Posted by Unknown on Kamis, April 16, 2015 in Islami | No comments
dakah dari kita yang tidak
mengetahui bahwa suatu ketika akan datang kematian pada kita. Allah
Ta’ala telah berfirman, yang artinya, “Setiap
jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan kami benar-benar akan menguji
kalian dengan kejelekan dan kebaikan, dan kepada kamilah kalian akan
dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa’: 35). Ya, setiap dari kita insya
Allah telah menyadari dan menyakini hal ini. Tetapi kebanyakan orang
telah lalai atau bahkan sengaja melalaikan diri mereka sendiri. Satu
persatu orang yang kita kasihi telah pergi (meninggal-ed) tapi
seakan-akan kematian mereka tidak meninggal faidah bagi kita, kecuali
rasa sedih akibat kehilangan mereka.
Saudariku,
kematian adalah benar adanya. Begitu pula dengan kehidupan setelah
kematian. Kehidupan akhirat, inilah yang seharusnya kita tuju. Kampung
akhiratlah tempat kembali kita. Maka persiapkanlah bekal untuk menempuh
jauhnya perjalanan. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al An’am: 32)
Ketahuilah wahai hamba Allah!
Bahwa kuburan adalah persinggahan pertama menuju akhirat. Orang yang
mati, berarti telah mengalami kiamat kecil. Apabila seorang hamba telah
dikubur, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya nanti pada pagi
hari, yakni antara waktu fajar dan terbit matahari, serta waktu sore,
yakni antara waktu dzhuhur hingga maghrib. Apabila ia termasuk penghuni
Jannah, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Jannah, dan apabila ia
termasuk penghuni Naar, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Naar.
Fitnah Kubur
Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar),
sedangkan secara istilah fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan
kepada mayit tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Hal ini benar
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqodhal 67, syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)
Diriwayat oleh Bukhari dan Muslim
dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib bahwasanya ketika seorang mayit telah
selesai dikuburkan dan dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang
padanya dua malaikat (yaitu malaikat Munkar dan Nakir) yang akan
bertanya kepada sang mayit tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?
Tiga pertanyaan inilah yang
disebut dengan fitnah kubur. Oleh karena itu, tiga pertanyaan pokok ini
merupakan masalah besar yang penting dan mendesak untuk diketahui. Wajib
bagi setiap manusia untuk mengetahui, meyakini dan mengamalkan hal ini,
baik secara lahir maupun bathin. Tidak seorang pun dapat beralasan
untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya.
Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain. Perhatikanlah
hal ini wahai saudariku!
Tiga pertanyaan ini juga awal
dari nikmat dan siksaan di alam kubur. Orang-orang yang bisa menjawab
adalah orang-orang yang paham, yakin dan mengamalkannya selama hidup
sampai akhir hayat dan meninggal dalam keimanan. Seorang mukmin yang
bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia akan memperoleh nikmat kubur.
Adapun orang kafir yang tidak bisa menjawabnya, maka dia akan dihadapkan
kepada adzab kubur.
Saudariku, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an surah Ibrahim 27, yang artinya,“Allah
Meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah akan Menyesatkan
orang-orang yang dzalim dan Memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud
dengan “ucapan yang teguh” adalah seorang mukmin akan teguh di atas
keimanan dan terjaga dari syubhat dan ia akan terjaga di atas keimanan.
Sedangkan di akhirat, ia akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah(dalam keadaan beriman) dan bisa menjawab tiga pertanyaan.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Bentuk-Bentuk Siksa Kubur
Saudariku, telah disebutkan bahwa
seorang yang kafir akan disiksa karena tidak bisa menjawab ketiga
pertanyaan. Akan tetapi, bukan berarti seorang mukmin pasti akan
terlepas dari adzab kubur. Seorang mukmin bisa saja diadzab disebabkan
maksiat yang dilakukannya, kecuali bila Allah mengampuninya.
Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, “Kita mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimani juga pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat ridhwanallahu ‘alaihim ajma’in. Alam kubur adalah taman-taman jannah atau kubangan Naar.”
Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, “Kita mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimani juga pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat ridhwanallahu ‘alaihim ajma’in. Alam kubur adalah taman-taman jannah atau kubangan Naar.”
Di antara bentuk-bentuk adzab kubur dan kriteria orang yang mengalaminya:
- Dipecahkan kepalanya dengan batu, kemudian Allah tumbuhkan lagi kepalanya, dipecahkan lagi demikian seterusnya. Ini adalah siksa bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu tidak mengamalkannya dan juga siksa bagi orang yang meninggalkan sholat wajib.
- Dibelah ujung mulut hingga ke belakang kepala, demikian juga hidung dan kedua matanya. Merupakan siksa bagi orang yang pergi dari rumahnya di pagi hari lalu berdusta dan kedustaannya itu mencapai ufuk.
- Ada kaum lelaki dan perempuan telanjang berada dalam bangunan menyerupai tungku. Tiba-tiba datanglah api dari bawah mereka. Mereka adalah para pezina lelaki dan perempuan.
- Dijejali batu, ketika sedang berenang, mandi di sungai. Ini merupakan siksa bagi orang yang memakan riba.
- Kaum yang separuh jasadnya bagus dan separuhnya lagi jelek adalah kaum yang mencampurkan antara amal shalih dengan perbuatan jelek, namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.
- Kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mereka gunakan untuk mencakari wajah dan dada mereka. Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging orang lain (menggunjing) yakni membicarakan aib mereka.
Adzab dan nikmat kubur adalah
benar adanya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan ‘ijma ahlu sunnah.
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam selalu memohon perlindungan kepada Allah
dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk melakukan hal itu. Dan
hal ini hanya diingkari oleh orang-orang Mulhid (atheis).
Mereka mengatakan bahwa seandainya kita membongkar kuburan tersebut,
maka akan kita dapati keadaannya seperti semula. Namun, dapat kita
bantah dengan dua hal:
- Dengan dalil Al Qur’an dan Sunnah dan ‘ijma salaf yang menunjukkan tentang adzab kubur.
- Sesungguhnya keadaan akhirat tidak bisa disamakan dengan keadaan dunia, maka adzab atau nikmat kubur tidaklah sama dengan apa yang bisa ditangkap dengan indra di dunia. (Diringkas dari Syarah Lum’atul I’tiqod, hal 65-66(
Banyak hadits-hadits mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
pembuktian adzab dan nikmat kubur bagi mereka yang berhak mengecapnya.
Demikian juga pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua itu harus diyakini dan
diimani keberadaannya. Dan kita tidak boleh mempertanyakan bagaimananya.
Sebab akal memang tidak dapat memahami bentuk sesungguhnya. Karena
memang tak pernah mereka alami di dunia ini.
Ketahuilah, bahwa siksa kubur
adalah siksa di alam Barzakh. Barangsiapa yang mati, dan berhak
mendapatkan adzab, ia akan menerima bagiannya. Baik ia dikubur maupun
tidak. Meski dimangsa binatang buas, atau terbakar hangus hingga menjadi
abu dan bertaburan dibawa angin; atau disalib dan tenggelam di dasar
laut. Ruh dan jasadnya tetap akan mendapat siksa, sama seperti orang
yang dikubur. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Apakah Adzab Kubur terjadi terus-menerus atau kemudian berhenti ?
Maka jawaban untuk pertanyaan ini ada dua macam:
Pertama, untuk orang kafir yang
tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka adzab berlangsung
terus-menerus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya, “Kepada
mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya kiamat (Dikatakan pada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan
kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
Demikian juga dalam hadits Al Barra’ bin ‘Azib tentang kisah orang kafir, “Kemudian dibukakan baginya pintu Naar sehingga ia dapat melihat tempat tinggalnya di sana hingga hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad)
Kedua, untuk para pelaku maksiat
yang ringan kemaksiatannya, maka adzab hanya berlangsung beberapa waktu
kemudian berhenti. Mereka disiksa sebatas dosanya, kemudian diberi
keringanan. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Saudariku, semoga Allah
Melindungi kita dari adzab kubur dan memudahkan perjalanan setelahnya.
Seringan apapun adzab kubur, tidak ada satupun dari kita yang sanggup
menahan penderitaannya. Begitu banyak dosa telah kita kerjakan… maka
jangan siakan waktu lagi untuk bertaubat. Janganlah lagi menunda berbuat
kebaikan. Amal perbuatan kita, kita sendirilah yang akan
mempertanggungjawabkannya dan mendapatkan balasannya. Jika bukan kita
sendiri yang beramal shalih demi keselamatan dunia dan akhirat kita,
maka siapa lagi ???
Sungguh indah nasihat Yazid Ar Riqasyi rahimahullah yang dikatakannya pada dirinya sendiri, “Celaka
engkau wahai Yazid! Siapa yang akan mendirikan shalat untukmu setelah
engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapa
yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati?” Lalu ia berkata, “Wahai
manusia, mengapa kalian tidak menangis dan meratapi dirimu selama sisa
hidupmu. Barangsiapa yang akhirnya adalah mati, kuburannya sebagai rumah
tinggalnya, tanah sebagai kasurnya dan ulat-ulat yang menemaninya,
serta dalam keadaan demikian ia menunggu hari kiamat yang mengerikan.
Wahai, bagaimanakah keadaan seperti ini?” Lalu beliau menangis. Wallahu Ta’ala a’lam.
Maraji’:
- Aqidah Ath-Thahawiyah, Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi (diambil dari Mutuunut Tauhidi wal ‘Aqiidati)
- Syarah Al Waajibaat al Mutahattimaat al Ma’rifah ‘alaa kulli Muslim wa Muslimah (edisi terjemah), Syaikh Ibrahim bin asy-Syaikh Shalih bin Ahmad al Khuraishi, Pust`ka Imam Syafi’i
- Syarah Lum’atul I’tiqod, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
- Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah (jilid 2. edisi Terjemah), Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi, Penerbit At Tibyan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini