Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
Pertanyaan:
Bagaimana hukum membunuh binatang pengganggu seperti Tikus,kecoak, semut, lalat, nyamuk & binatang-binatang serupa lainnya?.
Jawaban:
Syariat Islam dibangun di atas pondasi jalbul mashâlih
(menciptakan/mendatangkan kemaslahatan) dan dar`ul mafâsid (menghapus
semua bahaya dan kerusakan). Semua yang merusak dan mengganggu boleh
dihilangkan sesuai dengan tingkatan kerusakan dan gangguan yang timbul.
Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam:
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membayakan”
(HR Ibnu Majah dan dishohihkan al-Albani dalam Irwa’ al-ghalil no. 896).
(HR Ibnu Majah dan dishohihkan al-Albani dalam Irwa’ al-ghalil no. 896).
Dari sini, para Ulama menetapkan kaedah yang berbunyi:
الضَرَرَ يُزَالُ
“Semua madharat (bahaya, gangguan) (harus) dihilangkan.”
Sehingga semua yang mengganggu dan merusak harus dihilangkan
(dilenyapkan) sesuai dengan tingkat kerusakan yang
ditimbulkannya.Tentang masalah membunuh serangga yang sering ada di
dalam rumah seperti kecoa, semut dan sejenisnya pernah ditanyakan kepada
Syaikh Bin Bâz rahimahullâh dan beliau menjawab:
Serangga-serangga tersebut apabila menimbulkan gangguan maka boleh
dibunuh, namun tidak boleh dilakukan dengan menggunakan api (dibakar).
Boleh dibunuh dengan berbagai alat pembasmi lainnya dengan dasar sabda
Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi Wassallam:
خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ فِى الْحِلِّ وَالْحَرَمِ الْحَيَّةُ
وَالْغُرَابُ الأَبْقَعُ وَالْفَارَةُ وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ
وَالْحُدَيَّا
“Lima (hewan) perusak yang boleh dibunuh di luar tanah suci dan di tanah suci yaitu: ular, gagak, tikus, serigala dan rajawali.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
(Muttafaqun ‘alaihi)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam telah memberitahukan bahwa sifat
pengganggu melekat pada hewan-hewan tersebut. Dalam bahasa Beliau
Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, binatang-binatang pengganggu itu disebut
fawâsiq. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pun mengizinkan untuk
membunuhnya. Demikian juga serangga-serangga, diperbolehkan membunuhnya
di tanah suci dan luar tanah suci apabila binatang-binatang tersebut
menimbulkan gangguan, seperti semut, kecoa, nyamuk dan hewan lain
menimbulkan gangguan.
(Majmû’ Fatâwa wa Maqâlât Mutanawwi’ah 5/301-302)
Hukum Membunuh Semut Rumah
ما حكم قتل النمل القارص ، حتى لو لم يقرص ، وكذا قتل باقي أنواع الحشرات ، التي في المنازل وغيرها ، حتى لو لم يكن منها الأذى ؟
Pertanyaan, “Apa hukum membunuh semut yang suka menggigit meski ketika
itu sedang tidak menggigit? Demikian pula, apa hukum membunuh
binatang-binatang kecil lain yang biasa ada di rumah atau pun tempat
yang lain meski tidak mengganggu?”
الإجابة :
ينتبه أن لا يقتل إلا ما كان مؤذيا ، أما الذي لا يؤذي فلا يقتل ، والأذى أنواع ، ومن الأذى بأن يكون وجودها في البيت ، وفي أماكن الجلوس ، هذا يعتبر نوعا من الأذى ، لا أحد يقبل الحشرات في بيته ، فيجوز إبعادها أو قتلها ، لا حرج إن شاء الله تعالى . والله أعلم .
ينتبه أن لا يقتل إلا ما كان مؤذيا ، أما الذي لا يؤذي فلا يقتل ، والأذى أنواع ، ومن الأذى بأن يكون وجودها في البيت ، وفي أماكن الجلوس ، هذا يعتبر نوعا من الأذى ، لا أحد يقبل الحشرات في بيته ، فيجوز إبعادها أو قتلها ، لا حرج إن شاء الله تعالى . والله أعلم .
Jawaban Syaikh Abdul Muhsin bin Nashir al Ubaikan, “Perhatikan, tidak
boleh membunuh hewan kecuali yang mengganggu. Sedangkan hewan yang tidak
mengganggu itu tidak boleh dibunuh. Bentuk gangguan hewan kepada
manusia itu beragam bentuknya. Diantara bentuk gangguan hewan adalah
keberadaannya di dalam rumah, atau di tempat-tempat yang biasa diduduki
oleh orang. Kondisi ini terhitung gangguan. Tidak ada seorang pun yang
ingin rumahnya dipenuhi oleh berbagai macam hewan kecil-kecil. Sehingga
hewan-hewan yang ada di rumah itu boleh diusir atau pun dibunuhi. Sekali
lagi, hukumnya adalah tidak mengapa, insya Allah”.Wallahua'lam......
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini