Posted by Unknown on Sabtu, April 11, 2015 in Islami | No comments
Inilah figur wanita-wanita istiewa yang diabadian oleh sejarah, dengan
segudang prestasi, prestasi, dan prestasi. Ha litu bukan karena mereka
mampu berkompetisi dengan kaum Adam di bidang yang sama, tapi karena
mereka bijak memerankan tugas mereka di bidang yang ditekuni, dengan
tanpa mengorbankan kodrat kewanitaannya.
Khadijah, Istri Tercinta
Parasnya cantik, hartanya melimpah, bernasab mulia pula. Itulah Khadijah
binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah SAW. Sebelum menikah dengan
Nabi Muhammad SAW, Khadijah perna menikah dua kali, tapi suaminya
meninggal semua, dengan masing-masing meninggalkan putra.
Aktivitas Khadijah adalah berdagang, dengan mengirimkan kafilah-kafilah
ke negeri Syam. Kafilah-kafilah itu nantinya akan kembali ke Mekah
dengan membawa makanan, pakaian, dan komoditas lain, untuk
diperdagangkan kembali. Kelihaian Khadijah dalam me-manage perputaran
roda bisnisnya, membuat beliau menjadi wanita mulia, kaya, dan disegani.
Selama 15 tahun pernkahannya dengan Nabi Muhammad SAW, Kadijah
dikaruniai tiga putra, yaitu al-Qasim, ath-Thahir, dan ath-Thayyib,
serta empat putri, yakni Zainab, Ruqayyah, Ummi Kulsum, dan Fatimah
az-Zahra’. Khadijah sukses memerankan diri sebagai istri yang baik dan
sebagai ibu yang bijaksana bagi anak-anaknya.
Khadijah adalah istri tercinta. Ia bukan sekadar istri yang baik, tapi
lebih dari itu, ia rla memberikan segalanya kepada suaminya. Dialah
menjadi pelindung suami dari intimidasi orang Quraisy; menenangkan
suaminya di kala gundah, dan meringankan suaminya dengan menyumbangkan
hartanya di jalan dakwah. Karena itulah, ketika Khadijah wafat, Nabi
Muhammad SAW sangat terpukul, hingga dalam sejarah tahun itu tercatat
sebagai tahun duka.
Dan, tatkala salah satu stri Nabi SAW protes karena cemburu tatkala Nabi
SAW menyebut-nyebut nama Khadijah, Nabi SAW marah: “Demi Allah!
Tidaklah Allah pernah mengganti bagiku istri yang lebih baik dari dia.
Dia telah beriman kepadaku saat oran-orang masih kafir. Ia telah
membenarkan kepadaku saat orang-orang masih mendustaiku. A telah
menolongku dengan hartanya di saat orang-orang tidak memberiku apa-apa.
Allah mengariniai aku putra-putri darinya, bukan dari istri-istri yang
lain.”
Fatimah az-Zahra’, Wanita yang Tabah
Fatimah az-Zahra’, putri Rasulullah SAW tercinta, adalah sayyidatu
nisa’il-‘alamin, pemuka wanita seluruh alam. Namun, tidak berarti beliau
meiliki tahta, tidak pula bergelimang harta. Sebaliknya, beliau
bernaung di bawah di bawah tenda kesederhanaan bersama Sayidina Ali,
al-Hasan, dan al-Husain, Muhsin, Zainab, dan Umi Kulsum; keluarga
besarnya.
Kendati hidupnya serba tak kecukupan, Fatimah selalu menerima apa
adanya, dan menjalani keadaan ini dengan penuh ketabahan. Pernah suatu
ketika, Fatimah datang ke Rasulullah SAW meminta pelayanan dari hasil
fai’, agar sedikit bisa meringankan beban hidupnya. Namun, Rasulullah
SAW tidak mengabulkannya. Akan tetapi, Rasulullah SAW mengajarinya
doa-doa, dan menyuruhnya minta tolong kepada Allah SAW dalam mengurusi
rumah-tangga, mendidik anak, serta melayani suami. “Hai Fatimah,
sabarlah. Sesungguhnya, sebaik-baik wanita adalah yang memberi manfaat
kepada keluarganya,” nasihat Rasulullah SAW.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW menjenguk Fatimah, dan mendapatinya
sedang menggiling gandum dengan batu giling, sementara baju yang
dikenakannya tampak terbuat dari bulu onta. Maka Rasulullah SAW menangis
seraya berkata, “Hai Fatimah, rasakanlah kepahitan hidup di dunia, agar
kelak merasakan kenikmatan akhirat.”
Pada kesempatan yang lain, Rasulullah SAW menjenguk Fatimah yang sedang
sakit. “Bagaimana keadaanmu wahai anakku?” Fatimah manjawab, “Aku sedang
sakit dan lapar”. Nabi SAW lalu memberi nasihat, “Tidakkah engkau suka
menjadi pemimpin wanita seluruh alam?”
Demikianlah, sulitnya manjalani hidup tidak membuat Fatimah az-Zahra’
kehilangan harga dirinya. Justru beliau sukses melewati masa-masa sulit
dan ujian yang berat itu, berkat kesabaran dan ketabahannya yang luar
biasa. Kemuliaan dan derajat yang tinggi memang seharusnya tak diukur
dengan materi.
Aisyah, Sumber Rujukan Ilmu
Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah orang yang paling Anda
cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. Merasa kurang puas, si penanya
kembali bertanya, “Aku maksudkan dari kaum lelaki”. Rasul SAW menjawab,
“Ayahnya”.
Jawaban Rasul SAW itu sudah cuku memberikan gambaran kepada kita
mengenai siapa dan bagaimana kedudukan Sayidah Aisyah, salah satu istri
Nabi SAW. Beliau adalah wanita mulia, dari keturunan mulia, putri
Sahabat yang paling mulia, Abu Bakar ash-Shiddiq.
Raulullah SAW menikahi Aisyah pada usia belia. Sebagian orientalis
menganggap ini aneh, lalu mereka mengkritik habis-habisan. Sebenarnya
para orientalis itu keliru karena mereka menjadikan tredisi Barat
sebagai standar kebenaran. Gadis Barat biasanya tidak kawin sebelum
mencapai usia 25 tahun, sementara gadis seusia itu di Jazirah Arab
dianggap sebagai usia perkawinan yang terlambat.
Pernikah Rasulullah SAW dengan Aisyah yang masih belia, ternyata
menympan sejuta hikmahbagi umat Muhammad SAW. Aisyah adalah salah
seorang istri Rasulullah SAW yang banyak memperoleh pendidikan langsung
dari Rasulullah SAW; menerima ilmu, hukmah, dan petunjuk dari beliau.
Karena itu, sepeninggal Rasul SAW, Aisyah menjadi sumber rujukan ilmu,
terutama berkenaan dengan keperibadian Rasul dan keadaan rumha-tangga
beliau, yang tidak banyak diketahui oleh khalayak.
Dalam hal ini, Abu Musa al-Asy’ari berkata, “Bila kami para sahabat
mengalami kesulitan dalam suatu permasalahan, maka kami menanyakan
jawabannya kepada Aisyah”.
Diriwayatkan dari Atha’ bin Rabah, “Adalah Aisyah yang paling faqih dan
paling alim serta paling baik pendapatnya mengenai permasalahan hukum.
Adalah Aisyah tempat berguru kaum pria, dan banyak murinya yang kemudian
terkenal menjadi guru dan panutan generasi berikutnya”.
Karena itu, nama Aisyah menjadi harum semerbak, dan ditulis dengan tinta
emas sejarah. Beliau berperan besar dalam mentransmisikan Hadis-Hadis
Rasulullah SAW kepada generasi umat Islam. Beliaulah sebetulnya sang
pelopor yang memilki peran besra dalam memajukan keilmuan umat Islam.
Dalam hal ini beliau mengatakan, “Sebaik-baik wanita adalah wanita
Anshar. Mereka tidak malu untuk belajar agama.”
***
Cukuplah kiranya figur wanita-wanita yang di uaikan di atas, menjadi
potret sempurna, untuk bagaimana seharusnya para wanita bisa menata
diri. Para istri Nabi SAW (ummahatul-mu’minin) adalah figur
wanita-wanita yang sempurna, yang menjadi teladan wanita sepanjang
zaman. Masing-masing memiliki keistimewaan yang membuat mereka layak
menjadi panutan.
Mereka adalah wanita-wanita yang telah teruji oleh sejarah. Sekali lagi
penting ditegaskan bahwa mereka menjadi mulia dan bermartabat, bukan
karena mereka mangambil alih peran kaum pria, akan tetapi karena mereka
menunaikan tugas-tugas kewanitaan dengan arif dan bijak, mengikuti
tatanan Ilahi yang telah digariskan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini