Posted by Unknown on Rabu, Oktober 22, 2014 in Materi Kuliah | No comments
1. cakap (mengetahui);
2. berkuasa (memutuskan, menentukan) sesuatu;
berwewenang
Definisi Kompeten
Definisi Kompeten
Kompeten merupakan
suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu penyebab yang
terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif ”A competency is an
underlying characteristic of an individual that is causally related to
criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or
situation“ (Spencer & Spencer, 1993:9). Karakteristik yang mendasari
(underlying characteristic) berarti kompetensi merupakan
bagian dari kepribadian seseorang yang telah tertanam dan berlangsung lama dan
dapat memprediksi perilaku dalam berbagai tugas dan situasi kerja. Penyebab
terkait (causally related) berarti bahwa kompetensi menyebabkan
atau memprediksi perilaku dan kinerja (performance). Acuan kriteria
(criterion-referenced) berarti bahwa kompetensi secara aktual
memprediksi siapa yang mengerjakan sesuatu dengan baik atau buruk, sebagaimana
diukur oleh kriteria spesifik atau standar.Kompetensi (Competencies)
dengan demikian merupakan sejumlah karakteristik yang mendasari seseorang dan
menunjukkan (indicate) cara-cara bertindak, berpikir, atau menggeneralisasikan
situasi secara layak dalam jangka panjang.
Sering
sekali kita mendengar kata kompeten untuk menunjukkan bahwa seseorang mampu
melakukan sesuatu. Kompeten adalah kata sifat dari kata benda kompetensi.
Secara umum menurut kamus Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Namun ternyata jika
ditelaah lebih lanjut kompetensi memiliki makna yang jauh lebih komperehensif,
sehingga kita tidak bisa secara mudah mengatakan bahwa seseorang itu kompeten
atau belum kompeten.
Alasan
pertama, bahwa kompetensi meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psimotorik atau dalam bahasa sederhana kita sebut dengan pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attidude). Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Dengan demikian pengetahuan masih dalam bentuk
yang abstrak artinya belum teraktualisasikan dalam perbuatan. Pengetahuan
kemudian diimplementasikan dalam bentuk keterampilan. Keterampilan adalah
kecakapan untuk memakai pengetahuan dalam bentuk nyata. Seseorang belum cukup
dikatakan kompeten bila mereka mengetahui ilmu pengetahuan kemudian mampu
memprektekannya melalui keterampilan namun tidak mempunyai sikap yang baik.
Seseorang tidak bisa dikatakan kompeten bila salah satu aspek tersebut
tidak terpenuhi. Sebagai contoh, seorang sopir yang kompeten harus mengetahui
ilmu setir kemudian mampu membawa mobil sesuai prosedur dan mematuhi peraturan
lalu lintas yang berlaku.
Kemudian
yang kedua, seiring pemahaman manusia yang semakin berkembang, kompetensi harus
didukung dengan pengalaman (experience), tanggung jawab (responbility) dan
keterukuran (accountability). Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami,
sedangkan tanggung jawab berarti kedaan yang menanggung segala sesuatunya
apabila terjadi hal yang tidak diharapkan, kemudian keterukuran adalah keadaan
dimana sesuatu dapat diukur dalam satuan tertentu. Montir yang kompeten harus
bisa memperbaiki mobil dalam jangka waktu tertentu dan siap menerima sekaligus
menanggung konsekuensi bila apa yang dikerjakannya tidak baik.
Ketiga, sebagaimana sebuah ruangan yang
berbentuk persegi panjang, kompetensi juga mempunyai dimensi. Kita tidak
bisa mengatakan sesuatu itu sebuah ruangan bila ia hanya memiliki panjang dan
lebar atau hanya panjang dan tinggi saja. Kita dapat menyebut ruangan jika
didalamnya terdapat panjang, lebar dan tinggi. Lalu apa saja dimensi
kompetensi. Pertama adalahtask skill yaitu kemampuan untuk menyelesaikan
tugas individu. Kedua task management skill yaitu kemampuan mengatur
sejumlah tugas yang berbeda didalam satu pekerjaan. Ketiga contigency
management skill yaitu kemampuan merespon ketidakteraturan dan
masalah-masalah dalam pekerjaan rutin. Kemudian yang terakhir
adalah environment skill yaitu kemempuan untuk memenuhi tanggungjawab
dan harapan-harapan dari lingkungan kerja, termasuk bekerja dengan orang lain.
Sebuah kompetensi menuntut seseorang untuk memiliki multitasking yang
meliputi keempat dimensi diatas.
Dengan
demikian setelah mengetahui beberapa aspek yang harus dipenuhi dari sebuah
kompetensi maka kita tidak bisa dengan seenaknya mengatakan seseorang kompeten
atau belum kompeten. Atau jika diterapkan dalam diri sendiri, kita tidak bisa
dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa saya kompeten jika semua aspek dan
dimensinya tidak mampu kita penuhi.
Seorang
pemimpin dikatakan kompeten, maka kompetensinya terlihat dari perilaku, sikap,
dan kebiasaan yang muncul dari atau merupakan ekspresi diri yang melibatkan
perpaduan/pertauatan tiga unsur penting, yakni karakter, pengetahuan, serta
kecakapan/keahlian/keterampilan dari pemimpin.
Ada
lima tipe karakteristik kompeten, yaitu:
1. motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten
dipikirkan dan diinginkan, yang menyebabkan tindakan seseorang
2. ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan
respon-respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi
3. konsep diri (self-concept), sikap-sikap, nilai-nilai
atau gambaran tentang diri sendiri seseorang
4. pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki
seseorang dalam area spesifik tertentu
5. keterampilan (skill), kecakapan seseorang untuk
menampilkan tugas fisik atau tugas mental tertentu.
Level kompetensi seseorang terdiri
dari dua bagian. Bagian yang dapat dilihat dan dikembangkan, disebut permukaan
(surface) seperti pengetahuan dan keterampilan, dan bagian yang tidak dapat
dilihat dan sulit dikembangkan disebut sebagai sentral atau inti kepribadian
(core personality), seperti sifat-sifat, motif, sikap dan nilai-nilai. Menurut
kriteria kinerja pekerjaan (job performance criterion) yang
diprediksi, kompetensi dapat dibagi ke dalam dua kategori,
yaitu kompetensipermulaan atau ambang (threshold competencies)
dan kompetensi yang membedakan (differentiating competencies).
Yang pertama
(threshold competencies) merupakan karakteristik esensialminimal (biasanya
adalah pengetahuan dan keterampilan) yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat
berfungsi efektif dalam pekerjaannya akan tetapi tidak membedakan
Kompeten Dan
Kompetensi
Kompeten
adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya
untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi
dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus dibedakan dengan
kompetensi, walaupun dalam pemakaian umum istilah ini digunakan dapat
dipertukarkan. Upaya awal untuk menentukan kualitas dari manajer yang efektif
didasarkan pada sejumlah sifat-sifat kepribadian dan ketrampilan manajer yang
ideal. Ini adalah suatu pendekatan model input, yang fokus pada ketrampilan
yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Ketrampilan-ketrampilan ini
adalah kompetensi dan mencerminkan kemampuan potensial untuk melakukan sesuatu.
Dengan munculnya manajemen ilmiah, perhatian orang-orang berbalik lebih pada
perilaku para manajer efektif dan pada hasil manajemen yang sukses. Pendekatan
ini adalah suatu model output, dengan mana efektivitas manajer ditentukan, yang
menunjukkan bahwa seseorang telah mempelajari bagaimana melakukan sesuatu
dengan baik.
Terdapat
perbedaan konsep tentang kompetensi menurut konsep Inggris dan konsep Amerika
Serikat. Menurut konsep Inggris, kompetensi dipakai di tempat kerja dalam
berbagai cara. Pelatihan sering berbasiskan kompetensi. Sistem National Council
Vocational Qualification (NCVQ) didasarkan pada standar kompetensi. Kompetensi
juga digunakan dalam manajemen imbalan, sebagai contoh, dalam pembayaran
berdasarkan kompetensi. Penilaian kompetensi adalah suatu proses yang perlu
untuk menyokong insisiatif-inisiatif ini dengan menentukan kompetensi-komptensi
apa yang karyawan harus perlihatkan.
Pendapat
yang hampir sama dengan konsep Inggris dikemukakan oleh Kravetz (2004), bahwa
kompetensi adalah sesuatu yang seseorang tunjukkan dalam kerja setiap hari.
Fokusnya adalah pada perilaku di tempat kerja, bukan sifat-sifat kepribadian
atau ketrampilan dasar yang ada di luar tempat kerja ataupun di dalam tempat
kerja.
Kompetensi
mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya pengetahuan yang pasif. Seorang
karyawan mungkin pandai, tetapi jika mereka tidak meterjemahlkan kepandaiannya
ke dalam perilaku di tempat kerja yang efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi
kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan..
8 Hal Yang Menjadikan Seseorang Menjadi Seorang
Pimpinan Yang Memang Patut Dijadikan Teladan :
Menjadi pemimpin berarti memimpin diri sendiri
Membagi
tugas atau menyuruh seseorang sama mudahnya seperti membagi-bagikan kartu nama.
Namun pimpinan yang bijaksana tahu bagaimana harus memimpin dirinya sendiri,
tak hanya memberikan contoh yang tulus di hadapan banyak orang, tetapi juga
menjadi elemen yang menggerakkan bisnis. Amat penting bagi para pemimpin untuk
memiliki kemampuan berfokus dan memotivasi diri sendiri sama seperti saat
mereka memotivasi orang lain.
Jangan menjadi penguasa absolut
Saat
Anda menjadi pemimpin, kemungkinan besar Anda sudah memiliki tenaga-tenaga
kerja yang berbakat di kantor. Ini hal yang sangat bagus. Tetapi berhati-hatilah,
jangan sampai Anda bertingkah seperti ratu sejagat di sana. Pemimpin dadakan
seringkali membuat sistem yang terlalu mengekang dan memeras bawahan dengan
aturan ketat yang sebenarnya tidak perlu. Tuntun bawahan Anda, tetapi jangan
mengimplementasikan batasan di luar jalur yang diperlukan. Penting untuk
memengaruhi orang-orang yang bekerja bersama Anda. Jangan sampai mereka melihat
Anda seperti ratu di singgasana yang sulit terjangkau dan lebih sering membuat
peraturan mengekang.
Terbuka akan cara baru untuk melakukan banyak hal
Ketika Anda berhasil melakukan suatu program, tak heran Anda akan mencoba mengulang kesuksesan dengan cara yang sama. Tetapi pemimpin yang selalu ingin lebih akan mencoba hal-hal baru dan tidak terpaku melakukan hal yang sama. Ia akan mencoba cara baru sambil mengkalkulasikan keuntungannya. Jangan tertutup akan hal-hal dan cara baru untuk mengembangkan bisnis Anda.
Terbuka akan cara baru untuk melakukan banyak hal
Ketika Anda berhasil melakukan suatu program, tak heran Anda akan mencoba mengulang kesuksesan dengan cara yang sama. Tetapi pemimpin yang selalu ingin lebih akan mencoba hal-hal baru dan tidak terpaku melakukan hal yang sama. Ia akan mencoba cara baru sambil mengkalkulasikan keuntungannya. Jangan tertutup akan hal-hal dan cara baru untuk mengembangkan bisnis Anda.
Mencampurkan perbedaan
Di
ruang kerja, akan ada banyak perbedaan pada para pekerjanya. Para pegawai akan memiliki
kelemahan dan kekuatan masing-masing. Pemimpin yang biasa-biasa saja akan
membiarkan apa yang ada dan melihat masalah baru bergerak. Pemimpin yang mampu
menilai kelebihan dari para pegawainya akan mau "mencampur" hal
tersebut dan memanfaatkan perbedaan-perbedaan itu demi kebaikan bisnis serta
kebahagiaan para pegawai yang bisa berkontribusi secara penuh terhadap perusahaan.
"Kompetisi, yakni dorongan konstan untuk bekerja
lebih cepat, lebih baik, dan lebih efektif membuat kita semua bekerja lebih
efektif untuk menghadapi perbedaan di kantor," jelas konsultan karier,
Susan Eckert, dari Advance Career and Professional Development, New York.
Perusahaan yang menenun kekuatan dari perbedaan yang dimiliki karyawannya
menjadi sebuah kekuatan yang tak terkalahkan, jelas Eckert.
Membangun rasa komitmen yang tulus
Ada
banyak perusahaan yang memiliki kata-kata penguatan yang menunjukkan integritas
perusahaan dan orang-orang di dalamnya. Tetapi, pada kenyataannya, tidak selalu
seperti itu adanya. Ya, kata-kata itu memang berusaha menjadi semacam identitas
karyawan dan perusahaan. Tetapi pemimpin yang sejati akan mampu menanamkan
hal-hal tersebut ke dalam para karyawannya. Sense of belonging untuk memajukan
kantor dan integritas diri dari karyawan harusnya keluar dengan cara yang
tulus, bukan dengan cara menghapal kata-katanya.
Menyelesaikan pekerjaannya.
Kebanyakan
pimpinan perusahaan mengumbarkan bagaimana cara mereka menginginkan perusahaan
ini berkembang. Tetapi, sedikit yang tahu bagaimana mencapainya. Mereka yang
tidak pernah tahu apa yang mereka inginkan dan cara mencapainya seringkali
kebingungan di tengah jalan. Ketika ia bingung, anak buahnya pun akan
kehilangan arah. Dibutuhkan sebuah gol dan tujuan yang jelas, ukuran yang bisa
dipertanggungjawabkan untuk melihat keberhasilan. Kemampuan untuk menyelesaikan
apa yang ia mulai adalah hal yang krusial. Percuma berencana jika tidak bisa
diselesaikan.
Menunjukkan apresiasi tulus
Performa
bagus harus mendapat apresiasi. Pimpinan yang memiliki fokus pada masa depan
harus bisa memberikan pujian dan apresiasi sepadan kepada anak buah yang bisa
memberikan lebih atau sesuai harapan. Apresiasi-apresiasi seperti promosi,
kenaikan gaji, bonus, dan hal-hal apresiasi yang nyata amat dibutuhkan. Hal-hal
semacam ini akan memotivasi pegawai, tak hanya untuk membangun antusiasme
kerja, tetapi juga sekaligus membuat mereka tetap setia
bekerja
di tempat itu.
Menyadari bahwa ia perlu belajar
Sudah
banyak pimpinan bisnis percaya bahwa kebijaksanaan sebagai pemimpin datang dari
langit atau pencerahan. Tentu, ide original akan datang dari banyak hal. Tetapi
menjadi pimpinan yang bagus juga berarti pembelajaran. Membaca buku mengenai
kepemimpinan, mengikuti seminar, dan memilih rekan kerja yang cerdas untuk
bertukar pikiran, apa pun itu caranya, tetapi pemimpin sejati tidak akan
berhenti belajar untuk menjadi lebih baik.
10 Ciri Pemimpin Yang Tidak Kompeten
Kepemimpinan
yang buruk ada disekitar kita, ini kenyataan hidup dan nampaknya mereka
menemukan jalan untuk tetap melakukan pekerjaannya. Mereka lebih fokus pada
kebutuhan personal dan bukan pada kebutuhan profesional yang ada dibawah
mereka. Mereka mengalami saat yang berat untuk
mengembangkan karyawan mereka karena kurangnya teknik manajemen yang baik untuk
melakukannya. Pemimpin adalah seseorang yang akan Anda ikuti menuju
tempat yang tidak ingin Anda kunjungi sendirian. Kepemimpinan adalah tentang
tindakan bukan status.
Namun,
pertanyaannya adalah, bagaimana kita tahu saat kita berkaitan dengan individu
yang memiliki kekurangan ini. Seorang manajer yang buruk menghabiskan banyak
waktunya untuk hal-hal yang dianggapnya membuat dia sibuk dan teratur. Saya
sudah mengembangkan panduan kecil yang bisa menunjukkan dengan tepat ke
pemimpin tersebut.
v Pemimpin yang tidak kompeten akan:
Ø Mendelegasikan pekerjaan daripada
menyeimbangkan beban kerja. Ini menyebabkan semua perhatian dialihkan dari
mereka jika terjadi kegagalan. Mereka nampak seperti mengatur orang tapi
sesungguhnya mereka menciptakan ketidakseimbangan kerja dalam kelompok. Ini
akan menyebabkan kelebihan wakt yang tidak diperlukan dan dibawah utilisasi
yang lain. Manajer yang baik menyadari ketrampilan yang dimiliki orang-orang
dibawahnya dan harus mengalokasikan kerja saat mencoba untuk memperkaya
ketrampilan setiap orang agar menjadi lebih produktif.
Ø Mengurangi jawaban dengan memberikan jawaban
Ya atau Tidak daripada memberikan alasan penjelasan. Ini merupakan contoh
krisis manajer yang tidak bisa berpikir lebih jauh daripada beberapa jam
kedepan. Tipe ‚yes/no’ manajer menemukan ini hanya membuang waktu mereka untuk
menemukan jawaban yang benar melalui pemikiran intelektual. Mereka sudah
memikirkan krisis berikutnya.
Ø Tidak memisahkan kehidupan personal dengan
kehidupan profesional. Mereka akan membawa masalah profesional ke tempat kerja.
Bekerja dengan tipe manajer seperti ini bisa jadi dramatis. Mereka tidak bisa
memisahkan ketidakseimbangan emosional ketika mengatur orang-orangnya. Mereka
kurang fokus dan tidak memberikan perhatian dan arahan yang Anda butuhkan untuk
sukses.
Ø Mengelola krisis. Jika Anda adalah
perusahaan yang mengalami krisis manajer, maka Anda bisa
mengucapkan selamat tinggal pada inovasi dan kemajuan. Pemikiran
proaktif penting bagi kesuksesan perusahaan. Jika Anda tidak menemukan
cara untuk menghentikan atau mengurangi jumlah krisis yang harus dikelola, maka
kompetisi akan melewati Anda. Pemimpin harus berpikir di luar kotak dan membuat
perubahan.
Ø Menciptakan lingkungan dimana kesalahan tidak
bisa diterima.Bertanggun g-jawab atas keputusan yang salah adalah hal yang
mereka takutkan. Membuat kesalahan hanya membantu Anda menjadi orang, manajer
yang lebih baik dsb. Saya menggunakan analogi pemain basket yang tidak memiliki
foul. Jika mereka tidak mengejar bola dan mengambil peluang dengan musuh
mereka, maka mereka harus bekerja keras. Ambil peluang dan jangan takut.
Ø Merendahkan atau menegur karyawan dalam
kelompok. Ini adalah tanda yang jelas dan bisa dilihat dari pemimpin yang
buruk. Seorang pemimpin yang baik menjauhkan masalah karyawan dari kelompok menjadi
bagian yang lebih pribadi. Jika Anda memiliki bos yang melakukan ini, maka ini
saatnya mengunjungi HRD.
Ø Tidak berdiri dibalik bawahan saat mereka
gagal. Jangan biarkan orang-orang Anda tanpa ketidakjelasan. Selalu berikan
dukungan, benar, salah, atau tidak peduli. Jika seorang karyawan berusaha
melakukan yang terbaik dalam sebuah situasi dan ternyata mereka gagal. Mereka
harus dihargai atas upaya yang dilakukannya dan tidak dihukum atas
kegagalannya.
Ø Mendorong bekerja keras, bukan bekerja dengan
cerdas. Saya tidak terkesan dengan kerja keras. Kerja keras ditentukan oleh
waktu. Pekerja cerdas adalah mereka yang saya hire dan pelihara. Pekerja cerdas
memahami konsep manajemen waktu dan multi-tasking. Pemimpin yang buruk
kehilangan ini. Pekerja yang cerdas memiliki pemikiran yang metodologis dan
biasanya sukses karena kemampuan mengelola proyek dan waktu. Pekerja keras
membutuhkan waktu dua kali lebih banyak dalam melakukan pekerjaannya. Penting
untuk menungaskan pekerjaan berdasarkan ketrampilan dan kepribadian.
Ø Menilai orang dari jam kerja bukan kinerja.
Ini mirip dengan #8. Sekali lagi, saya tidak terkesan dengan lembur. Mereka
sudah kehilangan perspektif keseimbangan yang sehat. Manajer yang buruk akan
mempromosikan karyawan yang bekerja dengan jam yang lama dan tidak memandang
orang yang cerdas yang bekerja dengan waktu yang lebih sedikit….artinya
memiliki manajemen pengaturan yang lebih baik. Berhenti menatap kunci.
Ø Bertindak dengan berbada dihadapan para
pemimpin mereka. Ini merupakan indikasi kepercayaan diri yang rendah. Mereka
memiliki keraguan terhadap kemampuan memimpin mereka dan bertindak seperti anak
kecil saat ditunjukkan otoritas. Orang yang percaya diri bertindak sama di
orang sekelilingnya. Ingatlah, hormati mereka, tapi juga menghormati diri
sendiri.
v KOMPETENSI
KEPEMIMPINAN
Ada yang berpendapat bahwa
kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih, dan bukan didapat sejak dari
lahir. Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah telah dibuktikan pada
banyak survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang menunjang, seseorang
dapat berkembang dan menjadi seorang pemimpin dan kebanyakan
orang harus berjuang pada kepekaan tentang kepemimpinan itu sendiri dan menjadi
kompeten melalui latihan dan pengalaman.
Prof. Dr. M.H. Matondang, SE, MA dalam bukunya menyatakan ada 10 jenis kecerdasan yang dapat
dipelajari oleh calon pemimpin terutama dalam menghadapi abad 21 yaitu pemimpin
yang memiliki ”Multi Intelligent”. Hal ini tercermin dari mutu kepemimpinannya
yang memiliki sikap, perilaku, tindakan serta hati nuraninya menjadi lebih baik
dan benar karena dia mampu menggunakanberbagai jenis kecerdasan seperti:
(1) Kecerdasan Tradisional (IQ) maka dia dapat berpikir baik, (2) Kecerdasan
Emotional-EQ (Good Loving), (3) Kecerdasan Ragawi (Good Acting),
dan (4) Kecerdasan Spiritual (SQ) pemimpin yang memuliakan Tuhan ”. [1] Bagi Rossbeth Moss Kanter (1994), dalam
menghadapi tantangan masa depan yang semakin terasa kompleks dan akan
berkembang semakin dinamik, diperlukan kompetensi kepemimpinan berupa conception yang tepat, competency yang
cukup, connection yang luas, dan confidence.
Menurut Bennis dan Burt
Nanus (1985) bahwa kompetensi kepemimpinan berupa “the ability to
manage” dengan attention (vision), meaning (communication), trust
(emotional glue), and self (commitment, willingness to take
risk), sedangkan menurut Peter F. Drucker, pemimpin seharusnya
memiliki minimal 3 bidang kemampuan/kompetensi yaitu:
1.
Kemampuan
pribadi, memiliki integritas tinggi, memiliki visi yang jelas, intelegensia
tinggi, kreatif dan inovatif, tidak mudah merasa puas, fleksibel dan memiliki
kematangan jiwa, sehat jasmani dan rohani, wibawa dan kharismatik, mempunyai
idealisme dan cinta tanah air.
2.
Kemampuan
kepemimpinan (Leadership Mastery), memiliki kemampuan memotivasi
orang lain, membuat keputusan yang cepat dan tepat, mempengaruhi orang lain,
mengelola konflik, berorganisasi, memimpin tim kerja, mengendalikan stress dan keterampilan
berkomunikasi.
3.
Kemampuan
berorganisasi (Organizational Mastery), yang memiliki kemampuan
mengembangkan organisasi, manajemen startegik, meraih peluang, mengadakan
pengkaderan generasi penerus , memahami aspek makro dan mikro ekonomi dan keterampilan
operasional.[2]
Kadar kompetensi kepemimpinan
seseorang dapat dipelajari melalui 4 (empat) tingkatan kemampuan yaitu: tingkat
pertama, yaitu seseorang tidak memiliki pengetahuan banyak tentang
kopentensi kepemimpinan, dan tidak peka untuk mengembangkan kompetensi
tersebut, mungkin karena mereka tidak pernah mencoba menjadi pemimpin, tingkat
kedua, yaitu seseorang menjadi sadar apa yang diperlukan
untuk mengerjakan sesuatu secara baik, tetapi masih merupakan kompetensi yang
masih bersifat personal. Dengan berlatih seseorang akan lebih peka dan sadar
tentang hal yang benar juga penting dilakukan untuk kemudian secara gradual
diubah menjadi kompetensi kepemimpinan, tingkat ketiga, yaitukepemimpinan
atau kompetensi akan sesuatu hal menjadi suatu kenikmatan yang sempurna. Anda
akan menerima feed back positif dari kemampuan skill dan kepekaan tentang
seberapa baik keadaan seseorang yang akan segera berlanjut ke tingkat empat,
dan (4) tingkat keempat, yaitu kemampuan
kepemimpinan atau skill menjadi bagian diri seseorang
dan akan tampak secara alami. Seseorang yang yang dilahirkan
dari pada bagaimana ia dibentuk atau bahwa seseorang pemimpin alami, itu
berarti orang tersebut dapat langsung beroperasi menjadi pemimpin tanpa
melalui tahap 3.
Dari penjelasan di atas, kita dapat diketahui pada tingkat berapa kompetensi kepemimpinan seseorang berada, dan yang
paling terpeting bahwa seorang ”Pemimpin” seharusnya memiliki
komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri yang
tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas,
kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap
tekanan, mampu sebagai pendidik bagi bawahannya, empati, berpikir positif,
memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani. Disamping itu
harus memiliki kemampuan pribadi, kemampuan kepemimpinan dan kemampuan
berorganisasi dengan mutu kepemimpinannya yang memiliki sikap, perilaku,
tindakan serta hati nuraninya dengan
kemampuan IQ, IE, SQ dan kecerdasan ragawi.
Kinerja pekerja yang superior dan
kinerja pekerja yang biasa saja. Kompetensi kategori kedua
adalahkompetensi yang membedakan yaitu faktor-faktor yang
membedakan antara pekerja yang memiliki kinerja superior dan biasa-biasa saja
(rata-rata).
Kinerja profesional konselor sekolah merujuk pada
sejumlah perilaku nyata yang harus ditunjukkan pada saat melakukan tugas-tugas
profesional sebagai konselor sekolah sesuai dengan indikator yang ditetapkan di
dalam Standar Kualifikasi Pendidikan dan Kompetensi Konselor SKPKK).
“Mutu” dalam studi ini merujuk pada ‘mutu sebenarnya’ (quality in fact) yang
diartikan sebagai pemenuhan spesifikasi sebagaimana yang telah ditetapkan
(Sallis,1993). Kinerja konselor sekolah dinyatakan bermutu jika dia menunjukkan
perilaku tugas yang sesuai dengan indikator kompetensi inti
yang ditetapkan dalam SKPKK. Mutu kinerja konselor sekolah, dengan demikian
merujuk pada derajat kesesuaian antara perilaku nyata yang ditunjukkan oleh
konselor sekolah pada saat melaksanakan tugastugas spesifik sebagai konselor
sekolah dengan indikator kompetensi inti yang ditetapkan di
dalam SKPKK. Semakin sesuai kinerja seseorang konselor
sekolah dengan spesifikasiyang ditetapkan dalam SKPKK,
maka semakin bermutu kinerja profesional konselor sekolah yang bersangkutan.
Mutu kinerja profesional konselor sekolah dengan demikian dapat diartikan sebagai
terpenuhinya spesifikasi perilaku tugas profesional oleh konselor sekolah
sesuai dengan yang ditetapkan dalam indikator SKPKK.
Kompetensi Dan Gaya Kepemimpinan
Lingkungan usaha semakin kompetitif dan mengglobal,
yang menuntut perusahaan atau organisasi dikelola profesional. Banyak
perusahaan asing mulai dari ritel, jasa, restoran, manufaktur, sampai bank
beroperasi di Indonesia. Lingkungan usaha cenderung berubah sejalan
perkembangan teknologi dan tuntutan pelanggannya. Para pebisnis harus mampu
mengantisipasi semua itu agar perusahaan yang dipimpinnya makin
maju dan
bertumbuh.
Fakta menunjukkan semua organisasi antara lain
perusahaan, sekolah, pemerintahan, bahkan politik, harus mampu menjawab
tantangan secara tepat agar mencapai sasarannya. Tak sedikit perusahaan besar
yang jatuh dan tutup karena tidak dikelola dengan baik.
Kepemimpinan yang tepat membuat perusahaan mampu mencapai sasarannya, bahkan
tumbuh dan bertahan.
Persaingan ketat mengharuskan pemimpin mampu menganalisis
dan memprediksi situasi masa depan serta menentukan misi, visi, dan sasaran
yang akan dicapai. Sasaran organisasi bersifat multidimensional, artinya bukan
hanya bersifat finansial. Tapi juga berupa kepuasan pelanggan, kepuasan kerja
karyawan, serta pertumbuhan kompetensi sumber daya manusia.
Isu-isu penting, seperti masalah lingkungan hijau,
persaingan usaha, tuntutan pemangku kepentingan, inovasi produk dan layanan,
serta pengelolaan karyawan unggul, perlu dijawab dengan tindakan nyata.
Tidak jarang seorang pemimpin menemui kendala. Karena itu, ia harus
kreatif, percaya diri, optimistis, dan bisa mencari “breakthroughs”. Pemimpin
besar seperti Iacocca, Jack Welsh, dan Gerstner telah membuktikan
keberhasilannya melalui visi dan kepemimpinan yang efektif.
Pemimpin harus berada di depan dan menggerakkan
anggotanya bertekad menggapai sasaran. Pemimpin harus menjadi panutan dan
senantiasa tak henti menginspirasi dan mentransformasi nilai-nilai positif.
Dalam menghadapi perubahan organisasi, nilai-nilai yang perlu dihayati oleh
semua anggota antara lain inovatif, profesional, tim, integritas, berorientasi
pada pelanggan, sertaexcellence.
Seorang pemimpin harus mengomunikasikan secara jelas dan meyakinkan pada semua anak buahnya tentang perlunya berubah serta memimpin arah perubahan. Envisioning memegang peranan penting terhadap keberhasilan pengelolaan perubahan.
Seorang pemimpin harus mengomunikasikan secara jelas dan meyakinkan pada semua anak buahnya tentang perlunya berubah serta memimpin arah perubahan. Envisioning memegang peranan penting terhadap keberhasilan pengelolaan perubahan.
Kompetensi dan Nilai
Seorang pemimpin
harus memiliki kompetensi manajerial dan kepemimpinan yang relevan. Tanpa
kompetensi, ia akan sulit menentukan visi dan strategi yang tepat serta
menggerakkan anak buahnya.
Kompetensi utama yang harus dimiliki antara lain membuat rencana strategis, mengembangkan dan mempengaruhi anak buah, serta mengambil keputusan secara kreatif dan rasional. Ia harus juga memiliki kompetensi emosional dan kompetensi spiritual yang tinggi agar bijak mewujudkan sasaran yang diinginkan secara baik.
Pemimpin juga harus memiliki sifat dan nilai-nilai profesional, optimistis, integritas, peduli, humble, dan kerja sama. Prinsip kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara hingga kini masih relevan:Ing ngarso sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Pada dasarnya, pemimpin memberi teladan, menginspirasi, serta selalu mengikuti atau membimbing anak buah.
Gaya kepemimpinan apakah yang ideal atau efektif? Gaya yang ideal adalah perpaduan orientasi pada tugas dan pada manusia yang dilaksanakan secara tepat sesuai situasi dan kondisi yang tepat.
Gaya pemberdayaan adalah ideal namun jika anak buah kompeten serta bermotivasi. Karenanya, pemimpin dituntut mampu mengembangkan anak buahnya. Pemberdayaan yang diberikan pada anak buah yang tidak kompeten akan membuahkan hasil yang tidak optimal serta membebani.
Pemimpin perlu peduli dan senantiasa melayani anak buahnya. Ia juga harus mampu mengembangkan dan menempatkan SDM secara efektif. Ulrich memperkenalkan Leadership Code, yaitu lima dimensi kepemimpinan: strategist, executor, talent manager, human capital developer, dan personal proficiency. Pemimpin idealnya punya
Kompetensi utama yang harus dimiliki antara lain membuat rencana strategis, mengembangkan dan mempengaruhi anak buah, serta mengambil keputusan secara kreatif dan rasional. Ia harus juga memiliki kompetensi emosional dan kompetensi spiritual yang tinggi agar bijak mewujudkan sasaran yang diinginkan secara baik.
Pemimpin juga harus memiliki sifat dan nilai-nilai profesional, optimistis, integritas, peduli, humble, dan kerja sama. Prinsip kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara hingga kini masih relevan:Ing ngarso sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Pada dasarnya, pemimpin memberi teladan, menginspirasi, serta selalu mengikuti atau membimbing anak buah.
Gaya kepemimpinan apakah yang ideal atau efektif? Gaya yang ideal adalah perpaduan orientasi pada tugas dan pada manusia yang dilaksanakan secara tepat sesuai situasi dan kondisi yang tepat.
Gaya pemberdayaan adalah ideal namun jika anak buah kompeten serta bermotivasi. Karenanya, pemimpin dituntut mampu mengembangkan anak buahnya. Pemberdayaan yang diberikan pada anak buah yang tidak kompeten akan membuahkan hasil yang tidak optimal serta membebani.
Pemimpin perlu peduli dan senantiasa melayani anak buahnya. Ia juga harus mampu mengembangkan dan menempatkan SDM secara efektif. Ulrich memperkenalkan Leadership Code, yaitu lima dimensi kepemimpinan: strategist, executor, talent manager, human capital developer, dan personal proficiency. Pemimpin idealnya punya
keseimbangan
kelima dimensi itu.
Beberapa survei menunjukkan, pemimpin puncak di Indonesia cenderung pada dimensi personalproficiency dan strategist tapi kurang sebagai eksekutor. Pemimpin strategist tidak cukup jika tidak mampu mengeksekusi rencananya. Namun, strategist dan executor tidak akan menghasilkan kinerja optimum dan sustainable jika SDM tidak dikembangkan. Jadi, semua dimensi kepemimpinan tersebut harus diaplikasikan secara saksama agar menghasilkan keefektifan organisasi yang tinggi.
Pemimpin berpotensi sukses jika memiliki visi jauh ke depan dan mampu melakukan envisioning ke semua anak buahnya. Ia juga harus berkomitmen tinggi, berorientasi pada kinerja, kreatif, jujur, percaya diri, berkecerdasan emosional dan spiritualitas tinggi, serta mampu mengelola perubahan secara efektif.
Pemimpin perlu mengaplikasi gaya kepemimpinan transformasional secara kontekstual dan situasional yang dipadukan dengan kelima dimensi Ulrich. Ini ditampilkan melalui gaya melayani. Kompetensi pemimpin, khususnya dalam mengembangkan kompetensi anak buah di banyak perusahaan, masih lemah karena perusahaan tidak mempunyai penerus andal dan karyawan yang sudah pensiun diperpanjang masa kerjanya.
Berbagai pendekatan kepemimpinan saling melengkapi dan dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan kompetensi dan gaya kepemimpinan yang efektif agar sasaran perusahaan tercapai. Pendekatan pada kekuasaan sebagai sumber pengaruh kurang tepat. Sebaliknya, pendekatan kompetensi dan karismatik sebagai sumber pengaruh jauh lebih efektif. Gaya melayani jika diaplikasi secara saksama dipadukan dengan lima dimensi kepemimpinan Ulrich akan
Beberapa survei menunjukkan, pemimpin puncak di Indonesia cenderung pada dimensi personalproficiency dan strategist tapi kurang sebagai eksekutor. Pemimpin strategist tidak cukup jika tidak mampu mengeksekusi rencananya. Namun, strategist dan executor tidak akan menghasilkan kinerja optimum dan sustainable jika SDM tidak dikembangkan. Jadi, semua dimensi kepemimpinan tersebut harus diaplikasikan secara saksama agar menghasilkan keefektifan organisasi yang tinggi.
Pemimpin berpotensi sukses jika memiliki visi jauh ke depan dan mampu melakukan envisioning ke semua anak buahnya. Ia juga harus berkomitmen tinggi, berorientasi pada kinerja, kreatif, jujur, percaya diri, berkecerdasan emosional dan spiritualitas tinggi, serta mampu mengelola perubahan secara efektif.
Pemimpin perlu mengaplikasi gaya kepemimpinan transformasional secara kontekstual dan situasional yang dipadukan dengan kelima dimensi Ulrich. Ini ditampilkan melalui gaya melayani. Kompetensi pemimpin, khususnya dalam mengembangkan kompetensi anak buah di banyak perusahaan, masih lemah karena perusahaan tidak mempunyai penerus andal dan karyawan yang sudah pensiun diperpanjang masa kerjanya.
Berbagai pendekatan kepemimpinan saling melengkapi dan dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan kompetensi dan gaya kepemimpinan yang efektif agar sasaran perusahaan tercapai. Pendekatan pada kekuasaan sebagai sumber pengaruh kurang tepat. Sebaliknya, pendekatan kompetensi dan karismatik sebagai sumber pengaruh jauh lebih efektif. Gaya melayani jika diaplikasi secara saksama dipadukan dengan lima dimensi kepemimpinan Ulrich akan
membuahkan hasil
optimal.
Jadi, nilai-nilai
diri, kompetensi dan gaya kepemimpinan sangat berperan mengarahkan anak
buah mencapai visi, misi, dan sasaran perusahaan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini