Posted by Unknown on Rabu, Mei 06, 2015 in Materi Kuliah | No comments
MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
(Di Susun Guna Memenuhi Tugas mata Kuliah Belajar
Pembelajaran
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd)
Disusun oleh
Febri
Haris Putra Wardana
1402103010653
Kelas
H Reg
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, Hidayah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami berharap dengan terselesaikannya makalah
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun, yang
dapat membuat makalah ini menjadi sempurna dimasa yang akan datang.
Jember,
03 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan
pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapanya, kemampuannya,
daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses
yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar
merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui
situasi yang ada pada siswa. Oleh karena itu, dalam suatu pembelajaran juga perlu
didukung oleh adanya suatu teori belajar.
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atau sejumlah
fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dengan
berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan
pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi
pendidikan ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi
pendidikan yang mana akan dibahas dalam
makalah ini:
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Belajar pembelajaran?
2.
Faktor
yang mempengaruhi belajar?
3. Teori Belajar Menurut beberapa ahli?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1.
Memahami pengertian belajar dan pembelajaran
2.
Memahami Faktor yang mempengaruhi belajar
3.
Memahami
Semua Teori dari beberapa tokoh
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar Dan Pembelajaran
Belajar
Merupakan Suatu Perubahan Tingkah laku yang terbentuk karena pengalaman maupun
iptek yang dimiliki seseorang yang mana pengalaman tersebut diperoleh dari
interaksi dengan lingkungannya maupun iptek yang diperolehnya.
Menurut
beberapa ahli belajar diartikan sebagai berikut:
a) James
o Whitataker
Belajar Sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau dirubah melaluli latihan dan pengalaman.
b) Cronbach
Belajar adalah sebagai suatu
aktivitas yang ditunjukkan oleh perunbahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman
c) Howard
L kingsley
Belajar adalah Proses dimana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan
latihan
d) Slameto
Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dariminteraksi dengan lingkungannya.
Maka
dari pengertian para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
Suatu Perubahan Tingkah laku yang terbentuk karena pengalaman maupun iptek yang
dimiliki seseorang yang mana pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi
dengan lingkungannya maupun iptek yang diperolehnya.
2.2 Pengertian Pembelajaran
a.
Menurut Dimyati & Mudjiono (2009:7)
Pembelajaran merupakan suatu persiapan yang disiapkan
guru guna untuk menarik dan memberi informasi kepada siswa sehingga dengan
persiapannya tersebut siswa dapat mengikuti dan menghadapi tujuannya.
b.
Menurut Oemar hamalik
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
Pembelajaran Merupakan Suatu proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkup belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
proses dimana interaksi yang saling terjadi antara pendidik dengan peserta
didik dalam suatu lingkunan belajar guna mencapai tujuan dari suatu
pembelajaran tersebut.
2.3 Faktor yang mempengaruhi Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu
2.3.1 Faktor Internal
2.3.1.1 Faktor Psikologis
a.
Kecerdasan, yaitu suatu kemampuan psiko, fisik dalam
merealisasikan rangsangan da meyesuaikan diri dengan lingkungannya secara tepat
yang mana bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak namun organ tubuh yang
lain juga berkaitan.
b.
Motivasi, yang mana mendorong manusia dan mendukung
keinginan siswa dalam kegiatan belajar. Motivasi merupakan keadaan yang ada
dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu tujuan.
c.
Minat, merupakan kecenderungan akan kegairahan yang
tinggi dan besar terhadap sesuatu, minat dapat bergantung pada pemusatan
perhatian, keingintahuan =, motivasi, dan kebutuhan internal individu.
d.
Sikap, yakni gejala internal yang mendimensi afektifkan
kecenderungan untuk bereaksi atau merespon dengan cara yang relatif.
e.
Bakat, didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang
dimilikki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
2.3.1.2 Faktor Fisiologis
a.
Jasmani, Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
menunjang kegiatan individu dalam pembelajaran, dan sebaliknya
b.
Fungsi jasmani, peran fungsi fisiologis pada tubuh
manusia sangat mempengaruhi hasil belajar terutama panca indera. Panca indera
memiliki peran besar dalam proses belajar sebagai contoh mata yang digunakan
sebagai sarana untuk melihat, dan lain sebagainya.
2.3.2 Faktor Eksternal
a.
Lingkungan Sosial
b.
Lingkungan Non sosia;
2.4 MATRIK PERBANDINGAN TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
2.4.1 Belajar
TEORI BELAJAR
|
PANDANGAN
|
1. Behavioristik
|
Belajar
adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan hasil dai stimulus-respon.
Aliran ini menganggap. seseorang telah belajar jika ia telah mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku. Untuk membuat seseorang belajar, perlu
adanya stimulus yang diberikan oleh pendidik. Penguatan merupakan factor
penting dalam belajar, karena dapat memperkuat timbulnya respon berupa hasil
belajar.
|
2. Kognitif
– konstruktivisme
|
Belajar
merupakan usaha pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju
pada pembentukan struktur kognitifnya.
|
3. Humanistik
|
Belajar adalah proses aktualisasi diri
secara optimal. Belajar melalui 4 fase yaitu:
a)
tahap pengalaman kongkrit, b) tahap pengamatan aktif dan reflektif, c) tahap
konseptualisasi, d) tahap eksperimentasi aktif.
|
4. Sibernetik
|
Belajar
adalah pengolahan informasi.
|
2.4.2 Pembelajaran
TEORI BELAJAR
|
PANDANGAN
|
1. Behavioristik
|
1. Kurikulum
disajikan dari bagian-bagian menuju ke seluruhan dengan menekankan pada
ketrampilan-ketrampilan dasar
2. Pembelajaran
sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan
3. Kegiatan
kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja
|
2. Kognitif
– konstruktivisme
|
1.
Kurikulum disajikan mulai dari
keseluruhan menuju ke bagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep
yang luas
2.
Pembelajaran lebih menghargai
pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide peserta didik
3.
Kegiatan kurikuler lebih banyak
mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan memanupulasi bahan
|
3. Humanistik
|
Terpusat
pada peserta didik. Model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model terbuka. Pendidikan terbuka adalah proses
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bergerak
secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri.
|
4. Sibernetik
|
Pembelajaran
berlangsung sejalan dengan system informasi, tidak ada satupun cara belajar
ideal untuk segala situasi.
|
2.4.3 Evaluasi
TEORI BELAJAR
|
PANDANGAN
|
1. Behavioristik
|
Evaluasi
belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran,
dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Menekankan
evaluasi pada kemampuan peserta didik secara individual. Evaluasi dilakukan
diakhir pembelajaran dengan cara testing.
|
2. Kognitif
– konstruktivisme
|
Evaluasi
proses dan hasil belajar peserta didik terjalin di dalam kesatuan kegiatan
pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan
peserta didik, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
|
3. Humanistik
|
Tidak
ada tes ataupun buku kerja. Guru
mengamati setiap proses yang dilalui peserta didik dan membuat catatan
serta penilaian secara individual.
|
4. Sibernetik
|
Lebih
menekankan bagaimana peserta didik mengembangkan cara untuk memecahkan
masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar/berfikir
|
2.4.4 Peserta didik
TEORI BELAJAR
|
PANDANGAN
|
1.
Behavioristik
|
Peserta
didik-peserta didik biasanya bekerja sendiri-sendiri, tanpa ada group proses
dalam belajar.
|
2.
Kognitif – konstruktivisme
|
Peserta
didik banyak belajar dan bekerja di dalam group proses. .
|
3.
Humanistik
|
Memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya yang positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Peserta didik bergerak secara bebas di ruang kelas,
tidak dilarang bicara, tidak ada pengelompokkan atas dasar tingkat
kecerdasan.
|
4.
Sibernetik
|
Peserta
didik bisa belajar dan bekerja sendiri
atau dalam dalam kelompok untuk memproses informasi yang ada dalam materi.
Sangat dituntut keaktivan peserta didik dalam memproses informasi yang
diberikan. Aktivitas yang dilakukan bebas selama informasi bisa diproses dan
menjadi pengetahuan/ memori jangka panjangnya.
|
2.4.5 Pendidik
TEORI BELAJAR
|
PANDANGAN
|
|
1. Behavioristik
|
Pendidik
adalah orang yang mendominasi kegiatan pembelajaran. Tugasnya memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar, dengan cara memberikan stimulus,
penghargaan atau hukuman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar yang baik. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dan banyak
tergantung pada buku teks. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah;
1.
menentukan tujuan
2.
menentukan matreri pelajaran
3.
mengkaji materi pelajaran
4.
menyusun sesuai dengan system
informasi
5.
menyajikan materi dan membimbing
mahapeserta didik dengan pola sesuai materi pelajaran
|
|
2. Kognitif
– konstruktivisme
|
Guru
tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Guru-guru konstruktivistik mengakui
dan menghargai dorongan diri manusia/peserta didik untuk mnegkonstruksi
pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk
terjadinta aktivitas konstruksi pengetahuan oleh peserta didik secara
optimal. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah;
1.
menentukan tujuan
2.
menentukan materi pelajaran
3.
menentukan topic-topik secara
aktif oleh mahapeserta didik dengan bimbingan minim dari dosen
4.
menentukan dan merancang kegiatan
belajar yang cocok untuk topic yang akan di[elajari mahapeserta didik.
5.
menyiapkan pertanyaan yang akan
memacu kreativitas mahapeserta didik untuk berdiskusi atau bertanya.
6.
menevaluasi proses dan hasil
belajar
|
|
3. Humanistik
|
Berperan sebagai fasilitator.Guru sebagai
fasilitator harus mampu menciptakan
kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah;
1.
menentukan tujuan
2.
menentukan materi pelajaran
3.
mengidentikfikasi entri behavior
mahapeserta didik
4.
mengidentifikasi topic
5.
mendisain wahana yang akan
digunakan untuk belajar
6.
membimbing mahapeserta didik
secara aktif
7.
membimbing mahapeserta didik
memahami hakekat makna dan pengalaman belajar
8.
membimbing mahapeserta didik
membuat konseptaulisasi pengalaman terdekat
9.
membimbing mahapeserta didik
sampai mampu mengaplikasikan konsep baru ke situasi baru
10.
mengevaluasi proses dan hasil
belajar.
|
|
4. Sibernetik
|
Tugas
guru dalam proses pembelajaran adalah;
1.
menetapkan tujuan
2.
menentukan materi pelajaran
3.
mengkaji system informasi
(materi)
4.
menyusun system informasi
5.
mengkaji materi dan membimbing
mahapeserta didik dengan pola sesuai materi pelajaran.
|
|
2.4.6 Lingkungan Belajar
TEORI BELAJAR
|
PANDANGAN
|
1. Behavioristik
|
Kegiatan
belajar lebih bayak dalam kelas karena aktivitas belajar lebih banyak
didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku tersebut. Guru lebih banyak menyampaikan
materi dengan cara ceramah, maka lingkungan belajar dibuat sesuai metoda yang
pakai oleh guru supaya stimulus yang diberikan menghasilkan respon yang
maksimal.
|
2. Kognitif
– konstruktivisme
|
Menekankan
kepada aktivitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Jadi segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan
fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Peserta
didik diberi kebebasan untuk mengngkapkan pendapat dan pemikirannya tentang
sesuatu yang dihadapinya.
|
3. Humanistik
|
Adanya
pusat-pusat belajar atau pusat-pusat kegiatan di dalam kelas yang
memungkinkan peserta didik mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran,
topik-topik, ketrampilan-ketrampilan atau minat-minat tertentu. Pusat belajar
ini dapat memberikan petunjuk untuk mempelajari suatu topik tanpa hadirnya
guru dan dapat mencatat partisipasi dan kemajuan peserta didik untuk nantinya
dibicarakan dengan guru. Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga
mendukung proses belajar yang membuat peserta didik nyaman dalam melakukan
sesuatu.
|
4. Sibernetik
|
Belajar
bisa di dalam kelas ataupun di luar kelas. Yang terpenting informasi yang
terkandung dalam materi pelajarn bisa diproses dengan berbagai cara oleh
peserta didik.
|
2.5 PANDANGAN TERHADAP EMPAT ALIRAN TEORI BELAJAR
2.5.1 Aliran behavioristik.
Aliran
behavioristik yang banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran
selama ini kurang dapat menjawab masalah-masalah sosial. Pendekatan ini banyak
dianut dalam praktik¬praktik pendidikan dan pembelajaran mulai dari pendidikan
tingkat yang paling dini hingga pendidikan tinggi, namun ternyata tidak mampu
menjawab masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global.
Hasil
pendidikan tidak mampu menumbuhkembangkan anak-anak untuk lebih menghargai
perbedaan dalam konteks sosial budaya yang beragam. Mereka kurang mampu
berprkir kreatif, kritis dan produktif, tidak mampu mengambil keputusan,
memecahkan masalah, dan berkolaborasi, serta pengelolaan diri. Artinya,
behavioristik kurang mampu menjelaskan proses belajar yang komplek, hasil belajar
tidak hanya abervable, terlalu menyederhanakan masalah belajar yang
sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati. Melupakan proses mental
peserta didik yang terjadi dalam proses pembelajaran. Peserta didik hanya
pasif.
2.5.2 Aliran Kognitif-konstruktivisme
Pendekatan
kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian
berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya.
Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan
implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan
ideologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan
budaya Barat. Pendekatan ini kurang sesuai dengan tuntutan
revolusi¬sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
Pandangan
yang dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntutan sociocultural-revolution
adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. Dikemukakan bahwa
peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial
atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky
sebenamya lebih tepat disebut sebagai pendekatan
ko-konstruktivisme.Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic law of
development, zona of proximal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa
jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan
sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut
dengan teori sociogenesis . Dimensi kesadaran sosial bersifat primer sedangkan
dimensi individual bersifat sekunder.
Berdasarkan
teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh
kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau
potensinya melalui belajar dan berkembang. Guru perlu menyediakan berbagai
jenis dan tingkatan bantuan (helps cognitive scaffolding) yang dapat
memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman yang
lebih kompeten. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif-kolaboratif serta belajar
kontekstual sangat tepat digunakan. Sedangkan anak yang telah mampu belajar
sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya, sehingga tidak perlu menunggu anak yang
berada dibawahnya. Dengan demikian diperlukan pemahaman yang tepat tentang
karakteristik peserta didik dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran.
Artinya,
aliran kognitif lebih dekat pada psikologi dari pada teori belajar. aplikasi
dalam pembelajaran tidak mudah. Kurang bisa memahami struktur kognitif yang
sudah dimiliki peserta didik, apalagi kalau dipilah jadi bagian yang diskrit.
Pada tahap lanjut sulit memahami dan mengidentifikasi pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki peserta didik.
a. Aliran humanistic
Aliran
ini sangatcmenekankan pemahaman yang
tepat terhadap karakteristik peserta didik dan budayanya sebagai pijakan dalam
pembelajaran. Aliran humanistic hadir untuk memahami kegiatan belajar dari
aspek kejiwaan peserta didiknya. Tidak punya teori belajar yang spesifik, yang
penting bagaimana siswa belajar. Sukar dipraktekkan dalam kondisi kelas
besar.Sukar diterapkan dalam kontek praktis terlalu dekat dengan dunia
filsafat, terlalu ideal untuk diterapkan dalam praktek pendidikan di Indonesia.
b. Aliran Sibernetik
Aliran
ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi menarik. artinya
mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu. Alat bantu ini
sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Dengan adanya alat bantu yang
bisa menarik perhatian peserta didik, diharapkan terjadi pengolahan informasi.
Ini merupakan aliran yang beru berkembang.
Karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari
kurang terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sulit untuk dipaktekkan.
Sangat berkaitan dengan alat bantu/media untuk menarik perhatian peserta didik.
Alat bantu digunakan mempermudah pengolahan informasi dalam diri peserta didik.
Jika pendidik salah memilih alat bantu, maka peserta didik tidak akan
memberikan perhatian terhadap informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar. Tokoh dalam teori belajar kognitivisme
dari Gestalt yang memandang bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi, teori belajar medan kognitif dari
Kurt Lewin yang memandang bahwa setiap individu berada didalam suatu medan kekuatan
yang bersifat psikologis, teori belajar perkembangan Jean Piaget yang memandang
bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses
yang didasarkan atas mekanisme bilogis, perkembangan sistem saraf, teori
belajar discovery learning dari Jerome S. Bruner yang memandang bahwa anak haus
berperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan
menemukan siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan
suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.
3.2 Saran
Teori
belajar kognitif hendaknya digunakan sebagai landasan atau dasar yang harus
dipahami oleh guru ataupun calon guru pada khususnya dan pada masyarakat pada
umumnya agar apa yang di di pelajari dapat digunakan dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali,
2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Hariyanto,
Suyono. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Penerbit Remaja Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini