dan kegelapan malam. “ ( Tafsir Ibnu Katsir : 5/367 )
Do’a nabi Yunus ‘alaihis salam tersebut mengandung tiga unsur pokok :
Unsur Pertama : أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Mengikrarkan kembali tauhid kepada Allah, yaitu bahwa seorang hamba yang
ingin berdoa kepada Allah hendaknya memperbaiki hubungannya dengan
Allah dengan mentauhidkan dalam ibadah serta meninggalkan syirik. Ini
terdapat di dalam surat al-Fatihah juga dengan firman-Nya:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”. (Qs. al-Fatihah : 5)
Unsur Kedua : سُبْحَانَكَ
Hendaknya dia selalu mensucikan Allah, dengan menyakini bahwa satu-satu
Dzat yang suci dan dan sempurna serta tidak pernah salah adalah Allah.
Sebaliknya manusia adalah makhluq yang lemah yang penuh dengan
kekhilafan dan kesalahan.
Oleh karena itu, posisi yang paling dekat dengan Allah adalah ketika
kita sedang bersujud di hadapan Allah pada waktu sholat. Sebagaimana di
dalam hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhubahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“ Posisi yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, maka perbanyaklah do’a di dalamnya. “ ( HR Muslim )
Disaat kepala dan jidat kita yang kita anggap sebagai anggota tubuh yang
paling mulia ini, kita letakkan di atas tanah yang hina, tanah yang
setiap hari kita injak-injak, maka saat itulah kita menyebut kebesaran
dan ketinggian Allah dengan mengucapkan :
“ Subhana Rabbiya al-A’la “ ( Maha Suci Rabb-Ku Yang Maha Tinggi ), sebagaimana di dalam hadist Hudzaifah radhiyallahu 'anhu:
نَّهُ صَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَكَانَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ : " سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ . وَفِي
سُجُودِهِ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى "
“ Bahwasanya beliau sholat bersama Rasululla shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ketika ruku’ beliau membaca : “ Subhana Rabbiya al-Adhim “, dan
ketika sujud, beliau membaca : “ Subhana Rabbiya al-A’la “. (Hadist Shahih lighairihi Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah )
Unsur Ketiga : إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Hendaknya seorang hamba dalam berdoa merasa bahwa dirinya adalah makluq
yang lemah, tidak berdaya, tidak mempunyai kekuatan, selalu membutuhkan
pertolongan Allah di dalam kehidupan ini. Inilah hakekat ibadah, yaitu
ketundukan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, semakin kita menampakkan ketundukan kita di hadapan Allah, maka semakin kita dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala.
Dikisahkan pada zaman dahulu bahwa seseorang datang kepada salah seorang
ulama besar seraya menanyakan penyebab tidak dikabulkan doanya oleh
Allah, padahal dia sudah berdoa selama 40 tahun lamanya, maka ulama
tersebut berkata : “ Barangkali anda selama ini ketika berdoa tidak
pernah mengakui dosa-dosa anda . “
Doa ini serupa dengan doa para nabi, seperti doa nabi Adam ‘alaihi as-salam :
قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada
kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".(Qs. al-A`raaf : 23)
Ini juga doa nabi Muhammad shallahu ‘laihi wa sallam, sebagaimana yang tersebut di dalam hadist di bawah ini:
وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ اَلصِّدِّيقِ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ
اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي
صَلَاتِي . قَالَ قُلْ : " اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا
كَثِيرًا , وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ , فَاغْفِرْ لِي
مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ , وَارْحَمْنِي , إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ
اَلرَّحِيمُ
“ Dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata
kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam: Ajarkanlah padaku doa
yang aku baca dalam sholatku. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Ucapkanlah: (artinya = Ya Allah sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali
Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah
diriku sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)." ( HR Bukhari dan Muslim )
Pelajaran Keempat : Kisah Nabi Yunus adalah kisah orang beriman yang patut kita contoh. Allah berfirman:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada
kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman” ( Qs. al-Anbiya’ : 88 )
Para ulama menjelaskan bahwa doa nabi Yunus ini boleh dibaca di saat
kita tertimpa musibah dan bencana, mudah-mudahan dengan doa tersebut
Allah akan menolongnya sebagaimana sebelumnya telah menolong nabi Yunus.
Berkata Syekh Abdurrah As-Sa’di di dalam Taisir al-Karim ar-Rahman ( 1/529 ) :
“ Ayat ini merupakan janji dan berita gembaira bagi setiap orang beriman
yang tertimpa musibah dan kesulitan, sesungguhnya Allah akan
menyelamatkannya dan mengangkat kesulitannya dan meringankan bebannya
karena keimanannya kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan terhadap
nabi Yunus. “
Demikianlah Allah menolong orang-orang beriman, artinya Allah tidak
serta menolong orang beriman tanpa melalui sunnatullah yang telah
ditetapkan Allah. Tetapi Allah menolong hamba-Nya dengan cara-cara yang
telah ditetapkannya, yaitu hamba tersebut beristighfar, bertauhid dan
selalu memuji-Nya serta mengaku kasalahan-kesalahannya, setelah itu akan
datang pertolongan Allah. Wallahu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini