Posted by Unknown on Senin, April 13, 2015 in Islami | No comments
Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad, “Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18 )
Peringatan hari kelahiran bukanlah termasuk amal ketaatan (perkara
menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya) namun termasuk amal
kebaikan (amal sholeh).
Sebuah amal kebaikan (amal sholeh) tidak terkait dengan dicontohkan atau
tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam maupun
para Salafush Sholeh. Perkara baru dalam amal kebaikan (amal sholeh)
asalkan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits tetaplah perkara
yang baik (mahmudah/hasanah)
Dengan memperingati hari kelahiran dapat kita mengevaluasi apa-apa saja
yang telah kita kerjakan sampai hari ini dan berbuat lebih baik untuk
kemudian hari. Peringatan hari kelahiran boleh diisi dengan selametan
atau makan bersama yang tidak berlebih-lebihan, mengundang tetangga,
teman atau rekan kerja untuk meneguhkan tali silaturrahim dan menebarkan
salam diantara sesama saudara muslim.
Dalam hadits qudsi Allah berfirman:
“Ketika
hambaku berusia 40 tahun aku bebaskan dia dari 3 penyakit, gila kusta
dan albino. Jika berusia 50 tahun (jika mati) Aku hisab dia dengan hisab
yang mudah. Jika berusia 60 tahun Aku buat dia tertarik bertaubat. Jika
berusia 70 tahun dia disukai oleh para malaikat. Jika berusia 80 tahun
ditulis kebaikannya dan dibuang (tidak ditulis) keburukannya . Jika
berusia 90 tahun para malaikat berkata ; dia adalah tawanan Allah (atas
jaminan Allah) di bumiNYA, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu
dan yang akan datang, dan memberi syafaat (bawa berkah) bagi
keluarganya.”
Biasanya kalau kita berulangtahun ada yang mengucapkan “Selamat Ulang
Tahun Semoga PANJANG UMUR” Dipandang dari filasafat, panjang umur
sebenarnya mengandung dua pengertian :
Pertama, panjang umur dalam arti benar-benar panjang umur secara
matematis, seperti berusia seratus tahun atau lebih misalnya. Dalam
pengertian ini, perbandingannya adalah mereka yang memiliki umur yang
lebih pendek. Sebagai contoh misalnya, apabila jasmani berusia 100 tahun
dan rohani 90 tahun, maka jelas jasmani bisa disebutkan berusia
panjang.
Pengertian kedua, lebih kepada hakikat, yaitu seberapa besar seseorang mengisi umurnya dengan hal-hal yang baik, dengan amal sholeh, berguna untuk kemaslahatan ummat lainnya.
Pengertian kedua, lebih kepada hakikat, yaitu seberapa besar seseorang mengisi umurnya dengan hal-hal yang baik, dengan amal sholeh, berguna untuk kemaslahatan ummat lainnya.
Lalu bagaimana implementasi dari makna Hakikat panjang umur tersebut?
Amal
ketaatan (perkara menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya)
hanya berlaku sepanjang nyawa dikandung badan atau selama kita hidup.
Sedangkan amal kebaikan (amal sholeh) adalah berlaku jauh lebih lama
daripada amal ketaatan.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya”. ( QS Maryam [19]:76 )
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya”. ( QS Maryam [19]:76 )
Contoh,
Peyampaian ilmu kepada saudara muslim kita adalah amal kebaikan (amal sholeh) . Jika ilmu itu bermanfaat maka amal kebaikan (amal sholeh) terus diperoleh walaupun kita sudah wafat.
Peyampaian ilmu kepada saudara muslim kita adalah amal kebaikan (amal sholeh) . Jika ilmu itu bermanfaat maka amal kebaikan (amal sholeh) terus diperoleh walaupun kita sudah wafat.
Mendidik anak, mencari nafkah kepada keluarga adalah amal kebaikan (amal
sholeh). Anak dan keluarga sholeh yang ditinggalkan akan terus
mendoakan kita , maka amal kebaikan (amal sholeh) terus diperoleh
walaupun kita sudah wafat.
Mengusahakan pembangunan Masjid, pembangunan pondok pesantren, segala
bentuk wakaf dan pembangunan sarana-sarana lain dijalan Allah ta’ala
adalah amal kebaikan (amal sholeh) yang akan terus diterima manfaatnya
walaupun kita sudah wafat.
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila
salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala
amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at
baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim 3084)
Dalam riwayat Ibnu Hibban, disebutkan: “Senyummu
dihadapan saudaramu adalah shadaqah. Menyingkirkan batu, duri, dan
tulang dari jalan manusia adalah shadaqah. Petunjukmu kepada seseorang
yang tersesat di jalan juga shadaqah.”. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (al-Ihsan:474, 529)
Segala macam amal kebaikan (amal sholeh) yang pernah dilakukan akan
terus kita peroleh manfaatnya di akhirat kelak dengan syarat sampai kita
wafat masih termasuk orang yang telah bersyahadat (muslim) karena
orang-orang yang tidak bersyahadat (orang kafir) tidak akan memperoleh
apa-apa di akhirat kelak atas segala amal yang mereka perbuat.
Semoga Allah Azza wa Jalla meneguhkan kita semua dalam ni’mat Iman dan
Islam dan memberikan kemudahan bagi kita untuk melakukan amal sholeh
sehingga dimasukkan kita ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai
“Sesungguhnya
Allah memasukkan orang-orang mu’min dan beramal sholeh ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir
bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang.
Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka”. (QS Muhammad [47]:12 )
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini